17

212 27 0
                                    

Genn berada di ambang pintu. Perhatian nya lansung tertuju pada bangku tengah urutan nomor 2. Tak biasa. Tak biasanya ia peduli dengan bangku itu. Tak biasa bangku itu menjadi fokusnya. Apalagi di awal pagi seperti ini.

Kok ngak ada, kemana?

Seperti nya Genn tidak berhasil menemukan objek yang ia ingin lihat.  Genn kemudian melangkah maju dengan netra yang sibuk mencari-cari sesuatu.

Sejak kapan gue peduli?

Genn sadar bahwa apa yang ia lakukan ini diluar kebiasaan. Bahwa pencarian nya ini hanya perbuatan sia-sia tanpa tujuan. Lagian untuk apa mencari Geno. Hari kemarin sudah berlalu. Tak ada hal penting yang terjadi antara mereka sehingga Genn perlu repot-repot mencari keberadaan Geno.

Tapi seengak nya gue ngomong makasih dong udah di bayarin taksi kemaren?

Genn duduk di bangkunya. Meletakan tas di kursi. Dengan mata yang masih sibuk menelaah keberadaan Geno. Tas pria itu sudah sedari tadi mengantung  di bangku, tapi orang nya tidak.

"Genna kemana aja kemaren. Band fav kita perfom dan lo ngak nonton. Rugi bandar." Genn mendongak di kaget kan oleh Seni yang tiba-tiba ada di sampingnya.

"Apaan sih Sen. Teriak teriak malu sama anak-anak."

"Ya lo kemana Genn." rengek Seni.

Genn tak acuh. Perhatian nya sedang tertuju pada pria jangkung dengan kacamata yang sedang berjalan seperti biasa, namun terlihat seperti model catwalk oleh Genn. Bilang makasih ngak ya? Pikiran Genn sedang berkecamuk memikirkan dengan baik hal yang akan ia lakukan.

Tapi Geno terlihat biasa saja. Tak menoleh sedikit pun pada Genn. Bertindak seolah mereka adalah dua orang asing. Seolah olah tak ada hal apapun pernah terjadi dengan ia dan Genn. Pria itu terlihat tidak peduli dengan keberadaan Genn yang tentu saja dapat lansung terlihat olehnya. Karena jarak meja mereka tidak jauh.

Padahal telah banyak hal tentang Geno yang Geno beritahu pada Genn. Bahkan diantara hal itu, hanya benar-benar Genn yang tahu. Isi hatinya, ia telah ceritakan seperempat isi hatinya kemarin pada Genn. Apakah ia lupa?

"Kalau orang lagi ngomong tuh di liatin sambil didengerin Genn!!" Seni protes karena Genn sama sekali tidak mengahargai nya sebagai lawan bicara.

"Usttt. Nanti ya gue cerita Seniadara yang cantik. Sekarang lo balik duduk dulu. Gue ceritain lengkap-lengkap deh." ujar Genn sambil mendorong Seni pelan agar duduk di bangkunya.

Cuman gue yang berlebihan ya? Kayak nya Geno ngak butuh makasih dari gue.

***

Buk Asih--guru kimia-- sedang membagi kelompok belajar. Hal itu semakin membuat kondisi hati Genn kacau.

Pertama ia tidak suka kimia. Kedua ia tidak suka kerja kelompok. Dan sekarang Genn akan belajar kimia dengan sistem belajar kelompok. Kombinasi menarik dan apik untuk membuat hari seorang Gennazel bertambah buruk.

Apalagi teman kelompok yang akan berkerja sama dengannya nanti. Ia benar-benar berharap agar tidak berhubungan lagi dengan Leta dan teman-temannya.

"Gennazel teman sekolompoknya..."

Ritme jantung Genn tiba-tiba menjadi lebih cepat dari sebelumnya.

"Gennazel sama Satria ya." buk Asih melihat ke arah Genn untuk memastikan.

"Satria siapa ya buk?"

Sebagai anak baru yang introvert dan tidak pd-an saat bergaul Genn memang belum kenal semua teman sekelas nya.

"Kamu ngak tau Satria?. Tuh yang rengking satu. Satria tolong bantu si Genna ini belajar ya. Nilai ulangan nya rendah kemaren."

Genn memutar bola matanya kearah telunjuk buk Asih. Sepersekian detik kemudian matanya berubah melotot saat yang buk Asih tunjuk adalah Geno.

Ternyata nama Geno adalah Geno Satria. Dan buk Asih memangil nya Satria.

"Iya buk." balas Geno tersenyum.

Mau tidak mau Genn harus berjalan pindah menuju meja yang tepat ada di samping Geno.

"Sekolompok lagi sama lo. Bosen."  ucap Geno sebagai kata sambutan.

"Iya." balas Genn datar.

Ia berusaha untuk cuek dengan Geno. Sama seperti apa yang Geno lakukan tadi pagi. Bertindak seolah olah meraka adalah orang yang benar-benar asing.

"Ini semua gara-gara lo jiplak nama gue."

"Enak aja." balas Genn masih cuek.

"Bener kan? Cuman di modif dikit. O di ganti A."

"Apaansih lo. N gue ada dua ya dan nama gue nyatu. Gennazel." Genn tidak bisa untuk tetap cuek kali ini. Karena Geno benar benar telah memancing emosinya.

Setelahnya mereka berdua saling membuang muka. Dan baralih memerhatikan intruksi buk Asih tentang tugas kelompok yang akan mereka kerjakan.

Gema sang ketua kelas membagikan kertas lembar kerja ke tiap-tiap kelompok yang memang hanya terdiri dari dua orang.

"Lo bagian ini." ujar Geno sambil menunjuk salah satu bagian soal.

"Kenapa dikit banget?."

"Soalnya kapasitas otak lo mampunya di situ--"

"Assalamualaikum buk."

Sebuah rombongan yang terdiri dari lima orang tiba-tiba masuk ke dalam kelas. Rombongan dengan seragam biru mencolok itu menyita seluruh perhatian warga kelas.

Tak terkecuali dengan Genn.

"Permisi buk. Saya mau ke toilet." dengan langkah cepat dan kepala menunduk Genn keluar dari kelas secara tiba-tiba. Bahkan buk Asih tidak sempat mengizin kan nya. Karena buk Asih sibuk dengan salah satu anggota rombongan tersebut. Yang mungkin sedang mintak izin.

"Assalamualaikum semua. Kami perwakilan osis ingin meminta waktunya sebentar karena akan membagikan beberapa brosur penting. Info selengkap nya bisa langsung membaca brosur yang akan kami bagikan."

Empat dari lima anggota rombongan tersebut mulai membagikan brosur. Sedangkan yang satunya hanya berdiri di depan seperti sedang memantau.

Geno mengeluarkan ponsel nya. Mencari nomor Genn di dalam grup kelas. Niatnya ingin bertanya kenapa Genn tiba-tiba keluar kelas dengan terburu-buru. Apa ia ngambek karena pembagian tugas yang Geno lakukan?

Tapi ternyata nomor Genn tidak terdaftar di grup kelas. Geno mengurungkan niatnya.

***

Genn berdiri di kaca wastafel sambil memegangi dadanya. Mengatur ritme nafas nya yang tersengal sengal. Jantung nya masih berdegup tak karuan.

Kenapa gue belum siap buat satu sekolah sama kak Ann dan bakal ketemu kapan aja. Gue belum siap.

Sebelum nya pertemuan dengan Ann adalah hal yang paling Genn tunggu di tiap harinya. Perlakuan Ann yang begitu baik dan nasehat Ann yang mampu meningkatkan kepercayaan dirinya.  Menjadikan Ann adalah orang yang paling Genn inginkan untuk tetap ada di sekeliling nya
Karena Ann membuat Genn nyaman.

Kehadiran Ann membuat Genn sadar bahwa tidak semua pria memiliki cara pandang yang sama. Tidak semua pria bergaul dengan memilih dan memilah sesuai penampilan. Tidak semua pria tampan hanya ingin bergaul dengan wanita cantik.

Tapi sekarang masalah nya bukan pada Ann. Masalah ini ada pada Genn.

Tatapan mata mereka sempat beradu, lalu saling bertemu. Ann tampak terkejut sedangkan Genn dengan kilat membuang muka.

Mata Ann bahkan mengekori Genn sebentar lalu kembali fokus untuk minta izin pada buk Asih.

Ntah apa yang ada di fikiran Ann saat itu. Yang jelas Genn tidak baik baik saja.

***

Maaf lama update nya😭 aku sibuk bangett.

Aku usahain sering update. Selalu dukung ya sayangg.

The InsekyurrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang