パレオはエメラルド

1.5K 226 60
                                    

Pareo wa Emerald












Sasuke mulai memasuki pekarangan rumah sahabatnya dengan sedikit ragu. Dia tidak menjanjikan apa pun, datang sendiri untuk mengantar kepergian sang gadis. Setelah lulus SMA, keluarga Sakura mau menetap kembali ke Italia. Memang berat kelihatannya, namun mereka sudah sepakat sejak tahun kemarin.

Ting tong!

Tidak butuh lama, pintunya langsung dibukakan. Sasuke disambut oleh tampang malas kakak pertama Sakura.

“Mau apa ke sini?” tanya Sasori tanpa basa-basi.

“Aku mau ikut mengantar kalian ke bandara,” jawab Sasuke sudah biasa menghadapi ketidakramahan kakak Sakura yang satu itu.

“Pacar bukan, peduli amat dengan Sakura,” gumam Sasori benar-benar menguji kesabaran sang tamu.

“Siapa tamunya, Sasori?” suara Mebuki mulai terdengar.

“Biasa, Ma. Kucing Sakura datang, mau mengantar majikannya.”

Sasuke merotasi matanya dengan sebal. Gara-gara sering dipakaikan bando kucing oleh Sakura, dia jadi mendapat julukan tersebut.

“Oh, suruh dia masuk sekalian ajak sarapan bersama kita.”

“Merepotkan saja,” giliran Sasori yang menggerutu, “Ayo masuk.”

Sasuke hanya mengangguk, lalu mulai bertamu ke rumah sahabatnya. Dia sontak mengulum senyumnya melihat kelakuan Sakura bersama kakak kedua dan ayahnya, sedangkan Sasori menepuk jidat karena malu sendiri.

“Ingat umur, Pa,” tegur Sasori.

“Sudah uzur, nanti pinggangnya encok lagi,” imbuh Mebuki. Dia dan putra sulungnya memang kompak.

Mereka bertiga segera membubarkan diri. Kizashi cengengesan tidak jelas, Yahiko duduk ke samping Sasori, sedangkan Sakura memeriksa hasil video mereka. Ya, beginilah punya keluarga yang eksis. Main aplikasi kekinian, buat konten hampir setiap hari. Apalagi kalau Sasori sedang ‘kumat’, dia tidak kalah sok dari sang ayah.

“Merajuk karena kami tidak mengajakmu tadi?” tanya Yahiko iseng, “Kurangi kebiasaanmu itu, wajahmu tambah keriput nanti.”

Sasori mendeceh kesal, “Tidak sadar diri. Berkaca ke kamar Sakura sana, dia punya cermin yang besar.”

“Jangan, cerminku bisa retak nanti,” timpal Sakura ikut meledek Yahiko.

“Saking kecutnya wajahmu,” sambung Sasori menyunggingkan senyum kemenangan.

“Sialan,” Yahiko mengumpat sangat pelan. Jika kedengaran, dia malah dimarahi oleh ibu mereka.

“Daripada ribut, lebih baik kalian mengangkat koper kita ke bawah,” suruh Mebuki.

“Papa?” Yahiko mencoba mencari alasan.

“Seperti kata Sasori dan Mama tadi, Papa sudah tua sekarang,” Kizashi mengelak dengan mulus, “Biar Papa yang menyetir nanti.”

“Terserah,” sahut Sasori tak acuh, dia bergegas menyeret Yahiko ke lantai atas.

“Maaf, Sasuke. Silakan duduk dulu,” Mebuki baru sadar tamunya masih berdiri.

“Terima kasih, Bi,” Sasuke perlahan mendudukkan diri ke samping ayah Sakura.

“Sakura, jangan lupa upload videonya,” teriak Yahiko dari lantai atas.

“Siap, Kak!” Sakura masih asyik dengan gawatnya. Alih-alih langsung menuruti permintaan kakaknya, dia malah stalking beberapa akun orang tidak dikenal.

Love TripTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang