#7

44 11 0
                                    

#DUNIA NYATA

     Namjoon menemukan banyak pecahan celengan babi miliknya di bawah tangga menuju rumah pohon miliknya. Ia menapaki anak tangga itu dengan cepat untuk mencari tahu siapa yang mencuri di rumah pohon miliknya. Ketika dia mendapati seseorang yang mirip Jeongyeon duduk membelakanginya, Namjoon segera melangkah kesana.

"Ya! Yoo Jeongyeon!" hardik Namjoon. Benar gadis itu yang Namjoon lihat.

Bahu gadis Yoo itu terjingkat sangkin kagetnya. Snack-snack yang tercecer di depannya segera ia kumpulkan dan dimasukkannya ke dalam kresek hitam. Jeongyeon berusaha menelan snack yang masih ada di mulutnya dengan susah payah karena dia ketakutan. Namjoon menarik bahu gadis itu agak kasar hingga membuat Jeongyeon dengan amat terpaksa menghadapnya.

"Kukira yang Seokjin bilang padaku adalah kebohongan, tapi ternyata kau benar-benar disini. Kau menguntitku sampai sini? Ayo mengaku, akan kulaporkan kau ke polisi. Lagipula siapa yang mengijinkanmu masuk dan memecahkan celengan-celenganku?" sarkas Namjoon.

"A-a-a-aaaku cuma numpang tidur kok. Aku benar-benar tak ada maksud untuk memecahkan celengan itu, aku kelaparan jadi terpaksa aku memecahkan celengannya untuk membeli semua makanan ini," ujar Jeongyeon.

"Kau akan mengganti semuanya bukan?"

"A-aku ... nnn tidak tau."

"Ya!" Seketika Jeongyeon memejamkan matanya saat Namjoon membentaknya barusan.

"Ya, ya akan aku ganti semuanya. Aku janji, janji."

    Namjoon menarik tangan Jeongyeon dan mencengkramnya erat "Aku tidak percaya. Ayo ikut aku ke polisi sekarang."

"Shireo...."

Jeongyeon memohon, pupil matanya melebar persis seperti mata anak kucing menggemaskan. Tangannya menarik-narik lengan baju Namjoon. Namun sialnya Namjoon tidak luluh dengan caranya itu.

"Menjijikan. Ish," ucap Namjoon. Ia lalu melepas cengkraman di tangan Jeongyeon.

Jeongyeon lantas berdiri, ia membersihkan tangannya dari sisa-sisa snack yang ia makan.

"Lihat, aku membersihkan rumah pohon ini. Uang yang aku ambil itu, anggaplah itu sebagai upahku karena sudah membersihkan kandang babi ini," balas Jeongyeon.

"Kheh kandang babi kau sebut? Ingatlah kau semalam juga tidur di kandang babi ini, sekarang keluarlah dan jangan pernah kembali lagi," sarkas Namjoon.

"Jangan usir aku, kumohon. Cuma tempat ini satu-satunya tempatku tinggal. Kumohon berbaik hatilah padaku, sampai portal waktu itu datang lagi, tolong izinkan aku menempati rumah pohon ini. Kim Namjoon...jebal...." Jeongyeon menggoyang-goyangkan lengan Namjoon, meminta agar pria itu mau berbaik hati padanya sekali lagi.

Namjoon menepis tangan Jeongyeon "Tapi ada syaratnya," kata Namjoon. "Kau harus jadi asistenku selama kau tinggal disini. Bagaimana setuju tidak?"

"Sangat setuju. Apapun akan aku lakukan asal aku boleh tinggal disini." Senyuman gadis itu terkembang lebar.

"Oke. Hari ini kau mulai bekerja, tapi sebelum itu kau harus membersihkan dirimu dulu. Baumu busuk seperti cumi asin," kata Namjoon.

Jeongyeon mengendus bau badannya sendiri. Ada benarnya juga kata Namjoon soal bau badannya. Hidungnya seakan tertusuk mata panah kasat mata begitu dia mencium ketiaknya. Memang sejak datang ke dunia manusia nyata Jeongyeon belum pernah mandi sama sekali, paling dia hanya mengelap wajahnya dengan tisu basah.

"Dimana aku bisa mandi? Disini tidak ada kamar mandi atau sejenisnya," tanya Jeongyeon.

"Ikut denganku."

E V A N E S C E N TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang