Part 04 - Dru

11.4K 973 23
                                    

04 - Dru

“Gimana rasanya dinner sama Nolan?” Mama mulai bertanya setelah Nolan pamit pulang, dan kami berdua berjalan menuju ke arah ruang tengah.

“B aja,” jawab gue sekenanya. Karena gue tahu banget kalau Mama berharap banyak pada ‘dinner’ dadakan yang gue lakukan dengan Nolan. Lagi pula, gue sama Nolan cuma makan malam biasa, dan enggak ada yang spesial.

Mama langsung berdecak, dan menatap gue dengan pandangan kesal yang tidak dapat disembunyikan. “Kapan sih kamu tuh berubah jadi teman bicara yang asyik? Dari dulu gini-gini terus perasaan.”

Gue cuma mengerucutkan bibir begitu mendengar keluhan Mama tentang gue, tapi apa yang Mama bilang barusan itu memang benar, gue adalah teman bicara yang payah. Makanya sahabat gue cuma Marsha doang.

“Mama salut deh sama Nolan, karena sampai hari ini dia enggak berinisiatif duluan buat batalin perjodohan kalian.”

“Belom waktunya aja kali, Ma. Nanti juga—”

“Hush, jangan ngomong sembarangan. Masih untung Nolan mau sama kamu.”

Seketika gue mengernyit. Seolah-olah enggak ada yang mau sama gue. “Memangnya Mama enggak curiga apa? Masa orang kayak dia mau-mau aja dijodohin? Pasti ada apa-apanya.”

Mama kelihatan enggak suka sama ucapan gue barusan, tapi gue enggak peduli sama sekali. “Jangan keseringan negative thinking dong, Re. Apa lagi sama calon suami sendiri. Enggak baik.”

Aduh. Calon suami lagi.

Memang percuma membicarakan tentang hal-hal yang menjurus untuk menjelekkan Nolan di depan Mama, karena Mama enggak akan terima. Lebih baik gue segera pamit masuk ke dalam kamar, lalu mandi dengan tenang.

Namun, gue juga heran sih kenapa sampai hari ini Nolan sama sekali enggak merasa tersinggung, atau ... minimal terlihat kesal ya. Karena sikap gue yang terkesan jutek, dan ogah-ogahan setiap kali mengobrol sama dia.

Itu orang malah terkesan santai, dan enggak pernah merasa kesal.

Justru sebaliknya, gue yang sering banget merasa kesal kalau dekat-dekat sama dia. Bahkan begitu menyadari kehadirannya saja, mood gue langsung terjun bebas.

***

“Mau lo bawa kemana tuh bunga?”

Gue langsung menoleh ke arah Marsha yang baru saja bertanya. Kemudian gue menjawab, “Mau gue buang.”

Marsha berdecak kesal sambil merebut buket bunga mawar yang sedang gue pegang. “Mending buat gue aja, Re. Sayang kalau dibuang, kan Nolan belinya pake uang.”

“Ya udah, lo ambil aja.” Gue mengangsurkan bunga yang enggak jadi gue buang, karena Marsha yang mau mengambilnya.

“Heran deh. Kenapa sih lo enggak suka sama bunga? Padahal semua cewek normal di luar sana bakalan seneng—pake banget—kalau dikasih bunga. Apa lagi yang ngasih bunga itu cowok cakep kayak Nolan.”

“Kalau gitu anggap aja gue bukan cewek normal. Gampang, 'kan?”

Marsha langsung memukul bahu gue menggunakan buket bunga yang sedang dipegangnya. “Jangan ngomong sembarangan dong, Re!”

Something About You (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang