38 | Masa Suram Akan Berlalu

72 3 0
                                    

Iqbal sadar yang keluar dari mulutnya adalah sebuah kesalahan. kesalahan yang tidak dia sadar telah menyakiti perasaan Ilana yang terdalam.

Hari ini adalah hari yang sangat memilukan. Terbangun dengan keletihan luar biasa--sebab tidur malamnya tak benar-benar lelap. Pikirannya semrawut. Sangat meyedihkan memikirkan duka sementara hari terus berjalan.

Kemarin, untuk yang kedua kalinya, Iqbal mendengar kata terkutuk itu. Kata menjijikan yang keluar dari mulut gadis tercintanya. Bagaimana bisa dia membuat sebuah keputusan hanya karena sebuah desakan tanya? Bukan keinginan Iqbal untuk berpisah, dia hanya ingin Ilana sedikit jujur tentang apa yang terjadi. Dia terlalu banyak menenggelamkan dirinya dalam kesulitannya sendiri. Memilih untuk bungkam seolah jawaban akan terpecah di depan matanya sementara dia hanya diam. Kemungkinan itu terlalu mustahil.

Bagaimana bisa, hanya dengan sebuah kalimat, dia mampu membuat Iqbal kalang kabut. Merasakan sebuah siksaan yang menyakitkan. Antara hatinya yang begitu hancur, rasa kesepian yang tiba-tiba hadir, dan kekecewaan yang membuatnya tak berdaya. Iqbal bisa apa?

Kenapa Ilana selalu sensitif untuk hal-hal yang menyangkut kepribadiannya. Entah itu disadarinya atau tidak, Ilana akan memilih topik yang aman, selama dia tidak membicarakan dirinya sendiri. Dia akan dengan senang hati bercerita.

Dan di sanalah letak kesalahan Iqbal. Dia melakukan hal fatal untuk yang kedua kalinya. Dia mengintimidasinya seolah dia tersangka yang patut dihukum. Nyatanya, Iqbal hanya bersembunyi di balik kata-katanya. Menjaga harga dirinya yang seolah dipeloroti. Perihal perasaan, tentu Iqbal menentang kalimat sembrono yang keluar dari mulutnya.

Untuk yang kesekin kalinya, Iqbal mengusap wajahnya frustasi. Dia tidak tahan lagi dengan situasi yang seolah menekan dadanya itu. Dia pun bangkit dari dipan.

Hingga tiba-tiba bel apartemennya berdering. Iqbal terheran, ini masih terlalu pagi untuk bertamu. Jika itu Nesya yang kembali, itu mustahil karena dia tentu tahu password apartemen mereka. Selain itu, jika Inno pun tidak mungkin karena dia hanya ada urusan jika ada Nesya di rumah. Digelitik rasa penasaran Iqbal kemudian memeriksa tamu paginya.

Sesosok yang tidak asing memamerkan senyum di depannya. Iqbal tergeming sejenak, sampai gadis itu mengingatkannya apa dia boleh masuk? Iqbal langsung mempersilakannya.

Iqbal membiarkannya terduduk di ruang tamu, sementara dia menyiapkan minuman.

"Maaf menganggumu pagi-pagi begini," katanya dengan nada tidak enak.

Jika dikatakan gadis ber-badge Gina Fianna Pratiwi itu memang terlalu pagi bertandang ke rumahnya. Namun, tidak mungkin Iqbal mengatakan kalau itu tindakan yang tidak lumrah, 'kan?

"Tidak mungkin tidak ada urusan yang tidak penting sampai kau meluangkan pagi sibukmu untuk kemari." Iqbal membawa segelas teh hangat dan meletakannya di meja depan Gina. Gadis itu tersenyum, kemudian mengangguk.

"Sangat sangat penting," cetusnya dengan wajah serius.

Iqbal tergeming ngeri. Hal seserius apa yang membuat seorang gadis yang baru sekali bertemu ingin bertemu lagi bahkan sampai repot-repot mencari alamat rumahnya? Apa ada sesuatu yang dia inginkan?

Gina kemudian menyodorkan sebuh foto. Foto dirinya, Inno dan Ilana dalam satu gambar.

Iqbal mengernyit. Ini maksudnya apa?

Mendapati reaksi Iqbal, Gina tersenyum penuh arti.

"Aku, Inno dan Ilana adalah sahabat dekat semasa sekolah dulu. Kau pasti memiliki banyak pertanyaan tentang kekasihmu, kan? Aku bisa membantumu menjawab semua keingintahuanmu. Terlebih tentang calon kakak ipar yang malah menusukmu dari belakang itu," katanya dengan senyum culas.

Bagaimana dia bisa tega mengorek masa lalu mantannya sendiri? Itu bukan hal yang baik untuk dilakukan.

Iqbal mendesah frustasi. Sejujurnya dia ragu. Ilana akan sangat membencinya jika dia tahu hal itu, namun apa itu masih akan jadi urusan sementara mereka sudah menyandang status sendiri-sendiri. Mungkin ada baiknya Iqbal tahu, entah sedikit. Setidaknya itu akan  membuatnya mengerti alasan kenapa Ilana mau menemui mantan kekasihnya lagi. Hal yang masih mengganjal di dada Iqbal.

"Apa kesepakatannya?" tanya Iqbal. Dia tahu, Gina datang tak mungkin tidak membawa maksud.

"Patuhi keinginanku. Maka kau akan mendapat semua jawaban yang kau inginkan."

Iqbal tergeming dalam kebimbangan.

***


Siang itu, di hari bolosnya yang ke dua Ilana memutuskan untuk menemui Nesya di restaurannya.

Gadis itu terlihat sedang sibuk mengurusi pesanan yang membludak. Pengunjung jam makan siang memadati semua bangku restaurant.

Namun, kehadiran Ilana membuat semunya teralih. Nesya menghentikan kesibukannya sejenak dan mendatangi Ilana. Senyum hangat merekah di wajahnya. Dia menyambut Ilana seperti biasa.

Perjumpaan dengan Nesya selalu menjadi momen yang menyenangkan. Entah, sampai kapan dia akan sehangat ini saat menyambutnya. Ilana memiliki firasat buruk tentang hidupnya.

Firasat tentang masa lalunya. Rahasia kelamnya bersama Inno. Jika fakta itu Nesya ketahui, dia pasti akan sangat terluka dan kecewa. Ilana tidak sanggup membayangkannya.

"Ada apa, La. Tumben mampir," kata Nesya kemudian, setelah mereka mendapatkan tempat yang nyaman untuk mengobrol.

Ilana tidak menjawab, alih-alih menyodorkan sebuah kotak ke hadapan Nesya. Gadis itu mengernyit.

"Aku sudah lama menyimpannya. Jika Ka Nesya tidak keberatan. Bisa titipkan kotak ini pada Iqbal?" tanya Ilana penuh harap.

Nesya terlihat menimbang untuk sejenak. "Kenapa tidak diberikan langsung saja?"

Ilana menggelang. "Aku akan ke luar kota beberapa hari. Lagipula, hubungan kita sedang tidak terlalu baik, jadi rasanya tidak nyaman untuk bertemu langsung. Ka Nesya, bisa membantuku, 'kan?" Bujuk Ilana lagi.

"Baiklah," katanya akhirnya. Nesya mengambil kotak itu. "Aku akan memberikannya pada Iqbal." Ilana tersenyum.

Ilana beruntung, Nesya bisa diandalkan dalam hal ini. Meski bagi Ilana, dia merasa agak tidak nyaman, namun dia tidak punya pilihan lain selain bergantung pada kebaikan kakak dari mantan kekasihnya itu. Setidaknya pesannya tersampaikan. Kotak itu adalah isi hatinya, momen indah mereka dan akhir kisah mereka.

Ilana pun pamit. Dia akan berangkat sore nanti. Jadi, dia perlu persiapan untuk itu.

Mereka pun saling mengucapkan salam dan berpisah.

Sebelum langkahnya jauh Ilana sempat berbalik dan berkata, "Aku berutang maaf padamu, Ka. Tolong maafkan kesalahanku, jika itu sulit, setidaknya tolong pertimbangkan aku untuk tidak kau benci." Nesya mengernyit bingung.

"Maksudnya?" tanya Nesya, tidak mengerti.

Ilana tidak menjelaskan lebih lanjut. Alih-alih membuat langkahnya berjarak dan dia pun berlalu.

***

Sorenya saat Ilana hendak pergi. Inno tiba-tiba muncul di depan gerbang rumahnya. Sekali lagi, Inno meminta Ilana untuk mempertimbangkannya kembali. Karena bagaimanapun dia adalah ayah dari anak yang dilahirkan Ilana. Dia punya kesempatan besar untuk membahagiakan keduanya. Kini hanya tinggal kesediaan Ilana untuk menerimanya kembali, membuka hatinya, memafkannya serta melupakan kesalaham Inno dahulu. Inno sangat berharap Ilana bisa mengerti.

Sayangnya Ilana tidak mengatakan apa pun. Dia lebih memilih bungkam dan meninggalkan Inno. Sementara mobil Ilana melaju menjauh, Inno berteriak dengan penuh keyakinan. "Kamu tidak akan pernah bisa kabur. Sejauh mana pun kau pergi, sepintar apa pun kau bersembunyi, kau tetap akan kembali padaku. Karena akulah rumahmu yang sesungguhnya."

Ilana berharap dia tuli saat itu. Sayangnya dia tidak bisa berbohong jika dia mendengarnya. Inno ternyata bersungguh-sungguh dengan niatnya. Apa yang harus Ilana lakukan?

***

Sisa Lara (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang