3

2.3K 180 3
                                    

Hai kamu, yang membaca cerita.
Terima kasih sudah singgah.

Enjoy!

Aku berjalan menelusuri kantor Axcel, karyawan juga sekretarinya juga sudah memaklumiku dan sudah mengenalku karena sering berkunjung di kantor ini baik pekerjaan maupun mengajaknya berkencan, itu dulu.

Masih sama seperti hari-hari lalu, Mark masih setia mengekoriku kemanapun aku pergi. Padahal aku sudah bilang untuk menunggunya di lobi tapi dasarnya papaku juga sih yang buat jadi dia keras kepala berkilah papaku bla bla bla.

Dan seperti biasa pula ia menungguku di tempat sekretaris Axcelio berada, aku mengulurkan tanganku untuk membuka pintu tersebut tapi kuurungkan ketika mendengar suara dari dalam.

"Sudahlah jemput Helena lalu ajak dia kencan atau makan siang"

"Tapi aku.."

"Apa susahnya sih, Cel? Helena kan teman kecilmu tidak susah buat kamu cinta sama dia karena dulu sering bersama"

"Aku cintanya sama Faelyn, ma" sahut suara orang yang aku cintai.

Aku tersenyum miris, bingung harus melanjutkan masuk atau tidaknya. Aku sudah berjanji untuk datang berkunjung ke kantornya tadi tapi sekarang aku bingung.

Mencari posisi aman, aku akan mengetuk saja. Baru saja ku angkat tanganku bermaksud mengetuk, pintu terbuka menampilkan ibu dari Axcelio mendengus melihatku.

"Anak manja mengerti mengetuk pintu ternyata" hatiku mencelos, apa maksudnya. Apakah itu bermakna bahwa orang tuaku tak mampu mendidikku dengan baik.

Aku menampilkan senyumku "Hallo, tante" ucapkan berniat menyalim tangannya namun ia langsung melenggang begitu saja.

Demi Tuhan, sekarang siapa yang tidak sopan?

"Sayang" panggil Axcelio padaku dengan tatapan meminta maaf, aku menganggukkan kepalaku.

"Ayo, kita jadikan makan siang?" tanyanya lagi, berjalan meninggalkan kantornya sambil menggenggam tanganku dengan erat. Meninggalkan Mark bersama sekretaris Axcelio, Bram.

Sampai di jalanan aku menemukan warung kaki lima yang dipadati pengunjung, aku pernah mendengarnya katanya jika warung sampai begitu ramai pasti makanannya enak.

"Cel, kita coba makanan disitu, yuk?" ajakku sambil menunjuk warung itu.

Alis Axcelio terangkat "Ilyn, jangan khawatirkan ucapan mamaku. Kita bisa tetap makan di cafe langganan kita"

"Tidak, bukan itu. Tapi aku memang ingin makan disana. Lihatlah pengunjungnya ramai sekali. Dan apa kamu tidak ingat dulu kita beberapa kali makan di kaki lima saat proyek dulu"

Ucapku meyakinkannya, mobilnya memamg berhenti sejak awal aku menunjuk tempat ini.

"Dengar, aku menyukaimu apa adanya. Memang dirimu sendiri bukan karena yang lain" jawabnya

"Ini bukan perihal mamamu kok. Tapi memang aku yang ingin makan disana" timpalku lagi, aku mengerti kecemasannya namun aku memang ingin makan disana.

Apakah itu salah?

Ku lihat dia mengangguk "Okay. Ayo" lalu ia membuka mobil dan ku ikuti, kami berjalan bersisian menuju pedagang kaki lima itu.

"Menu yang paling spesial apa?" tanyaku pada pelayan itu

"Ayam bakar madu dan cah kangkung" jawabnya

"Okay, dua porsi ya" ucapku dengan semangat.

Tak lama pesanannya datang dan aku juga Axcelio mulai menyantap makanan tersebut.

Defisit (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang