.
."Iris membenciku, tidak ada yang bisa aku lakukan," keluhku pada Argia.
"Mengapa kau berpikir seperti itu?"
"Mengapa? Tentu saja karena aku sudah membentaknya dan menolaknya. Ia bahkan tidak mau melihatku! Dia juga tidak mau mendekatiku lagi, aku hanya pria pengecut yang menyadari perasaannya setelah ia menjauh. Mana mungkin dia mau denganku?"
"Ya, kau memang pengecut. Kalau begitu, kenapa tidak mencoba untuk berbasa-basi dan meminta maaf?" tawar Argia. "Cobalah untuk meminta maaf terlebih dahulu, sisanya bisa kau pikirkan nanti."
Itu terdengar meragukan. Aku harus memikirkannya secara matang sebelum melangkah, jika tidak mau mati membeku di sana atau aku bisa saja mencoreng wajahku sendiri dengan berdiam diri penuh kecanggungan. Aku ingin bertanya banyak hal pada Argia, tetapi dia sudah berdiri dan meletakkan stiknya.
Argia berkata jika dia harus pergi menjemput kakak kembarnya, jadi aku menyerah dan mengantarkannya sampai ke pagar rumah. Setidaknya Argia sudah memberiku saran yang berguna kali ini, rasanya bukan seperti Argia yang kukenal, tetapi tentu saja hal ini seribu kali lebih baik daripada bertanya pada Zelts.
Aku kembali masuk ke dalam rumah. Suara berita gosip dari artis papan atas memasuki pendengaranku. Ibuku ada di sana, duduk di atas sofa hijau lembut dengan ponsel di tangannya, mengabaikan berita yang dibacakan oleh reporter itu. Seharusnya beliau mematikan saja televisinya dan fokus pada layar ponselnya. Aku berjalan mendekat, tetapi tunggu dulu!
"Ibu! Dapat dari mana gantungan ponsel itu?!" aku bertanya dengan sedikit berteriak. Gantungan itu tidak asing, terutama kalung semanggi itu.
"Oh, ini? Aku menemukannya di bawah kasurmu saat bersih-bersih. Kupikir kau tidak mau memakainya, jadi aku pakai saja. Jika kau tidak mau, mengapa kau membelinya?" taya ibuku dengan menunjukkan gantungan kucing itu.
Aku menggaruk belakang leherku. "Sebenarnya temanku memberikannya padaku. Apa ibu menyukainya?"
Ibuku tersenyum lebar dan mengangguk, jarinya menunjukkan kalung tanaman hijau itu. "Aku suka sekali, terutama kalungnya. Benar-benar menggambarkan shamrock!"
Aku mengernyit dan berjalan mendekati ibuku. Apanya yang shamrock? Itu hanya sebuah semanggi berdaun empat, penggambaran dari sebuah keberuntungan. "Itu bukannya semanggi berdaun empat yang langka?"
Ibuku menggeleng. "Bukan, biasanya orang-orang memang memakai semanggi berdaun empat karena langka, tetapi ini berdaun tiga yang justru banyak ditemukan di alam, tetapi menemukan shamrock di barang buatan manusia itu lebih langka, lho!"
"Ah!" aku berseru penuh kejutan saat menyadari bahwa kalung kucing itu adalah shamrock, satu keluarga dengan semanggi, tetapi berdaun tiga. Mau tak mau, tentunya aku kembali mengingat nama keluarga yang diberikan oleh pria itu, nama yang hingga saat ini ingin sekali kurubah, andai saja ibuku tidak mencintai nama itu seperti dia mencintai pria itu.
"Kau tahu, Sive? Shamrock berarti keceriaan dalam bahasa bunga, sedangkan arti lainnya adalah ketulusan. Sampai sekarang, ibu percaya dengan nama itu, ayahmu pasti orang yang sangat tulus," lirih ibu dengan matanya yang memandangi gantungan kunci itu penuh sendu.
Lagi-lagi seperti ini. Cinta hanya akan membuat orang menjadi bodoh. Cinta hanya akan berakhir dengan kesakitan yang mendalam dan luka yang tak dapat disembuhkan. Rasanya, aku masih tetap tidak menerima kata 'cinta' dalam pikiranku, tetapi mungkin jika dengan Iris akan terasa berbeda.
"Ibu... mengapa Ibu tidak melupakan ayah saja? Jika ibu memang tidak bisa menemukan penggantinya, Ibu bisa bercerai dengannya saja! Aku... tidak ingin Ibu terluka. Kenapa Ibu bisa mencintai orang seperti itu?" aku bertanya tidak terima. Rasanya menyakitkan saat mendengar ibu berkata seperti itu dihadapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Stupid) Love ✔️
Romance[Complete] Cinta adalah hal yang paling kubenci. Cinta hanya akan membuat seseorang semakin bodoh, seperti gadis nyentrik menyebalkan yang duduk di sebelahku. Lalu, apa jadinya jika gadis itu tiba-tiba saja menciumku?