1

11 1 0
                                    

           Pagi yang begitu cerah di musim penghujan, menyambut tahun ajaran baru kali ini. Riuhnya suara anak anak memenuhi ruang kelas, ada yg merengek sambil bergelayutan di lengan ibunda mereka seakan enggan di tinggalkan. Bahkan ada yang sampai menangisi kepergian ibunda meraka. Para guru sibuk membujuk, merayu dan menenangkan anak anak yang sedikit rewel. Setelah semua wali murid telah keluar dari ruang kelas maka tahun ajaran Taman Kanak-kanak Dharma Wanitapun di mulai.
Seperti biasa di hari pertama masuk ajaran baru hanyalah di isi dengan sesi perkenalan dan pendekatan murid antar murid maupun murid dengan para guru.
Aku memulai mengabsen satu persatu murid murid baruku. Dan mempersilakan satu persatu dari mereka maju kedepan memperkenalkan diri, menyebutkan hobi, cita-cita dan pertanyaan seperti biasanya. Setelah sesi perkenalan selesai kami bermain game bersama. Mereka sudah saling mengenal dan mulai akrab tidak seperti orang dewasa yang penyesuaiannya sedikit lama. Dan tibalah ketika jam istirahat anak anak langsubg berhamburan keluar kelas ada sebagian yg memilih makan bekal mereka di dalam kelas bersama ibunda mereka, ada pula yang bermain di taman di temani dengan ibundanya masing masing. Maklumlah hari pertama sekolah para wali murid masih menunggui anak anaknya.
Aku tersenyum dapat menyaksikan pemandangan bahagia seperti ini lagi. Ya, ini adalah tahun ke 3 aku mengajar di TK ini. Senang rasanya setiap hari melihat dan membimbing anak anak yang di usianya masih begitu polos dan lugu.
"Permisi, ibu Marwah," tiba-tiba seorang wanita paruh baya sambil menggandeng seorang anak perempuan mengagetkanku dari lamunan. Beliau sudah tau nama saya karena kami berkenalan saat sesi perkenalan bersama seluruh wali murid.
"iya ibu, ada yang bisa saya bantu?," ucapku, sambil tersenyum ramah.
"begini, mungkin saya akan pergi sebentar untuk check up di rumah sakit. Dan saya belum tahu akan selesai sampai jam berapa," ucap wanita paruh baya itu. Ku akui walaupun beliau sudah tidak lagi muda mungkin sudah berkepala 5 atau mungkin lebih namun beliau masih terlihat begitu segar dengan tubuh beliau yang agak berisi yang di balut gamis berwarna senada dengan jilbab di wajahnya. Beliau masih tampak begitu cantik.
Aku mengangguk sambil tersenyum kepada beliau.
"jadi kalau ibu Marwah tidak keberatan, saya titip cucu saya sebentar nanti abinya yang akan menjemput sepulang dari kerja," lanjut beliau.
"dengan senang hati bu, saya akan menemani cucu ibu sampai abinya tiba," ujarku, sekitapula anak itu melempar senyum manisnya kepadaku. Lalu ku ulurkan tanganku padanya dengan senang hati ia menerima uluran tanganku.
"sini sayang sama ibu guru dulu ya, " ucapku, ia kemudian mengangguk sambil tersenyum.
"terimakasih banyak bu Marwah," ucap beliau.
Sebelum neneknya pergi Safa mencium telapak tangan neneknya, sambil berucap "hati-hati eyang, ngga boleh ngebut-ngebut bawa mobilnya. Nanti safa aduin ke abi lho,". Lucu sekali anak ini batinku sambil tersenyum. Ya, aku akhirnya mengingat nama anak perempuan ini,  Safa, yg katanya hobi makan tapi badanya ngga mau gemuk. Itu celotehnya di depan kelas saat memperkenalkan diri di depan kelas tadi. Sontak anak anak yang lain tertawa riuh di buatnya.
"tenang saja,  eyang ini tau diri sudah sadar umur," balas eyangnya tak mau kalah. Mereka berdua terkekeh begitupula denganku.
"kamu jangan nakal sama bu guru ya, baik baik, " nasihat eyang sambil mengusap-usap kepala cucu kesayanganya.
"Assalamualaikum,"  eyang memberi salam
"waalaikumsalam, " jawab ku dan safa berbarengan mengiringi langkah eyang yang berlalu meninggalkan halaman TK menuju mobil berwarna putih di parkiran yang terlihat dari tempatku berdiri.
Tak terasa jam istirhata telah usai, ku ajak Safa kembali masuk kedalam kelas.


    🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Ukhibuka FillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang