2

2.5K 180 4
                                    

Enjoy!.

Ariana Asyhley

Nama yang tertulis pada makam yang ada di depanku, oh ya ampun ada apa ini. Sudah 10 menit kami berdiam di depan makam ini tanpa sepatah katapun. Aku baru saja ingin bertanya, sebelum suaranya terdengar

"Ana, dia teman baikku" ucapnya sambil menatap lekat pada makam itu, aku menoleh ke arahnya

"Aku kira pacar" jawabku lirih

"Kisah kami rumit, meninggalnya Ana adalah alasanku dua tahun lalu berada di Paris. Lalu bertemu dengan wanita aneh di Place Vendom yang meminta ikut pulang denganku"

Aku terkekeh geli akan penuturannya, aku yakin dia menyindirku kali ini.

"Tapi kamu jahat, bukan menolong malah meninggalkanku" jawabku

"Itu karena kamu tidak waras. Apa kamu selalu mengatakan itu pada lelaki tampan?" aku menggeleng cepat akan pertanyaannya

"Jadi sketsa itu, gambar wajah Ana?" tanyaku yang dibalas deheman sama Axcelio.

"Dulu kami bertiga bersahabat. Aku, Fero dan Ana. Jujur, aku pernah mencintainya tapi aku salah ternyata aku hanya sebatas nyaman padanya. Lalu Fero dan Ana, mereka berpacaran karena saling mencintai." ungkapnya padaku

Aku hanya mengangguk menepuk punggungnya.

"Ayo. Aku kenalkan pada ayah dan ibuku" ia bangkit lalu menggenggam tanganku meninggalkan pemakaman itu.

-----

Aku sampai di rumahnya yang terbilang cukup besar sama seperti rumahku, aku juga tahu ia adalah pria muda dengan karir yang memuncak.

Aku memasuki rumahnya dengan tangannya yang menggenggam erat jemariku seakan takut kehilanganku dan aku menyukai perasaan ini, perasaan diinginkan.

"Ma.." panggilnya

"Uda pulang, sayang?" jawab mamanya dari arah dapur

Anak dan ibu itu berpelukan, satu hal yang aku ketahui lagi adalah meskipun di luar ia terasa dingin namun di depan ibunya dia hangat, dan dia seorang anak untuk ibunya.

"Ma, kenalin ini Faelyn"

"Hallo, Tante" ucapku langsung menyalimi tangannya namun entah mengapa ekspresinya berbeda atau mungkin hanya perasaanku saja.

"Hallo, om" sapaku lagi sambil menyalimnya namun sepertinya terburu-buru

"Papa pergi dulu ya, ada urusan mendadak" pamitnyaa langsung melenggang begitu saja.

Kamipun duduk di ruang keluarga itu, meskipun dominan yang berbicara adalah Axcelio dan ibunya itu, Marie.

Art mereka menyuguhkan teh dengan beberapa cemilan untuk menemani santai sore ini. Selepas perginya Art itu, Marie bertanya padaku

"Lulusan apa?" tanyanya padaku yang membuatku sedikit kikuk

"Sarjana, tante" jawabku

"Bisa apa kamu?" tanyanya lagi, namun aku merasa aneh. Aku disini ingin melamar jadi menantunya bukan pegawainya.

Aku mengulas sedikit seyumku menimbang untuk jawaban "Mmm.. Masak mungkin, tante walaupun sedikit"

Aku sempat mendengar Axcelio tertawa kecil. Awas kamu ya!

Marie hendak mengatakan sesuatu namun Axcelio menahannya "Sudah ma, jangan begitu bertanyanya."

Aku cukup senang saat Axcelio membelaku tentu saja. Hanya pertanyaan ibunya Axcelio yang membuatku menahan sesak nafas seketika.

Defisit (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang