Bagian 4

46 7 31
                                    

"Jangan jadi orang ganteng, kamu gak akan sanggup, biar aku saja."

Normal Kamaru
"∆"___________________________''∆"

Setelah jam pelajaran usai, aku memutuskan untuk pergi ke kantin mengisi perut ku, yang sudah sejak tadi meronta-ronta minta diisi.

Sedangkan si Normal mengekori ku di belakang, sambil memasang muka malaikatnya, yang bisa bikin para cewek mimisan hanya dengan melihatnya.

"Huh, dasar cowok cantik", maki ku dalam hati, sambil melirik ke  kiri dan ke kananku, melihat cewek-cewek pada histeris kayak kerasukan setan saat si Normal lewat.

"Kyaaaaaaa, Normal jiwa dan raga ku hanya untuk mu" kata si cewek dramatis.

"Normal adalah suami idaman kami" kata si cewek-cewek penuh harap.

"Normal kamu ganteng banget, daku makin cinta deh" kata si cewek dengan senyum yang mengembang.

Ada pula yang lebih parahnya lagi si cewek bawa-bawa pisau trus ngancam cewek yang lain bahwa si Normal hanyalah miliknya seorang, trus berkata sambil memainkan pisaunya.

"Siapa yang berani mendekati Normal ku, akan ku mutilasi potong dua belas."

Aaih daku ngeri sekaligus miris  liatnya, untung muka ku tidak tampan dan tidak pula rupawan tetapi sedang-sedang saja.

Saat sampai di kantin aku langsung memilih meja yang paling pojok, jauh dari keramaian supaya tenang, bebas dari ancaman para cewk-cewek yang seperti ingin menelanku hidup-hidup.

Tak berselang lama, si biang kerok pembuat masalah dalam hidupku datang dan duduk tepat di depanku, siapa lagi kalau bukan si Normal sohib terkampetku, untung saja aku memilih tempat yang paling pojok, aman dari leser yang mematikan.

Setelah itu Datar juga ikut bergabung untuk makan siang bersama ku dan normal, dia duduk disampingku.

Datar Sanjaya Wijaya, seorang cowok yang mukanya selalu datar, sedatar papan seluncuran, saking datarnya aku sampai tak bisa membedakan antara mukanya sama papan seluncuran, benar-benar mirip tapi tak sama dan berbeda pula, ya kali aku samain benda mati sama orang hidup, daku tak setega itu Ferguso.

Selain mukanya selalu datar, iya juga irit bicara, saat ditanya ia hanya akan menjawab seperlunya saja, seperti :

"Hmmm"

"Ya"

"Kagak"

"Oh"

"Ok" atau malah menuliskannya di sebuah note.

Pokoknya gak sesuai deh sama mukanya yang ganteng itu, walaupun gak seganteng normal.

"Atar, mana si Kotori ?" Tanyaku pada Datar yang biasanya selalu jalan bersama Kotori.

"Iya nih, mana si kotor, katanya dia mau gabung makan bareng kita ?" Kata normal ikut bertanya.

Inuzuka Kotori, biasa di panggil Kotori, atau aku sering memanggilnya ori bukan original ya,  cowok blasteran Indonesia dan Jepang, ayahnya orang Jepang yang sudah lama menetap di indonesia menikah dengan ibunya yang asli orang Jawa.

Kotori punya mata sipit, rambut yang berwarna hitam pekat, wajahnya selalu berseri dengan senyum hangat nan memikat, bahasanya kadang di campur-campur kayak es campur, kadang indonesia, kadang Jepang, kadang dengan logat jawanya yang kental.

Datar hanya melirikku dan Normal dengan tatapan lempengnya tanpa ada niat untuk menjawab, seakan akan mengatakan.

"Mana ku tau dia dimana, tanya sama emaknya sana !!."

ANGKASA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang