BAB 8 : HANCURNYA HUBUNGAN KE-EMPAT SAHABAT

22 2 0
                                    

“Bruk.., bruk.., bruk..,” Suara kakaku mengetuk pintu.

“Lia bangun, ada yang nyamper kamu tuh.” Ucap kakak.

“Oh iya ka, sebentar ya dit..” Ucapku yang langsung beranjak dari tempat tidur sambil membuka pintu.

Betapa kagetnya aku bahwa bukan dito yang menyusulku, melainkan Nasha. Aku pun pergi bareng nasha dengan mobilnya. Pada saat didalam mobil, banyak hal yang ingin aku tanyakan pada dia.

“Tumben, biasanya dito yang nyamper aku. Ko malah kamu?” Tanyaku.

“Hm.. emang kenapa? Masa jemput pacar sendiri gak boleh?” Ucap nasha.

“Hahha, kamu percaya diri banget. Apalagi pas kejadian kemarin, sumpah urat malu kamu udah putus kayanya. Dengan satu sekolah liatin kamu meluk aku kemarin, pasti identitas aku bakal ketauan.” Ucapku.

“Tapi liat sisi baiknya, Ingatan kamu udah kembali kan. Sekarang kamu gak usah khawatir lagi. Mulai sekarang aku yang jagain kamu.” Ujar nasha.

“Tapi soal Klara dan Danzy.., Pasti mereka sakit hati karna turun peringkat berkat perbuatan kita.” Tanyaku.

“Intinya aku bakal ngelindungin kamu sebisaku. Aku gak rela kalo pacar sejak kecilku ada yang berani nyakitin.” Ucap nasha sambil senyum kearahku.

Pada saat di gerbang sekolah seakan satu sekolah sudah menyambut kami di gerbang masuk. Hari pun berjalan seperti biasa. Aku belajar dengan lancar dikelas tanpa gangguan, hingga mendapatkan teman baru. Aku pun berpikir bahwa inilah kehidupan yang aku inginkan.

Pada jam istirahat ketiga, aku berniat tinggal didalam kelas dan tidak kemana-mana. Kelas begitu sepi dan hening tanpa ditemani dito. Akupun menghabiskan bekal ku dengan lahap.

Pada saat aku menghabiskan bekal makan siangku, tiba-tiba cewek itu dan genknya menghampiri ke kelasku. Mimpi burukku baru saja terjadi hari ini. Dia mendobrak pintu kelas dan langsung menghampiriku. Dengan muka yang penuh rasa emosi dia langsung mengambil bekalku dan langsung melemparkannya kewajahku.

“Puas lu sekarang hah? Puas lu ngerebut posisi ke-1 dari gua? Berani-beraninya lu pindah ke sekolah ini. Jadi ini sebabnya waktu di toilet dulu lu gak mau kasih tau nama lu ke gua?” gertak Klara sambil menarik rambutku.

Aku yang hanya bisa menangis, berharap dito cepat kembali ke kelas menolongku. Namun nyatanya tidak. Para murid yang menontonku dari luar jendela pun hanya diam saja tidak berani mendekat.

“Detik ini juga gua bakal habisin lu disini.” Bisik Klara ke samping telingaku.

Setengah jam pun berlalu, lima orang itu terus memukuliku. Aku sudah berada dimana titik kesadaranku mulai hilang. Dengan hidung berdarah membasahi lantai belakang kelas. Tidak ada satupun guru yang melihat kejadian ini.

“Kalau sampe ada satu orang yang ngadu kejadian ini ke pihak sekolah, Gua bakal abisin orang itu saat itu juga.” Teriak Klara.

Klara dan genknya pun pergi meninggalkan kelasku. Aku yang sudah terbaring tidak kuat menggerakkan tubuhku lagi. Ketua kelas dan yang lainnya pun membawaku ke ruang UKS dengan cepat.

Pada saat dito kembali memasuki kelas, dia kaget melihat banyak darah di belakang kelas berserakkan. Dia menanyakan keberadaanku, namun tidak ada satupun murid yang berani menjawab.

Dito pun langsung menarik baju ketua kelas dan menanyakan keberadaanku.

“Dimana lia, Jawab cepet!” Tanya dito sambil menarik bajunya.

“Ehm lia sekarang di ruang UKS.” Jawab ketua kelas.

Dito pun berlari keluar kelas meninggalkan pelajaran yang sedang berlangsung dan menuju ruangan UKS yang ada diujung. Dia langsung membuka pintu UKS dengan kencang. Namun tidak ada siapa-siapa diruang UKS. Dito pun langsung mencari ku ke tempat lain. Dia mengelilingi satu sekolah selama berjam-jam. Namun naas, dia tidak juga menemukanku.

KAMU IDOLAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang