22 | Berkunjung ke Rumah Iqbal

72 8 1
                                    

Ilana melepas ciumannya lebih dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilana melepas ciumannya lebih dulu. Tersungging senyum malu di bibirnya. Ada sensasi bara yang seolah menyengat di kedua pipinya.

Iqbal tiba-tiba menunjuk ke arahnya. "Wajahmu," katanya, menyadari perubahan di wajah Ilana.

"Ah, kenapa?" tanyanya tersipu.

"Memerah," tambah Iqbal dengan nada menggoda. Ilana menjadi salah tingkah, dia mencoba menyembunyikan diri dan mengalihkan pandang dari Iqbal. Hal itu membuat Iqbal tergelak karena gemas.

"Terima kasih sudah berjuang untukku," kata Ilana begitu tawa Iqbal mereda. Dia memberanikan diri menatap manik cokelat Iqbal. Debar aneh menyelusup ke hatinya. Bibir Iqbal tertarik ke atas. Terbayang sekilas betapa bibir itu membuat Ilana melayang untuk sesaat. Terjebak dalam dunia yang seolah hanya mereka yang miliki.

Iqbal membuka mulut hendak mengucapkan sesuatu, namun suaranya kalah oleh dering ponsel Ilana. Ilana lekas merisik ponsel yang ada di saku jaket parasutnya dan mendapati nama ibunya tertera di layar.

Orangtuanya menanyakan keberadaannya, dan Ilana memberitahu kalau dia sedang ada di rumah teman. Ibunya kemudian meminta Ilana segera pulang jika urusannya sudah selesai. Ilana mengiyakan dan telepon pun ditutup.

"Kau akan pulang ya?" tanya Iqbal dengan nada sedih. Ilana mengangguk.

"Semoga cepat sembuh, ya," kata Ilana memberi semangat. Dia bangkit dan mempersiapkan diri.

"Aku tidak mungkin 'kan bisa menahanmu? Memangnya aku siapa?" kata Iqbal dengan mimik memprihatinkan. Ilana tahu maksud dari ucapannya. Dia sedang merengek. Dengan menahan tawa Ilana kemudian mendekati Iqbal. Menangkupkan kedua tangannya di wajah Iqbal dan menatap wajah rupawan yang menggemaskan itu.

"Ayo, kita pacaran lagi?" kata Ilana, Iqbal terbeliak. Seolah tak percaya. Wajahnya dalam waktu singkat berubah merona.

"Mana mungkin aku bisa menolak. Kau yang memintanya," katanya, mengalihkan pandangan matanya karena tersipu.

Ilana melepaskan tangannya, "Sampai jumpa besok,"

"Aku antar ya," tawar Iqbal.

Ilana menggeleng, "Tidak apa-apa. Aku pesan ojek online saja," katanya, meyakinkan.

Ilana kemudian berdiri disusul Iqbal. Iqbal membantu memanggilkan kedua temannya yang lain untuk berpamitan.

Mereka berdua muncul dari arah kamar Arnas dengan baju dan luka yang ternyata masih diabadikan. Ilana pun menjadi merasa tak enak.

Setelah Ilana pergi. Iqbal mendapat hadiah dari Didi dengan sebuah sodokan di pinggangnya. Iqbal mengaduh.

"Aku liat apa yang kamu lakuin, Bro. Aku enggak nyangka, ternyata kamu bener-bener... mesum," goda Didi yang kemudian mendapat pukulan main-main, Arnas ikut membantu mengeksekusi.

Sisa Lara (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang