#6

69 17 3
                                    

24 Oktober 9:10 AM

       Min Yoongi, lelaki itu kini fokus menghadap ke layar komputer. Tidak hanya satu komputer saja tapi ada 5 buah komputer yang semuanya aktif menjalankan programnya masing-masing. Deretan kode angka yang tidak dapat diketahui oleh sembarang orang memenuhi layar monitor komputer itu. Kemampuan meretas seperti itu Yoongi dapatkan secara otodidak. Tidak banyak yang tahu kalau Yoongi punya kemampuan meretas, hanya Namjoon dan Seokjin lah yang tahu soal ini. Kalaupun sampai ada yang tahu selain mereka tandanya salah satu dari mereka yang membocorkannya. Pun kalau iya ada yang tahu, Yoongi tak segan untuk menonjok mulut orang yang membocorkan soal kemampuannya itu. Keahliannya ini bukan untuk dipamerkan ke umum, bisa dapat masalah besar kalau yang lain juga tahu.

"Semalam, eomma menerima telefon dari orang yang tak dia kenal. Katanya, suaranya itu seperti orang umur enam puluh tahunan. Intinya orang lanjut usia, suaranya juga terdengar sedikit gugup dan gemetaran. Katanya dia sedang bersama Tae Oh, tapi dia minta uang tebusan agar Tae Oh dipulangkan ke rumah," ungkap Namjoon.

        Kursi putar yang di duduki Yoongi membantunya untuk duduk menghadap ke Namjoon. Yoongi menaruh jemarinya ke dagu, pose yang biasa menandakan kalau dirinya tengah berpikir keras.

"Kurasa bukan dia penculiknya. Mana mungkin kan pria tua menculik anak-anak seperti Tae Oh. Tinggal didorong saja pasti juga jatuh si orang tua itu," kata Seokjin.

"Kau benar. Tapi bisa saja orang itu punya ajudan atau semacamnya untuk menculik Tae Oh," kata Yoongi.

"Ani tapi suara bergetarnya bukan hanya karena faktor usia. Kurasa alasan suaranya bergetar dan gugup karena dia mungkin ... diancam?" duga Namjoon.

"Ah majja!" tanggap Yoongi.

"Kata eomma ada suara Tae Oh juga yang menangis dan suaranya betul-betul jelas," tutur Namjoon.

"Kau simpan nomornya tidak?" tanya Yoongi.

"Tidak. Orang itu menelfon di telefon rumahku," jawab Namjoon.

"Coba kau tanyakan ke ibumu, siapa tahu dia ingat nomor telefon orang itu," kata Seokjin.

"Baik akan kucoba."

Ketukan pintu menginstrupsi ketiga pria disana untuk mengalihkan atensinya ke pintu di sudut ruangan. Siapa yang mengetuk pintu markas rahasia mereka? Bagaimana  caranya orang itu tahu, padahal markas itu letaknya cukup tersembunyi. Letak markas itu ada di basement rumah Yoongi yang jalan menuju ke markas itu saja sudah sangat rahasia tersamarkan oleh rak buku besar di kamarnya. Seokjin berjalan mengendap ke arah pintu, sementara Yoongi dan Namjoon masih di tempatnya.

"Min Yoongi cepat keluar dari sana, aku tau kau di dalam," teriak suara perempuan dari luar.

Yoongi kenal betul dengan suara itu, "Nayeon," gumam Yoongi tak percaya. Dia satu-satunya orang selain Superior yang tahu soal markas Yoongi.

"Cepat tutupi komputernya, gawat kalau nenek lampir itu tau. Dia bisa membocorkannya ke orang-orang," panik Yoongi.

         Namjoon dan Seokjin pun sama paniknya. Mereka berdua cekatan membuka kain hitam yang lebar untuk menutupi perangkat komputer milik Yoongi. Setelah semuanya tertutup, Seokjin pun membuka pintu dan menemui Nayeon.

"Haish aku sudah hampir kehilangan suaraku kalian baru membuka pintunya," sungut gadis bergigi kelinci itu.

"Yang menyuruh kau kesini siapa?" balas Yoongi sedikit kasar.

Namjoon sebagai orang yang terakhir keluar ruangan itu langsung menutup pintunya. Tak lupa juga dia mengunci pintu agar Nayeon tak sampai masuk ke ruangan yang sebetulnya cukup rahasia. Nayeon sangat penasaran dengan ruangan tersembunyi milik saudara sepupunya yang mirip patung es berjalan itu, sebetulnya ada apa di dalam sana sampai Nayeon tak diperbolehkan menilik sedikit ke sana.

E V A N E S C E N TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang