Rino tersenyum dan tertawa. Mereka pun menikmati indahnya bintang malam itu, entah kenapa bintang dan bulan malam itu sangat terang. Beberapa saat kemudian Tika mengajak pulang karena sudah larut. Ia sudah puas menghabiskan waktu berdua dan ia ingat bahwa esok ia harus bangun pagi dan pergi.
Sesampainya didepan rumah, Rino hanya diam saja dan menunduk, Tika heran dengan kelakuan Rino, Tika mencoba mengangkat kepala Rino dan terlihat mata Rino yang basah, Rino menangis. Sepanjang perjalanan Rino menangis karena harus berpisah. Rino bukan laki-laki yang kuat, ia memiliki trauma tentang kehilangan dan melepas, Tika mengerti apa yang dirasakan Rino tapi ini semua harus dilakukan. Tika mencoba untuk menenangkan dan meyakinkan Rino bahwa ia tak kan merasakan hal tersebut, Tika akan pulang, Tika tidak akan pernah melepas Rino. Tika mencoba memeluk Rino namun ditolak dan Rino lebih memilih untuk pamit dan pulang. Tika yang melihat Rino pergi tanpa sepatah katapun merasa sedih dan bersalah, ia tidak pernah menginginkan hal ini terjadi dalam hidupnya, hanya saja ini adalah hal yang sangat berpengaruh dalam hidupnya nanti, mau tidak mau Tika harus pergi. Aku akan pulang Rino, ucap Tika dalam hati dan segera masuk rumah.
Tidak pernah Rino merasakan sakit yang sangat seperti ini. Merasakan rasa perih yang berusaha ia kubur dalam muncul kembali dengan sangat mudah. Kehilangan Ibu, wanita yang sangat ia cintai ketika keadaan yang belum membaik dan ia tak pernah bisa akur dengan ayahnya adalah hal yang sangat membuatnya terpukul. Ia kehilangan satu-satunya seseorang yang memahaminya, yang selalu bisa membuatnya bahagia ketika sedang marah terhadap ayahnya. Hanya kepada ibunya ia mampu bercerita banyak hal tentang hidupnya, bahkan ia belum sempat memperkenalkan wanita yang telah membuatnya berubah kepada ibunya. Ia sering mengajak Tika untuk sekedar menjenguk dan mengganti bunga dimakam ibunya, Tika sangat senang Rino terbuka tentang permasalahan dikeluarganya. Dan kembali rasa itu muncul. Kehilangan wanita terbaik yang mampu memahaminya, meskipun tidak untuk selamnya namun sangat membekas, Tikalah satu-satunya alasan ia mempunyai semangat hidup, memiliki niat untuk tetap bersekolah dan mau belajar. Ia pun ingin membuktikan kepada laki-laki yang pernah meremehkannya. Ayahnya. Ayahnya selalu menganggap remeh Rino itu yang membuat mereka tidak pernah akur. Rino tidak pernah mau menunjukkan rasa sedih itu kepada Tika, namun mala mini, rasa itu benar-benar membuatnya sesak sehingga tak mampu ia menahan tangisnya. Ia menangis didepan wanita yang ia sayang. Kadang ia malu menjadi seorang laki-laki yang cengeng, ia sering menutupi kesedihannya namun Tika berpikir sebaliknya, ia melarang Rino untuk menutupinya, bahkan Tika selalu berkata jika ingin menagis silahkan, tak perlu ditahan. Semua manusia tidak sempurna. Lebih mudah untuknya menangis di depan Tika, ia sudah sangat percaya kepada Tika.
Rino segera memarkirkan motornya digarasi dan segera menuju kamarnya. Ia tidak menggubris ayahnya yang sedang menonton televisi, ayahnya pun tak acuh dengan kedatangan sang anak. Rino menutup pintu dengan sedikit kasar hingga menimbulkan suara. Ia menjatuhkan diri keranjang dan menatap langit-langit. Ia membayangkan bagaimana ia nanti bersekolah baru tanpa ada hadirnya. Apakah ia akan kuat? Apakah ia akan menjadi Rino yang dulu lagi? Banyak pertanyaan yag muncul dikepalanya. Ia memejamkan matanya dan membiarkan pikirannya. Ia hanya ingin berusaha tidur dan melupakan sejenak rasa ini. Ingin rasanya ia kembali ke teman-temannya dan mabok agar ia lupa, namun ia telah janji kepada Tika dan kepada dirinya sendiri untuk tidak menjadi yang dulu. Masa lalu bukan untuk diulang , kadang masa lalu yang indahpun hanya cukup untuk dikenang. Ia lelah memikirkan semuanya dan tertidur dengan pakaian yang sama.
Selamat datang kembali kawan, terimakasih telah membaca ceritaku, kuharap kalian menyukainya, maaf jika ada salah penulisan kata,
Vote, comment dan ikuti terus kisah ceritaku selanjutnya#elephantus
KAMU SEDANG MEMBACA
H A M P A
Teen FictionIni adalah kisah seorang perempuan remaja yang tidak jauh dari sahabat,teman,keluarga,dan tentu saja cinta. Mungkin kisah ini terlalu monoton untuk kalian para pecinta novel, dan aku tidak akan menolak bahwa ya memang cerita ini hanya tentang itu, n...