PBG | 03

3.4K 37 0
                                    

Tinggalkan jejak yaaa guiseee 💕💕

Hepi reading~

.

"Lo nggak marah, 'kan?"

"Kenapa harus marah?"

"Habis, lo kaya marah gitu, sih. Gue juga nggak tahu kalau semalam ada yang bobol password hape gue, Ar."

Arung menghela napas. Ia menyangga dagunya dan berkata, "Gue udah tahu. Cara balesnya keliatan kalau itu bukan lo banget, La. Dan gue nggak marah, beneran."

Dilara tersenyum lega. "Oke, masalah selesai."

Arung pun ikut tertawa. Dengan gemas, ia mencubit pipi tirus Dilara. Membuat si empunya pipi merasa kepanasan saat ditatap dan disentuh dengan lembut. Keduanya nampak asyik di pojokan kantin sekolah yang sedang ramai. Jam istirahat pertama memang selalu menjadi pelarian para siswa untuk berburu makanan.

"Waduh! Itu udah cubit-cubitan, Dam. Bahaya! Besok-besok kayaknya udah cium-ciuman, dong!"

Celetukan Riky mengganggu konsentrasi Adam menyeruput kuah baksonya. Ia kemudian menolehkan kepalanya ke arah yang ditunjuk Riky. "Nggak bakalan!"

"Bakalan banget lah," sahut Riky.

Adam kembali menyeruput kuah baksonya. Lalu mengunyah bakso terakhirnya dengan khidmat dan mengabaikan ocehan sang sahabat. Namun, matanya tetap mengawasi dua orang yang semakin mepet duduknya.

"Eh, Dam." Riky menyikut Adam. "Lo sama Lala, 'kan, udah bareng-bareng dari kecil. Emang lo nggak pernah apa, suka-suka ala cinta monyet gitu, sama dia?"

"Nggak!" Jawab Adam tegas.

"Ah, masa?" Riky tak percaya begitu saja. "Nggak percaya gue," ia bergeleng dan mencibir sang sahabat. "Otak selangkangan lo itu nggak bisa dipercaya, Dam. Meneng-meneng lo pasti ada ahem-ahem sama dia, 'kan?"

Sembari meminum es jeruknya, Adam mengernyit jijik. Alis Riky yang naik-turun membuat kunyahan baksonya minta dikeluarkan.

"Ngaku aja, Dam. Nggak apa-apa. Sama gue, ini!"

Menandaskan minumannya, Adam beranjak membayar makanannya. Riky yang kesal karena diabaikan pun ikut membuntuti laki-laki itu. Selepas mengantongi uang kembalian dan membungkam mulut Riky yang berisik dengan sebungkus roti dua ribuan, Adam menghampiri dua sejoli yang sedang mengumbar senyum dan tawa.

"Hilih! Bilangnya nggak cinta! Tapi tetep aja disamperin," gerutu Riky. Dengan setia, ia menemani sang sahabat sambil mencuil rotinya dan menyenderkan punggung di dinding.

Tanpa sepatah kata pun, bokong Adam mendarat di kursi yang berhadapan dengan Dilara dan Arung. Kemudian ia menyangga dagunya dengan satu tangan. Matanya bergerak jahil, membalas pelototan Dilara. Sedangkan bibirnya tersenyum tipis saat bersinggungan mata dengan Arung.

"Lanjutin aja ngobrolnya. Gue nggak akan ganggu," katanya santai.

Mata Dilara menyipit. "Dengan lo duduk di situ, itu sebenarnya udah ganggu banget," balasnya sengit. Sudut matanya melirik Arung. Laki-laki itu terlihat tenang. Tak menunjukkan ekspresi apa pun.
Kedua bahu Adam terangkat. Tangannya bergerak ke arah gelas Dilara. Menariknya dan menyedot habis jus alpukat kesukaan perempuan itu.

"Oh, gitu. Ya, gimana, ya? Gue suka di sini."

"Ta-"

Dilara menggigit bibirnya. Umpatan yang sangat ingin ia lemparkan untuk laki-laki brengsek bernama Adamesum Rizki Najis Susanto, terpaksa ia telan kembali. Image perempuan baik-baik di depan sang gebetan, Arung Kunto Aji, tak boleh ternoda. Selaknat apapun tingkah setan di depannya, ia akan tetap menampilkan sikap lemah lembut.

PACARKU BUKAN GEBETANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang