The Heaven (I)

1.7K 204 51
                                    

Tzuyu Chou

Cairan pekat berwaran merah telah menghiasi kedua lenganku begitu aku membuka mata. Sinar matahari berwarna jingga di luar sana bahkan tak mampu menembus gorden berwarna hitam di kamarku. Pun ketika aku membuka gorden, tidak ada pemandangan sama sekali selain hutan belantara yang terletak tak jauh di depan rumahku.

 Pun ketika aku membuka gorden, tidak ada pemandangan sama sekali selain hutan belantara yang terletak tak jauh di depan rumahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah membersihkan diri dan memakai seragam, aku langsung menenteng tas sekolahku. Aku sempat terdiam beberapa saat ketika mendengar suara benda pecah diiringi teriakan mama yang menggelegar. Aku sempat menoleh ke arah kamar kedua orangtuaku yang terlihat sangat kacau, tapi hanya sesaat. Mereka sudah biasa begitu, aku mencoba melerai pun, akan percuma karena aku hanya anak angkat.

Kupacu sepeda tuaku dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan yang dikelilingi pohon pinus tinggi. Jarak antara rumahku dengan sekolah tidak terlalu jauh. Hanya butuh waktu sepuluh menit, aku sudah sampai di sekolah Heaven—yang sama sekali tidak sesuai dengan namanya.

“Tzuyu! Tunggu aku!” Seseorang memanggil namaku. Dia Chaeyoung, teman sebangkuku. Tubuhnya lebih pendek dariku tapi ia masih ngotot ingin merangkul pundakku walau kakinya harus berjinjit. “Tumben kau datang sepagi ini? orangtuamu bertengkar lagi?” tanyanya.

Aku mengangguk, “Mereka memang selalu bertengkar.”

Kami berjalan beriringan menuju kelas kami yang berada di lantai dua, tapi beberapa orang yang berkerumun di depan lokerku membuat langkah kami terhenti. “Ada apa ini?” tanyaku kepada salah satu dari mereka.

Satu per satu dari mereka mulai melihat ke arahku. Seakan diberi aba-aba, mereka kompak minggir, memberiku jalan untuk dapat melihat apa yang terjadi. Chaeyoung langsung berteriak begitu melihat cairan pekat berwarna merah yang membentuk huruf X di depan lokerku, sementara perhatianku teralih pada sepucuk surat yang diselipkan di pinggir loker.

SELAMAT, KAU SISWA TERPILIH UNTUK MENGIKUTI RAPAT RAHASIA THE HEAVEN”

Jika ini undangan rapat, itu artinya aku tidak sendiri. Aku langsung memperhatikan loker-loker lain yang mungkin saja bernasib sama dengan loker milikku. Ada satu, dua, tiga, lima dan … delapan. Delapan orang. Aku menghela napas lelah, sepertinya tahun keduaku di sini akan berjalan sulit.

—————

T H E
H E A V E N

—————

Sebenarnya, ada satu tradisi yang rutin dijalani di sekolah ini yang mungkin tidak banyak diketahui oleh orang luar. Setiap tahunnya, akan ada pemilihan siswa untuk mengikuti rapat The Heaven. Entah sejak kapan tradisi ini bermula, aku hanya pernah mendengar kalau seseorang yang menciptakan The Heaven telah meninggal.

The HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang