PBG | 05

1.8K 38 3
                                    

Welkam and hepi riding 👌❤️

Jangan lupa vote, komen dan follow yaa... biar author bisa ngeksis di dunia oren ini 🤣🤣🤣

.

Ditemani segelas es jeruk dan seplastik cilok berbumbu kacang, serta angin sepoi-sepoi yang membelai rambut pendeknya, Dilara mengerjakan tugas sekolahnya sambil menunggu sang pujaan hati selesai berlatih. Ini hari terakhir tim bulu tangkis SMA Kartanegara melakukan latihan rutin sebelum bertandang dalam rangka pertandingan persahabatan.

Beruntung, Adam yang selalu menghampirinya dan mengeluarkan kata-kata, "Pulang, La." atau yang lainnya dengan inti yang sama, kini sedang ada latihan eksklusif bersama salah satu pebasket nasional, Radian Wijaya.

Banyak siswi perempuan yang rela berdesak-desakan untuk bisa melihat anak-anak basket yang terkenal tampan dan bertubuh tinggi. Mungkin, hanya Dilara yang tetap memilih ndemprok di bawah pohon mangga sambil memandangi sang gebetan, alih-alih ikut berjubelan di sekitar lapangan basket.

"Hey!"

Suara serak sang atlet bulu tangkis kebanggaan sekolah tiba-tiba terdengar di gendang telinga Dilara. Cepat-cepat ia menoleh ke belakang dan menemukan senyuman manis, serta tatapan teduh dari seorang Arung Kunto Aji.

"Udah selesai, Ar?" Tanya Dilara, saat laki-laki berkaos hitam itu duduk di hadapannya.

Arung mengangguk. "Kok, belum pulang?"

"Mau pulang bareng?" Tawar Dilara sambil tersenyum.

Kesempatan langka itu harus dimaksimalkan, sist.

Arung terkekeh kecil. "Nggak bakalan dimarahin sama security lo yang galak itu, 'kan?"

Bibir Dilara mengerucut. "Nggak akan, Ar." Ia kemudian membereskan barang-barangnya setelah sang gebetan meng-iyakan ajakannya untuk pulang bersama. "Gue buang ini dulu," ujarnya sembari membawa gelas es jeruk yang masih separuh. Sedangkan plastik ciloknya yang sudah tandas sebelum Arung menghampirinya, sudah teronggok manis di dalam tempat sampah anorganik.

"Eh, buat gue aja, ya? Haus." Arung merebut gelas tersebut dan langsung menyedotnya sampai tandas. "Yuk," ajaknya pada Dilara setelah memasukkan bekas minumannya, menyusul sampah-sampah lainnya di tempat sampah berwarna kuning.

Dilara menahan senyumnya yang ingin melebar. Ia mengangguk sambil mensejajarkan diri dengan Arung. Ada sesuatu yang membuat kedua pipinya merona. "Arung nggak jijik sama bekasan gue, dong!" Jeritnya dalam hati.

"Duh, gue lupa, La. Helm gue cuma satu, gimana?"

Sesampainya di tempat motor Arung terparkir, laki-laki itu baru saja menemukan satu masalah. Terbiasa menjadi single rider, mana mungkin ia memiliki helm ekstra untuk si pembonceng?

Dilara mengibaskan tangan. "Helm gue ada di motor Adam. Bentar, ya?" Setelah mendapatkan helm putih kepunyaannya, ia bergegas menaiki boncengan motor Arung.

"Ready, princess?"

Dilara tertawa kecil sekaligus tersipu. "Apaan, sih? Bisa aja, Ar."

"Ini langsung pulang?" Tanya Arung tepat saat berhenti di lampu merah.

Berpikir sejenak, Dilara kemudian memajukan tubuhnya. "Em, ya, terserah. Kalau lo mau mampir ke mana dulu, juga nggak apa-apa."

"Jajan es krim dulu, gimana?"

"Boleh, Ar."

Arung memarkirkan motornya di depan sebuah kedai es krim. Keduanya lantas masuk ke dalam dan menempatkan diri di meja dekat jendela. Memesan seporsi es krim jumbo yang membuat Dilara memekik girang. "Harus habis! Harus! Ayo, Ar, jangan mau rugi!"

PACARKU BUKAN GEBETANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang