Setelah berunding, mereka memutuskan untuk bermalam di tempat itu. Beralaskan daun-daun lebar, mereka beristirahat dengan perasaan cemas akan Arga dan Putra. Setiap saat mereka berjaga-jaga jika ada sesuatu yang mendekatinya. Mereka khawatir akan keadaan temannya itu. Sampai di malam hari,
"Sudah malam tapi belum juga ada tanda-tanda dari mereka berdua" kata Adinda dengan sedih.
"Sudah-sudah, tenang saja mungkin waktunya belum cukup. Kita tunggu saja" kata Gilang.
"Malam sudah mulai larut, lebih baik kalian beristirahat saja kita gantian untuk menjaga Arga dan Putra" lanjut Gilang.
"Yasudah, lu hati-hati" kata Adinda.
Mereka akhirnya menunggu waktu yang lebih lama lagi dengan harapan mereka mendapat respon dari keadaan Arga dan Putra. Mereka takut sekali jika Arga dan Putra tak kunjung membaik. Sampai suatu ketika, Gilang menyadari bahwa luka pada kaki Putra terdapat sesuatu yang sangat membingungkan.
"Din, Ghin bangun. Liat kaki Putra" kata Gilang membangunkan mereka berdua.
"Ada apa Lang?" Tanya Ghina sembari mengusap-usap mata.
"Lihat kaki Putra" kata Gilang.
"Astagfirullah, itu apa Lang?" Tanya Adinda terkejut.
"Seperti sisik ikan ya?" Tanya Ghina memastikan.
"Sepertinya itu memang sisik ikan. Apa jangan-jangan Putra jadi........" kata Gilang dengan gugup.
"Nggak-nggak, gaboleh! Kita berangkat bersama-sama dan pulangpun harus bersama-sama juga" seru Ghina.
Ditengah-tengah mereka berbincang, tanpa mereka sadari Arga terbatuk yang membuat mereka menoleh ke arahnya. Mereka pun beralih kepada Arga dan mereka bersyukur karena Arga sudah mulai sadar, dan membuat masalah mereka berkurang satu per satu.
"Ga, lu gapapa?" Tanya Gilang.
"Arga kamu di gigit ular ya?" Tanya Adinda khawatir.
"Gua gapapa kok. Tadi hanya digigit ular ketika hendak mengambil kain untuk Putra" jawab Arga.
"Oh iya, Putra mana Putra? Dia gapapa kan? Kabarnya baik-baik saja kan?" Tanya Arga khawatir.
"Putra gapapa kok Ga, tapi ia belum juga saadar dan lagi di bagian kaki Putra yang mengalami pendarahan muncul sesuatu" jawab Ghina.
"HAH? SESUATU?? APA ITU?!" Tanya Arga kaget.
"seperti sisik ikan" jawab Adinda sembari menundukkan kepala.
"HAH? SISIK IKAN?" teriak Arga terkejut.
Tanpa mereka sadari, ternyata selama ini warga sekitar sedang berjalan-jalan mencari mereka. Dan teriakan Arga tadi terdengar oleh warga sekitar yang berusaha mencari mereka. Dan mereka akhirnya bisa ditemukan.
"Eh liat itukan lampu senter, berarti ada warga yang sedang berjalan-jalan disini" seru Ghina.
"Eh iyaa, ayo kita berteriak meminta bantuan" ajak Gilang.
"TOLONG... TOLONG..... TOLONGG..." teriak mereka bersamaan yang membuat warga mendatangi mereka.
"Alhamdulilah akhirnya kalian ditemukan juga, sudah seminggu kami mencari kalian namun tidak ketemu juga" kata salah satu warga sekitar.
"Hah?? Seminggu? Jadi kita sudah hilang selama seminggu? Tanya Adinda kebingungan.
"Perasaan kita baru tersesat hanya beberapa hari saja pak" kata Gilang memberi tahu yang kemudian membuat bapak-bapak merasa kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lorong Gelap
Teen FictionMendaki memang hal yang bisa dikatakan sulit. Karena seorang pendaki harus memiliki fisik, mental, dan juga keterampilan yang mumpuni. Namun siapa sangka, perjalan seorang pendaki tak semua berjalan mulus. Begitu yang dialami 5 orang sahabat ini. ...