Chapter 1

1.4K 83 40
                                    

***

Tap... Tap... Tap...

"T... t... tolong... jangan lakukan..." terdengar sebuah suara bernada ketakutan di dalam kegelapan.

"Hm? 'Jangan' katamu?" sahut suara lain. Sebuah benda tajam yang ternyata adalah sebuah pisau tergenggam di tangannya. Ia masih terus melangkah, mendekat.

"A... ak-aku mohon... ampuni kami..." suara yang lainnya muncul dengan nada bergetar akibat juga merasa takut.

"Eh? 'Mengampuni' kalian? Haha, yang benar saja." tukas sosok pemegang pisau sambil tertawa singkat.

Matanya berkilat tajam menatap kedua orang yang terduduk di hadapannya. Ia bisa melihat jelas raut ketakutan dan pucat di wajah mereka, ia menyeringai senang. Namun, yang ditatap justru semakin takut seperti tengah melihat hantu. Ia berjongkok tepat di depan salah satunya.

"Hey, kalian sadarkan apa yang sudah kalian lakukan?" tanyanya. Ujung pisau mulai teracung angkuh.

"K.. k.. kami m-minta maaf... k-kami hanya ikut-ikutan saja.."

"Hehe... hahahahahahaha!" sosok itu tertawa kencang, menganggap perkataan itu adalah sebuah lawakan.

"Kata-kata yang benar-benar lucu dan secara bersamaan juga membuatku muak."

Sreet..

"Aargh.." jeritan perih keluar setelah pisau tersebut menyayat dalam satu mata yang berada di depannya. Mengalirkan darah segar yang segera menetes ke tanah.

"Mau kalian ikut-ikutan atau tidak, tetap saja kalian sudah melakukannya. Kalian benar-benar melukainya, melukainya kalian dengar!!" bentaknya. Kedua orang itu terdiam sambil menunduk, takut memandang orang itu.

"Si bodoh itu selalu saja menahan dan memendam semuanya tanpa ingin membalas sedikit kepada kalian, heh, tindakan yang benar-benar bodoh! Meskipun begitu, aku yang akan membalasnya pada kalian saat ini juga. Karena dia menginginkannya. Aku tahu itu. " ucapnya sambil berdiri, tersenyum. Senyuman yang menakutkan.

"T.. tidak... jangan lakukan..."

"Jebal... jangan bunuh kami... kami benar-benar minta maaf."

Yang mendengar hanya kembali tertawa keras. Keduanya merasa sudah mulai kehilangan harapan. "Kenapa kalian minta maaf padaku? Kalian bodoh, ya? Kalian harusnya minta maaf padanya bukan padaku, bodoh!"

"Tapi, walaupun kalian meminta maaf padanya aku rasa dia tidak akan pernah memaafkan kalian. Karena semua yang telah kalian lakukan padanya sudah membuatnya terutama diriku benar-benar muak dan tidak tahan lagi!"

Duagh!

Ia menendang perut salah satunya hingga jatuh terbaring dengan keras, menghantam tanah. Tak berhenti di sana, kaki yang digunakannya barusan langsung digunakan untuk memijak dada orang itu dan menekannya kuat-kuat hingga terdengar suara retakan yang membuat merinding.

"Aaargh!! He-hentikan..." lirih si korban.

"Haah? Berhenti? Hahahahahaha, aku baru saja mulai. Sayang kalau ku hentikan." balas sosok tersebut.

"Ayo, lanjutkan." bisiknya sambil tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya dan pisau yang telah siap.

"J... jebal... j-jangan b-bunuh-"

Jleb!

"Aaaaaarrrggh!!"

Jleb! Jleb! Jleb!

Tangannya terus menusuk sembarangan pada tubuh di bawahnya tanpa ampun. Darah mulai berserakan dan tak sedikit juga mengenai wajah dan pakaiannya.

Good or Not Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang