( 14 ) Pulang

21.7K 800 478
                                    

Update cepat kaaan?
Sebagai gantinya, minta satu kalimat aja buat Mas Rafkan.. :)

***

Rafkan berjalan keluar dari kamar hotel, menuju lobi. Langkahnya terasa ringan dan bersemangat. Bagaimana tidak. Hari ini ia akan bertemu dengan keluarga kecil yang sangat di rindukannya.

Sesampainya di lobi utama ia melihat semua karyawannya sudah berkumpul.

"Siang Pak," sapa Rifki karyawan Divisi Finance,

"Siang juga." Rafkan mengulas senyum pada semuanya.

"Sudah berkumpul semuanya?"

"Sudah Pak,"

"Siap. Sudah Pak."

"Udah Pak."

"Baiklah, Dinas kita di Bandung sudah selesai sampai hari ini. Alhamdulillah semuanya di beri kelancaran sama Allah, ini bukan tugas akhir kita. Melainkan langkah awal memulai perjalanan baru. Dengan di bukanya kantor cabang ini, tugas dan tanggung jawab kita bertambah. Kita yang berada di kantor Pusat harus bisa menjadi sebaik-baiknya figur untuk mereka yang ada di sini. Setelah ini, semoga secepatnya bisa membuka kantor cabang lagi. Aamiin.."

Para Karyawan mengamini ucapan Rafkan.

"Untuk besok kalian semua, saya kasih bonus libur, satu hari."

Para karyawan bersorak senang, mendengar ucapan Rafkan. Namun ada satu orang yang menunjukkan ekspresi berbeda, terlihat begitu mencolok di antara semua orang.
Tentu saja Dita, ia nampak murung. Sepertinya dia keberatan karena Rafakn memberikan libur.

"Kalau misal tetep kerja boleh nggak Pak?" Tanya Dita tiba-tiba, membuat yang lain diam sekaligus merasa kebingungan.

Rafkan tampak berpikir sebentar, setelahnya mengangguk sembari tersenyum.
"Tentu saja boleh, dan ada tambahan bonus buat jajan pas nanti gajian."

"Wah... berarti ada dua opsi bonus dong Pak kalau gitu?" Tanya Dewi, sang kepala HRD.

"Kalau gitu, kita pilih bonus buat jajan aja Pak, iya nggak guys?" Ucap Rifki yang di setujui oleh semuanya.

Rafkan tertawa kecil,
"Oke. Berarti besok semangat kerja lagi, tidak ada kata malas dan ngeluh cape."

"Siap laksanakan Pak." Rifki membentuk hormat tangannya.

"Siap Pak,"

"Siap."

"Ya udah, kita berangkat sekarang. Mobil yang ini biar saya yang nyetir," ucap Rafkan, memutari mobil lalu duduk di balik kemudi.

"Padahal biar saya aja Pak. Takutnya Bapak kelelahan," kata Rifki yang merasa tak enak, melihat sang atasan yang menawarkan diri menyetir mobil.

"Gak usah. Biar saya saja, kalian cepetan naik, tolong bilangin sama mobil yang kedua jangan sampai terpisah jauh. Takutnya ada apa-apa,"

Rifki berjalan menuju mobil ke dua yang Rafkan maksud, mengatakan apa yang barusan Rafkan bilang. Lalu kembali lagi ke mobil pertama. Baru saja Rifki ingin masuk ke kursi samping kemudi, tanpa di duga Dita sudah menyerobot masuk terlebih dahulu dan duduk manis di samping Rafkan.

"Apaan sih Dit, Lo kan harusnya di mobil ke dua."

"Tukeran Rif, biar gak bosen sama suasananya." Jawab Dita, sebenarnya Rifki sudah mau mengumpati Dita. Namun tak enak dengan Rafkan, walaupun wajahnya tampak kesal dia tetap berjalan ke mobil ke dua.

Sementara Rafkan, tidak ingin peduli apa yang Dita lakukan. Yang ia inginkan saat ini hanya cepat-cepat sampai. Dia sudah terlalu lelah, atau mungkin... terlalu Rindu?

Menikah Dengan Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang