( 15 ) Planning

13.9K 721 80
                                    

Kalian baca part ini sambil ngapain nih? Seseneng apa pas cerita ini update?

***

Kurang lebih sepuluh menit lagi memasuki waktu Magrib, Rafkan telah selesai mandi. Setelahnya ia langsung berganti dengan baju koko, Sarung, dan pecinya. Karena berniat langsung pergi ke masjid untuk melaksanakan Salat Berjama'ah.

Saat keluar dari kamar, ia melihat istrinya yang sudah mengenakan mukena, Alifa sedang memakaikan mukena kecil pada Yasna. Hal itu membuat Rafkan bangga pada istrinya yang begitu telaten mengurus Yasna dalam segala hal.

"Lifa aku ke masjid dulu ya, palingan pulang habis Salat Isya. So'alnya nanggung harus bolak-balik,"

"Iya Mas. Kita juga mau Salat iya kan cantik?" Alifa merangkum wajah Yasna, yang terlihat semakin bulat dengan mukena karakter LOL warna pink. Alifa mengecup pipi Yasna dengan gemas,

Yasna berceloteh tak jelas, begitu melihat Rafkan. Tangannya menengadah, seperti biasa. Minta di gendong.

Rafkan yang tidak tega, meraih Yasna ke dalam gendongannya.

"Putri Ayah cantik banget Ya, kayak Bunda cantik." Rafkan mengatakannya dengan tenang, tidak ada nada-nada gombalan. Namun berhasil membuat Alifa sedikit salah tingkah. Tapi beruntungnya, Alifa selalu bisa mengendalikan kegugupannya.

Sayup-sayup suara Adzan terdengar,

"Nah. Tuuh ... udah Adzan, Ayah ke Masjid dulu. Yasna juga Salat di sini sama Bunda ya," Rafkan mengecup pipi Yasna berkali-kali, sebelum menurunkan dari gendongannya.

Yasna kembali lagi pada rengkuhan Alifa,

"Aku berangkat dulu ya, Assalamu'alaikum?"

"Iya, wa'alaikumussalam.."

Setelah Rafkan pergi, Alifa membawa Yasna masuk ke Mushala yang terletak di dalam kamar. Sesampainya di sana, Alifa menggelar sajadah untuk dirinya dan Yasna.

"Kita Salat dulu ya sayang, kalau Salat harus diem Yasnanya gak boleh ke mana-mana. Yasna duduk di samping Bunda Ya.. "

Seperti anak yang sudah besar, mengerti dengan apa yang di katakan sang Bunda. Saat Alifa memulai salatnya, Yasna sama sekali tidak mencoba bergeser dari posisi duduknya saat ini. Meskipun ia hanya diam, belum bisa mengikuti gerakkan Salat yang Alifa lakukan. Setidaknya Yasna sudah mendengarkan dan mengerti apa yang Alifa katakan.

Di raka'at terakhir Alifa Salat, Yasna yang sepertinya bosan terus berdiam diri. Merangkak ke pangkuan Alifa.

Usai Salat, Alifa berdo'a terlebih dahulu. Setelah itu memeluk Yasna. Mengecup ujung hidung dan pipi Yasna.

"Ternyata Yasna pinter Salatnya,"

"Sekarang, ngaji sama Bunda. Mau?"

Setiap kali selesai melaksanakan Salat, Alifa selalu mengajak Yasna mengaji walaupun cuma membaca satu surat pendek dan beberapa huruf hijaiyyah, selalu Alifa lakukan dengan rutin. Tujuannya, tentu agar kelak Yasna akan terbiasa melakukannya. Jika sudah terbiasa, maka akan sulit untuk di tinggalkan. Bahkan jika sewaktu-waktu terpaksa di tinggalkan karena darurat, akan merasa tak tenang, seperti mempunyai hutang yang harus di bayar.

"Coba ikutin Bunda, A ... lif."

Yasna menatap lekat wajah Alifa, seperti mengamati dan menden

"Alif,"

"A ...if ... A .. if .... Aif,"

"Ye .. Yasna pinter,"

"Sekarang. Ba," sebisa mungkin, Alifa mengucapkan pelafalan hurufnya dengan jelas.

Menikah Dengan Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang