^^
Jangan menjadi orang bodoh hanya karena masalah sepele...
Assalamu'alaikum, Kawan Rosa 🖤
Adakah yang Raindu dengan cerita MarSha? Atau mungkin rindu dengan Kak Rosa? Wkwk, nggak nggak.. Canda
Maaf ... Banget udah lama nggak up. Sulit banget buat nyempetin bikin ceritanya.
So, udah lah ya.. Terlalu banyak omong kak Rosa nya. Happy Reading ..🖤
***
Seorang pemuda baru saja keluar dari kamarnya menuju meja makan. Pakaiannya sudah sangat rapi untuk berangkat ke kampusnya, karena hari ini ia mendapati jadwal pelajaran di pagi hari.Bagas Marsha Mahendra. Kini, ia tumbuh menjadi sosok pemuda yang ramah, sopan, namun tegas. Di usianya yang kini berusia 22 tahun, ia sudah menjadi seorang mahasiswa semester enam di salah satu universitas di Jakarta dengan jurusan PAI. Jurusan yang mungkin jarang orang minati.
"Assalamu'alaikum, Abah. Wilujeng pagi," ujar Bagas setelah ia mendudukkan dirinya di kursi yang bersebrangan dengan Marvin.
"Wa'alaikumussalam. Wilujeng pagi juga Agas."
"Bah, pagi ini Agas ada jadwal pagi."
"Iya. Udah tahu."
"Kok, udah tahu, sih?"
"Kan, kamu udah rapi sekarang. Mana bawa tas, pula," ujar Marvin. Ia menggelengkan kepalanya karena merasa aneh dengan anak satu-satunya ini.
Bagas menepuk keningnya. "Oh, iya, ya. Ya Allah Agas kok, aneh ya?"
"Sableng emang kamu."
"Nggak boleh gitu, Abah. Ke anak sendiri itu harus mendoakan yang baik-baik. Misal, nih, 'Ya Allah semoga anakku diberi kelancaran dalam perkuliahannya. Dimudahkan selalu urusannya. Serta dimudahkan jodohnya.' gitu, Bah."
"Hadeuh ... Udah udah. Sekarang makan. Kesiangan tau rasa, loh."
"Rasa apa, Bah? Coklat? Strawberry? Atau nanas?"
"Agas," ujar Marvin. Matanya menatap tajam ke arah Bagas.
"Iya, Bah. Iya."
Setelah sedikit percakapan unfaedah itu, mereka langsung memakan sarapan yang telah dibuat Marvin dengan khidmat. Namun, sesekali Marvin melirik ke arah Bagas.
"Bah. Kebiasaan banget kalau makan suka lirik ke Agas. Jangan lirik Agas mulu, nanti suka," ujar Bagas yang menyadari lirikan dari Marvin.
"Ye ... Ya kali Abah suka sama kamu, Gas. Abah hanya...."
"Abah rindu Ambu, ya?" tanya Bagas. Nada bicaranya berubah menjadi sendu.
Marvin menganggukkan kepalanya. "Sangat rindu."
"Maafin Agas, ya, Bah. Karena Agas, Ambu—"
"Bukan salah kamu Agas. Ini sudah menjadi Qadarullah-Nya." potong Marvin. Ia tersenyum lembut ke anaknya itu.
"Ambu cantik, ya, Abah." Mata Bagas menatap ke arah sebuah bingkai yang berada di dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamulah Takdirku✔ (Pindah Ke Apk Kubaca)
Spiritual"Satu hal yang harus lo ingat. Pernikahan ini bukan karena gue cinta sama lo, tapi gue mau ngiket lo di kehidupan gue." Itulah yang Marvin ucapkan ke istrinya. Pernikahan yang tanpa dilandasi cinta, itulah yang Marvin lakukan untuk mengikat Shanum d...