#3

78 18 0
                                    

Sore kali ini ditutup dengan matahari sore yang perlahan tenggelam, menyurutkan warna jingga di langit sore yang berganti warna hitam kelamnya malam. Bangku sport center masih ramai diisi oleh beberapa gadis-gadis yang ingin menghabiskan hari mereka dengan moment indah yaitu dengan menonton Namjoon bermain tennis lapangan. Tapi sekarang permainan telah usai, beberapa gadis yang berani mendekati Namjoon menawarkan minuman yang mereka beli dari kantin kampus. Namun Namjoon mengacuhkan mereka, dia memilih pergi untuk mengganti pakaiannya yang basah oleh keringat.

"Tuan, Tuan aku memanggilmu tolong berhenti sebentar," seru seorang wanita setengah baya menghampiri Namjoon.

"Hm?"

"Tuan yang bernama Kim Namjoon betul?" Namjoon mengangguk, "pacarmu tadi siang mengambil banyak makanan di kantin kami. Tapi dia belum membayarnya, katanya kau yang akan membayarnya."

"Pacarku? Siapa?"

"Gadis berambut mint, dengan pakaian seragam SMA dan cukup cantik. Dia mengambil banyak makanan di kantin, aku tidak bisa membiarkannya begitu saja karena begitu banyak makanan yang dia ambil," ungkap wanita itu.

Namjoon berdecak kecil, dia mengacak wajahnya dengan handuk kecil yang menggantung di bahunya.

"Memang berapa yang harus kubayar?"

"Empat puluh ribu won Tuan, dia mengambil semua snack besar dan---"

"Baiklah cukup. Tunggu disini aku akan mengambil uangku."

Di tiap jengkal langkahnya Namjoon tak henti-hentinya menggerutu dan mengumpati Jeongyeon si gadis detektif itu. Gadis itu sangat menjengkelkan baginya. Dia terus membuat masalah untuk Namjoon hari ini. Sekarang bahkan tidak ada wujudnya tapi masalahnya datang menghampiri Namjoon. Namjoon berharap ini adalah masalah terakhir yang Jeongyeon berikan untuknya, tidak ada lagi hari lain.

===3%===

Namjoon kembali dengan uang yang akan ia bayarkan ke pemilik kantin dan bergegas pergi begitu dia selesai dengan urusannya. Dia harap dia tak bertemu lagi dengan Jeongyeon kali ini, dia tak mau punya urusan lagi dengannya. Namjoon terus merapalkan doa supaya dia dijauhkan dari makhluk bernama Jeongyeon itu. Sampai dia berhenti di halte, harapan Namjoon pupus begitu saja ketika dia mendapati Jeongyeon yang sudah ada di halte duluan. Mulutnya menyesap cairan strawberry milk dari dalam botol, yang dapat dipastikan kalau itu hasil curiannya di kantin. Jeongyeon duduk memangku bungkusan besar dan raut wajahnya terlihat senang. Namjoon menyambanginya, dia ingin memberi sedikit sentilan ke gadis itu karena sudah memberinya banyak masalah hari ini.

"O! Namjoon-ah! Kau sudah mau pulang rupanya. Aku sudah menunggumu dari tadi," aku Jeongyeon diiringi senyuman polosnya.

"Jangan bersikap sok baik padaku. Kau sudah banyak memberiku masalah hari ini. Kali ini aku benar-benar tak ingin diikuti olehmu! Aku tidak peduli padamu." Namjoon mendekatkan wajahnya ke gadis di depannya itu, "ja ngan i ku ti a ku la gi!" katanya penuh tekanan.

"Tapi disini aku hanya punya kau yang aku kenal, aku tak punya siapa-siapa lagi. Ijinkan aku ikut denganmu, aku takut kalau sendirian," pinta Jeongyeon. Jeongyeon memohon pada lelaki jangkung di depannya sambil memegang lengannya.

"Memangnya aku peduli! Enyahlah, jangan berani menampakkan diri di hadapanku lagi!" Namjoon mendorong kuat tubuh Jeongyeon yang untungnya gadis itu tak sampai jatuh terjungkal ke belakang karena ditahan oleh papan iklan di belakang bangku duduk.

Namjoon bergegas pergi. Dia menghentikan taksi dan langsung menaikinya, kali ini dia benar-benar pulang tanpa Jeongyeon. Dia bisa bebas dari Jeongyeon juga akhirnya.

E V A N E S C E N TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang