The Heaven (III)

1K 203 45
                                    


Park Jihyo
(warn: 15+)

Sepanjang perjalanan, Jihyo terus menatap ke arah jendela. Suara lagu yang mengalun di radio sama sekali tidak mampu memecahkan dinding yang sedang dibangun diantara mereka. Jika Jihyo diam, maka lelaki itu apalagi. Sejak tadi obsidian tajamnya hanya fokus menatap jalanan tanpa mau menoleh pada gadisnya sekali pun. Ia begitu cemas akan keadaan gadis itu yang belum pulang, Namun rupanya Jihyo malah menghabiskan waktu dengan teman sebayanya di sekolah, memuakan sekali.

Mata Jihyo melebar saat lelaki itu membanting stir dan melajukan mobilnya ke arah lain, yang berlawanan dengan rumahnya. “Ya, oppa! Kau akan membawaku kemana?” tanya Jihyo panik, pasalnya lelaki itu menginjak gas dengan kencang hingga mobil ini melaju dengan kecepatan penuh. Walaupun tidak begitu banyak kendaraan yang masih berlalu lalang tetapi itu tidak membuat kekhawatiran Jihyo menghilang.

Apartemen. Kita akan kesana.”

No sex in week day, remember? Kupikir Oppa sudah mengerti dengan keadaanku saat ini.”

Lelaki itu mendecih sinis, alih-alih menjawab, ia malah semakin menambah kecepatan mobilnya. Jihyo sampai mencengkram seat belt-nya kuat sembari menutup matanya rapat. Lelaki ini sudah gila!

Ya, oppa geumanhe! Geumanhe ragoo!” Jihyo berteriak.

Mobil itu semakin melaju cepat. “Ya, Oppa geman—Min Yoongi! Hentikan mobilnya!”

Lelaki bernama Yoongi itu lantas menginjak rem hingga terdengar suara decitan mobil yang memekakan telinga sebelum benar-benar berhenti. Tubuh Jihyo sampai bergetar sementara napasnya memburu. Mungkin jika dia punya riwayat penyakit jantung, saat ini ia sudah tinggal nama. Jihyo menyibak rambutnya ke belakang telinga, lantas menatap lelaki yang lebih tua enam tahun darinya itu dengan tatapan bersalah. “Oppa mian, aku tidak bermaksud memanggil nama—“

“Apa yang kau lakukan di sekolah selarut ini?” tanya Yoongi dingin tanpa menoleh ke arah Jihyo.

“A—aku sudah mengatakannya bukan kalau ada kelas malam.”

“Kau bohong.” Yoongi menatap Jihyo tajam hinga membuat gadis itu meneguk ludahnya susah payah. Min Yoongi, lelaki itu akan lebih terlihat menyeramkan di saat serius seperti ini, apalagi jika menyangkut orang yang disayanginya. “Kau pikir aku tidak tahu? Gurumu mengatakan tidak ada kelas malam.”

“Ya—emm … sebenarnya—“

“Kau tahu bukan kalau aku paling tidak suka dibohongi?” Yoongi mengelus pipi chubby Jihyo dengan lembut. Ia menyibak poni gadis itu hingga jidatnya terekspos sementara obsidiannya fokus menatap netra bulat itu. “Katakan, sudah sejak kapan kau bermain di belakangku?”

Oppa—kau tidak percaya padaku?” manik Jihyo sudah berkaca-kaca. Kenyataan bahwa lelaki yang selama ini dipercayainya malah justru tidak mempercayainya dan menuduhnya bermain dibelakang. Ia mencengkram roknya dengan kuat, berusaha menahan sesak kala melihat sorot dingin itu masih belum luluh. “Oppa nanmmpphhh.”

Yoongi membungkam Jihyo dengan bibirnya. Air mata Jihyo tanpa sadar menetes, sebisa mungkin ia mengimbangi lumatan Yoongi pada bibirnya dengan membalasnya lembut. yoongi semakin mendominasi, tangannya yang semula memegangi pipi Jihyo mulai menyentuh beberapa titik sensitif Jihyo hingga wanita itu melenguh. Pautan itu terjadi cukup lama sampai Jihyo mencengkram kuat kemeja yang dikenakan Yoongi hingga pautan itu terlepas, menyisakan benang saliva di kedua belah bibir mereka.

The HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang