OS [V]

3.8K 206 18
                                    

"ANYEONG!! SAKURA CANTIK PULANG NIH!!"

"Gausah teriak dek, ini bukan hutan!!"

Selepas pertemuannya dengan itachi di ruangan Madara, Sakura kini kembali riang gembira. Tak henti-henti nya gadis itu tersenyum, sudah seperti orang gila di trotoar jalanan.

Seorang pria dengan celemeknya kini menghampiri Sakura yang sedang rebahan disofa. Bahkan sepatu gadis itu pun belum dilepas, melanggar aturan dalam kediaman Haruno.

"Ckck, saki bangun!! Lepaskan sepatu mu itu, ingat ini Jepang bukan Jerman!" Pria itu berdecak kesal menatap adiknya yang sama sekali tak merasa bersalah itu.

"HUU YAYAYA NANANA~"

Sakura tak menghiraukan teguran kakaknya, justru kini dirinya malah menambah volume di earphone nya.

"Ku sumpahin budeg tuh telinga!" ujar Sasori kesal sambil menarik sebelah earphone Sakura

"Kenapa sih bang?" Sakura berdecak menatap malas kakaknya

"Lagian ngapain sih pulang-pulang bukannya salam malah teriak monyong-monyong,"

"Ih abang! Anyeong bukan monyong! Itu korea tau,"

"Gausah sok ngorea, jepang aja belum bener gitu,"

"Biarin lagian seru juga lumayan lah selera Ino gak buruk," Sakura tersenyum membayangkan betapa bahagianya dia punya teman, walau kesan pertama yang dia berikan tak sebaik yang dia harapkan bahkan cukup buruk baginya.

"Oh jadi adek abang udah punya temen nih ceritanya hm," Sasori mendudukkan dirinya disofa samping Sakura, mengelus surai pink adiknya itu.

Sakura mengangguk antusias, "Untuk pertama kalinya!" jawabnya

Sasori ikut tersenyum melihat adiknya bahagia dihari pertama kedatangannya kembali ke Jepang. Sasori hanya berharap semoga Sakura tidak bertemu dengan dia .

"Oh ya saki," Sasori teringat akan rencananya hari ini.

Sakura menoleh menatap Sasori, "kenapa?"

"Besok abang mau pergi ke Jerman ada urusan penting,"

Raut wajah Sakura sontak berubah, senyum yang tadi bertengger manis diwajahnya kini perlahan luntur dan memudar.

"Sepenting apa?" tanya Sakura

Sasori yang menyadari perubahan Sakura, bahkan nada bertanya gadis itu berubah dingin dan datar pertanda jika Sakura tak suka dengan kepergiannya kali ini.

"Sangat penting saki," ujar Sasori lembut berusaha meluluhkan kembali hati adiknya

"Sepenting itu dibanding aku?"

"Buk--

" Yaudahlah kalo emang gitu, aku kembali abang malah pergi! Gausah pulang sekalian!" potong Sakura cepat dan berlalu menuju kamarnya.

Sasori mendesah lelah, baginya sangat berat meninggalkan adiknya tapi ini juga urusan yang penting menyangkut orangtua mereka. Sasori mengambil ponsel di saku celana nya, menghubungi seseorang yang mungkin bisa membantunya saat ini.

"Halo,"

"Chi, bisa jagakan Sakura untukku?" ujar Sasori to the point

"Memangnya kau kemana bayi?"

Sasori mendengus mendengar panggilan Itachi kepadanya, "Aku ada masalah di Jerman, sebenarnya aku juga tak tega meninggalkannya tapi ini benar-benar masalah berat,"

"Aku sangat ingin membantu, tapi besok adalah keberangkatan ku ke Korea mengantar Izumi, kau tahu dia sedang hamil dan mengidam ingin menyium pipi salah satu Idol favoritnya disana cih,"

Sasori terkekeh membayangkan ekspresi kesal Itachi saat istrinya mencium pria lain, "Lalu bagaimana dengan Saki? Aku takut dia kembali..."

"Dia ya? Aku juga takut hal itu terjadi, bagaimana jika kau minta tolong Sasuke saja? Aku yakin dia tak kan menolak untuk Saki menginap di apartemennya beberapa hari,"

Sasori mengernyit, "Sasuke? Dia adikmu itu?"

"Ya benar sekali dia adikku,"

Sasori melotot tak percaya, "Kau gila? Adikmu itu pria dan kau menyuruh Sakura menginap di apart nya? Yang ada nanti aku pulang adikku sudah bunting karna adikmu!" bentaknya

"Santai bayi, aku tau lagipula Sasuke tak mungkin tergoda dengan Sakura, aku saja yakin jika Sasuke itu belok,"

"Maksudmu? Kau mengatai adikmu sendiri?"

"Pria mana yang tak tergoda saat disuguhi wanita telanjang tepat didepan matanya? Oh ayolah Sasuke mungkin adalah gay, cih."

Sasori memijit pangkal hidungnya, baginya ini ide buruk karna dia tak sepenuhnya percaya dengan ucapan Itachi tapi tak ada siapapun lagi yang bisa dimintainya tolong.

"Oke, kabari adikmu," ujar Sasori memutuskan sambungan sepihak.

"Semoga ini yang terbaik.." lirihnya menatap figura yang terpajang rapi di dinding ruang tamu, menampilkan foto Sakura saat kelulusannya di Oxford tahun lalu.

Disisi lain, Sasuke berada disebuah kafe. Pikirannya melayang pada permintaan kakaknya beberapa menit yang lalu.

Sasuke mengira-ngira sebenarnya apa hubungan gadis itu dengan keluarga nya, kenapa pula dia harus menampung Sakura di apartemennya yang menurutnya adalah keputusan gila. Tapi saat ini Sasuke hanya bisa terdiam, menggenggam menahan segala ke-ingin tahuan.

"Si Tepos ya?" gumamnya pelan seraya menyesap kopinya.

.
.
.
.

[Draft hilang😲 Lupa up:v
Gomennasai😣]

OH SHIT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang