2

10 2 0
                                    

         Jam pelajaran telah usai, anak anak sudah dijemput oleh wali mereka masing masing. Terkecuali Safa, yang masih duduk termangu di taman menunggu abinya tiba untuk menjemputnya. Kupanggil Safa, kuajak ia masuk ke ruang istirahat, disana ia bisa bersantai sembari menunggu abinya. Di TK ini memang sengaja di sediakan sebuah ruangan untuk anak anak apabila orang tua mereka terlambat menjemput, disini disedikan sebuah tempat tidur tingkat untuk berjaga jaga apabila anak anak mengantuk tatkala menunggu jemputan mereka. Juga ada rak buku yang sekian banyak adalah buku dongeng, bacaan doa anak dan buku anak pada umumnya, ada beberapa mainan kuda kudaan dan teman temanya di sudut ruangan agar mereka tidk merasa jenuh.
Sesampainya di dalam Safa memilih duduk di tepi ranjang tempat tidur, ia melihat sekililing, melihat dinding yang di gambar hewan tumbuhan dan bunga² dengan latar hijau, kemudian mendongak ke atas melihat atap berwarna biru dihiasi dengan awan dan pelangi warna warni bergelantungan di tengah tengah atap.
"Safa suka di sini bu," ucapnya dengan riang.
"Alhamdulillah," ujarku,sembari duduk di sampingnya sambil membelai kepala Safa.
"o, iya tadi kenapa eyang yang anter Safa ke sekolah?, " tanyaku, karena biasanya di hari pertama masuk sekolah yang mengantar dan menemani anak anak adalah ibunda mereka.
"abi kerja, jadi eyang yang nganter Safa," jawabnya sambil mengayun²kan kedua kakinya.
"umi?, " tanyaku penasaran.
"umi udah sama Allah, " jawabnya sambil menatapku dengan senyum sendunya.
"maaf, ibu guru tidak tau, " ucapku sambil memeluk Safa.
"kata abi, umi udah bahagia di rumah Allah, jadi Safa ngga sedih lagi, " ucap Safa. Ku usap pipi mungil anak itu. Kasihan, gadis sekecil ini sudah di tinggal ibundanya. Tapi sepertinya Abinya mengasuh dan mendidik anaknya dengan sangat baik.
"Safa lapar ngga? Ibu guru punya kue loh, ibu ambilin sebentar ya, " tawarku, untuk mengalihkan pembicaraan diantara kami, agar Safa tidak mengingat masa sedihnya dulu. Aku beranjak dari tempatku duduk menuju kantor mengambil setoples kecil kue kering yang ku buat kemarin malam. Aku memang sering membuat kue dikala senggang, untuk sekedar cemilan bersama abah di rumah. Dulu waaktu umi masih ada kami sering sekali menghabiskan waktu di dapur bersama, entah itu membuaat kue atau sekedar memasak untuk sehari². Sudah setahun sejak kepergian umi rumah jadi terasa ada yang kurang.
"naaaahhhh ini dia kuenya, " ucapku sambil menyodorkan setoples kue pada Safa.
"uwwwaaahhh, kue  kismis, " ucapnya dengan riang. Langsung ku buka tutup toples tersebut dan dengan lahapnya ia memakanya satu persatu.
"enak bu guru," Safa memuji kue kering buatanku, aku terus tersenyum melihatnya.
"uwaaahh bu guru hebat, " ia kembali memujiku, entah kenapa aku jadi tersipu di buatnya.
"kata abi, dulu umi sering buatin brownis buat safa, tapi Safa ngga ingat lagi rasa brownis buatan umi tapi kata abi rasanya enaaaakkk bangeett lho, " tambahnya, ia bercerita sambil terus mengunyah kue di dalam mulutnya.
"gimana kalau besok bu guru buatin brownies buat Safa?, " tawarku. Ia langsung mengangguk penuh semangat, melihat senyumnya sungguh membuat hatiku bahagia.
Sedang asyiknya bercengkrama dengan Safa tiba² pintu yang terbuka lebar di ketuk oleh seseorang.
"Assalamualaikum....," terdengar salam terucap dari seorang laki laki. Safa yang mendengarnya hafal betul itu suara Abinya, ia bergegas berdiri dan berlari kecil ke arah Abinya, ia langsung memeluk Abinya di balas kecupan penuh kasih sayang di kening Safa oleh Abinya.
Aku menyusul sambil ku bawakan tas Safa yang tertinggal di tempat tidur.
"Abi, ini bu guru marwah yang nemenin Safa," safa memperkenalkanku pada Abinya.
"perkenalkan, saya Hasan Abinya Safa, " sembari mungulurkan tangan kananya. Ku telungkupkan kedua tepak tanganku di dada sambil tersenyum dan mengangguk. Ia menjadi agak gugup karenanya.
"terimakasih banyak sudah bersedia menemani anak saya, " ucapnya berterimakasih.
"sudah kewajiban saya pak, lagipula Safa anak yang baik dan lucu kami jadi langsung merasa dekat, " ucapku
"Alhamdulillah.., " ucap Hasan lirih.
"kalau begitu kami pamit dulu bu Marwah, " ucap Hasan. Safa langsung mengulurkan tangan kananya padaku, di kecupnya punggung tanganku.
"terimakasih bu guru, Safa pulang dulu ya, " ucapnya. Sambil menggending kebali tasnya.
"hati² di jalan ya sayang, " aku membungkuk sambil mengelus kepalanya.
"Assalamualaikum... "
"waalaikumsalam... " jawabku.
Aku masih melihat mereka berjalan meninggalkan halaman TK.
Tak kusangka gadis sekecil itu telah mendapat ujian yang berat di tinggal oleh ibunya untuk selamanya. Tapi Safa sepertinya gadis yang kuat dan tegar. Abinya juga begitu baik dan pandai merawat gadis kecilnya. Mungkin Abinya berusia 3 atau 4 tahun lebih tua dari ku. Kalau sekarang saja usiaku menginjak 24 tahun mungkin ia berusia sekitar 3 tahun di atasku. Ya, masih muda tapi wajahnya terlihat begitu teduh dan berwibawa. Melihat Abinya yang begitu rupawan pasti umi Safa jugalah wanita yanh sangat cantik.

Setelah mereka beranjak pergi dari halama TK, akupun bergegas pulang ku ambil tas ku di kantor ku lihat sudah tidak ada guru piket yang berjaga. Biasanya jam segini masih ada 1, 2 guru piket yang masih berjaga. Ah iya tentu saja inikan hari pertama masuk sekolah tentu saja tidak ada wali yang telat menjemput anak anaknya.

Langit terlihat mendung,  aku setengah berlari keparkiran sambil mengambil kunci motor di dalam tas. Bergegas ku tancap gas menuju rumah.

    🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Ukhibuka FillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang