2

16 4 0
                                    

Setelah dengan susah payah ia menghabisnkan makanannya, ia kembali menuju kamar, karena ibunya tadi berpesan untuk segera berkemas,dan menulis keperluan yang perlu dibeli disupermarket nantinya bersama ibunya. Dan tentu saja ia tidak langsung berkemas. Dilema anak perempuan yang akan berpisah dengan keluarganya. Ia belum bisa dan tidak akan pernah bisa meskipun ia bisa pulang kapanpun karena jaraknyapun hanya memakan waktu 2 jam dari rumahnya. Namun tetap saja harus tinggal diasrama,dengan peraturannya yang bejibun sudah membuat semangat Tika menghilang begitu saja.

Ia menjatuhkan badannya ke atas kasurnya, Ia membuka HP dan membaca pesan dari sang pacar

Rino: pagi sayang,
Rino:besok kamu jadi brangkat?
Tika: pagi juga sayangku, yeah (
Rino:can we meet before you go ? (
Tika: of course sayang, harus!
Rino: besok kamu brangkat jam brapa?
Tika:early morning, ayahku ngajak jalan jalan dulu sebelum ke asrama
Rino:ohh, ketemu nanti aja, aku jemput jam 5 ya sayang
Tika: Oke sayang, see u soon
Rino; see u <3

Tika menaruh HPnya ke meja dekat tempat tidurnya dan rebahan dikasur . Entah kenapa hari itu rasanya hanya ingin Tika habiskan dengan bermalas-malasan, percakapan tadi pagi membuatnya semakin enggan meninggalkan kasur dan keluarganya.Tika benar-benar tidak bias membayangkan bagaimana rasanya jauh dari keluarganya dan tentu saja Rino. Banyak sekali pikiran negative yang terjun ke dalam kepala Tika, dari yang banyak aturan,kasurnya tingkat,ga boleh keluar lama lama, kakak kelasnya pasti galak, pasti banyak tugas, dan yang terburuk adalah harus bangun pagiii, itu adalah satu paket mimpi buruk yang berhasil otaknya ciptakan. Ngeri rasanya harus merasakan selama 3 tahun lamanya. Bahkan untuk membereskan baju ia tak punya tenaga sama sekali, hingga akhirnya…
Terdengar suara ketukan pintu

“Tikaaaaa, kamu ngapain didalem kamar?? Packingnya dah selesai???”

Dengan sangat malas Tka menjawab “bentar, dikit lagi bu”

Tika lebih memilih berbohong ketimbang harus berdebat lagi dengan ibunya,ia tidak mau menghabiskan hari ini dengan debat,setidaknya dia ingin hari ini menjadi hari terakhir yang special.

“ayo, ke supermarket belanja barangnya, listnya udah dituliskan?”

Lalu Tika keluar dengan kaos dan jeansnya, dengan wajah lesu ia berkata “belum, aku bingung apa saja yang harus dibeli, tolong jangan marah bu, aku benar-benar tidak tahu” kata Tika dengan wajah yang tertunduk

Tika berpikir ibunya akan memarahinya dan ngomel alih alih menanti ternyata ibunya malah tersenyum dan menepuk pundaknya

“ayo ibu bantuin, cepet ditulis yang ibu bilang.”

Tika kaget dan menoleh ke ibunya,melihat senyuman itu membuat semangat Tika kembali dan ia menuruti kata ibunya,ia mengambil kertas dan bolpoin lalu menulis semua apa yang dikatakan ibunya. Tidak lama setelah itu mereka menuju kedalam mobil dan segera menu ke supermarket untuk membeli barang tersebut.

“kurang apalagi,nduk?”

“hmmm,kurang ember sama hanger bu”

“sebelah sini”

“buat apa juga bu hanger sama ember,emang ga disediain ya??”

“disana ga ada tukang cuci,kamu harus nyuci sendiri,ember buat pakaian kotor kamu,hanger ya buat gantung baju lah, masih nanya lagi”

“oke”

Kata Tika dengan sangat tidak bersemangat, moodnya kembali jelek ketika ibunya mencreweti banyak hal tentang sikap dan perilaku yang harus Tika lakukan dalam asrama sepanjang perjalanan menuju supermarket hingga mencari barang yang dibutuhkan. Jujur ini adalah kejadian langka ketika Tika dan ibunya berbelanja bersama karena pasti Tika memiliki 1000 alasan agar ia tidak ikut ibunya belanja. Tika berpikir belanja hanya membuang waktu dan ribet,ia tidak menyukainya sama sekali. Tika merasakan rasa senang ketika iamemiliki waktu berdua yang cukup banyak bersama ibunya, meskipun isinya hanya omelan tentang sikap dan perilakunya saja.

H A M P ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang