8. Suara Misterius

17 2 0
                                        

Mereka memulai perjalanan dari warung kopi sekitar pukul 12 siang, yang di awali dengan permasalahan kecil di depan warung kopi. Namun, ketika mereka hendak berjalan dari warung kopi. Ibu-ibu penjaga warung berpesan kepada mereka untuk tidak banyak bicara ketika di perjalanan, dan berpesan jangan pernah mengambil barang apapun yang ada disana baik yang sekecil pun mereka dilarang untuk mengambilnya. Entah karena apa, tapi itu adalah salah satu aturan yang harus di taati oleh mereka.

Awal masuk ke pendakian, mereka di suguhi dengan pemandangan kanan dan kiri dipenuhi dengan pepohonan kecil. Perkiraan waktu yang mereka tempuh untuk mencapai puncak sekitar 7 jam setengah belum dengan istirahat. Dan mereka harus melewati beberapa pos untuk sampai ke puncak.

Ketika mereka sudah mencapai setengah jam perjalanan dari warung kopi, mereka memutuskan untuk istirahat sebentar.

"Eh istirahat bentar yuk, capek nih" ajak Putra.

"Huh dasar lemah lu, cowok-cowok kok lemah sih kalah sama cewe yang masih kuat" ejek Adinda.

"Heee dasar lu gua panggil macan nih biar cepet sampai" celetuk Putra.

"Heh Put! Jaga omongan lu. Inget kata ibu-ibu penjaga warung kopi dibawah tadi kalo ada apa-apa gimana? Kita juga yang kena kan" sambut Arga yang kemudian muncul suara misterius yang berasal dari semak-semak.

"Hssssssss hssssss hssssssss hsssssssss"

"Eh kalian denger suara gak?" tanya Ghina.

"Hah? Suara apaan Ghin kita gak dengar kok" jawab Arga.

"Lu jangan bercanda deh Ghin, dari tadi kita ga denger suara apa-apa" sambung Gilang.

"Emang kamu denger suara apa Ghin?" tanya Adinda.

"Tadi kaya ada suara seperti seekor binatang yang mengawasi kita gitu di semak-semak" jawab Ghina.

"Coba gua cek dulu nih biar pasti" sambung Arga.

"Hati-hati Ga" sahut Adinda.

Arga pun pergi untuk nge-cek semak-semak. Bermodalkan golok ditangan, ia berani mendatangi semak-semak itu. Ketika di buka,

"Mana, gaada apa-apa kok Ghin. Mungkin itu cuma perasaan kamu aja" sambung Arga.

"Mungkin itu cuma perasaanku saja" jawab Ghina.

Sepanjang perjalanan menuju Pos 1, Ghina selalu mendengar suara-suara aneh. Bahkan ia melihat sesosok bayangan hitam yang melintas begitu cepat. Namun, ketika ia bertanya kepada teman-temannya yang lain, jawabannya tetap sama yaitu mereka tidak menyadari akan hal itu.

Dari situ perasaan Ghina sudah mulai berantakan, ia takut akan mimpinya jadi kenyataan. Tetapi, ia tidak ingin memberitahukan mimpinya itu kepada yang lainnya. Ia takut nanti teman-temannya menjadi takut, dan perjalanan ini menjadi tidak menyenangkan.

Rintangan demi rintangan telah mereka lewati. Namun, mereka belum kunjung tiba di Pos 1. Namun, ketika mereka harus menghadapi medan yang vertikal, ia tak sengaja menoleh ke arah kanan dan sontak ia melihat sesosok pria yang mengenakan pakaian serba hitam sedang melihat ke arahnya. Lalu ia segera memberitahukan yang lainnya untuk melihat hal itu.

"KALIANNNNNNN LIATTTTT ADA SESEORANG YANG SEDANG MENOLEH KE ARAH SINI" kata Ghina dengan panik.

"Mana-mana? Sebelah mana?" tanya Gilang.

"Itu di sebelah kanan" jawab Ghina

Ketika mereka semua melihat ke arah kanan, sosok itu sudah hilang. Entah pergi kemana sosok itu menghilang di hadapan mereka.

"Mana Ghin. Gaada tuh" sahut Adinda.

"Iya nih, boong aja lu" sambung Putra.

"Udah-udah kita lanjut lagi yuk keburu gelap nih" ajak Arga.

Pukul 1 siang, mereka akhirnya tiba di Pos 1. Mereka pun memutuskan untuk makan siang agar tenaga mereka pulih kembali. Namun, ketika istirahat sehabis makan, Ghina cenderung lebih banyak diam ketimbang yang lainnya. Setelah mereka beristirahat sekitar setengah jam, mereka bergegas merapikan kembali peralatan mereka dan melanjutkan perjalanan.

Namun, ketika mereka hendak melangkah mereka di kagetkan dengan suara aneh seperti ada yang jatuh.

"Eh apa itu?" tanya Arga.

"Iya tuh suaranya keras sekali" sambung Adinda.

"Ah paling juga buah jatuh" celetuk Putra.

"Sudah-sudah, kita jalan saja yuk. Perasaan ku sudah tidak enak nih" sambung Ghina.

"Bentar Ghin, kita harus cek dulu takut ada apa-apa" sahut Gilang sambil mendekati sumber suara.

Akhirnya Gilang pun pergi untuk memastikan tidak ada apa apa. Dan ketika di liat, ternyata itu hanyalah buah yang jatuh dari atas.

"Nih yang jatuh nih" kata Gilang sambil mengangkat buah itu.

"Tuhkan apa kata gua, paling juga buah jatuh udah sana buang" sahut Putra.

Baru saja ingin di buang, tiba-tiba Arga menyadari hal yang janggal.

"Eh eh bentar, coba buahnya sini" kata Arga yang membuat orang lain terdiam.

"Ada apa Ga?" tanya Adinda.

"Lihat deh ada sesuatu di buahnya" jawab Arga yang membuat semuanya mendekat.

"Inikan seperti darah" sambung Arga.

"Sudah ku bilang kan, lebih baik kita jalan saja. Perasaan ku sudah tidak enak." Sambung Ghina yang kemudian melanjutkan perjalanan.

Lorong GelapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang