Aku pun memutuskan untuk berjalan ke aula. Kebetulan katanya hari ini ada perombakan kelas. Di jalan, aku masih memikirkan apa maksud perkataannya tadi.
"Pagi, anak-anak. Berhubungan hari ini akan diadakan perombakkan kembali kelas untuk tingkatan kelas 10, saya harap perombakkan ini tak menyurutkan semangat kalian untuk berjuang di sekolah ini. Beberapa menit lagi sudah akan mulai jam pembelajaran, mungkin akan saya himbau ke pada guru untuk tidak langsung mengajar, cobalah untuk mengakrabkan para siswa-siswi kita. Untuk pembagian kelas, sudah bisa dilihat di mading sebelah kanan aula , semangat anak-anakku".
Setelah Pak Kepala Sekolah mengatakan hal itu, muridpun berbondong-bondong mencari nama mereka.
Inginku menunggu hingga semua siswa menemukan dan baru aku akan mencari namaku. Tapi badan kecilku ini sudah terlanjur terombang-ambing oleh lautan manusia-manusia ini.
Sampai di mading aku berusaha untuk mencari namaku, namun aku tak bisa melihat apapun kecuali kepala orang-orang yang berkerumun seperti akan mendapatkan sembako berlian saja.
Tiba- tiba ada yang menarikku ke belakang. Aku terkejut melihat sosok pagi itu lagi. Lalu dia bilang aku harus mengikutinya. Aku tak mau mengikutinya tapi dia terlanjur menarik tanganku dan aku tak bisa menyaingi tenaganya.
Sampailah aku di depan suatu kelas.
"Ayo masuk", katanya."Kenapa aku harus masuk?", tanyaku dengan sedikit was-was.
"Karena kelasmu di sini, lah. Memangnya apa lagi?" ,katanya sambil menampilkan muka datarnya dan pergi masuk ke dalam meninggalkan ku.
Mungkinkan ini adalah awal dari suatu cerita . . .