5.

817 89 2
                                    

Jisung baru saja keluar dari ruang dokter.
Iya,akhirnya Jisung memilih untuk ke dokter sendiri.

Dengan wajah masih terkejut ia keluar dari ruangan dokter tersebut.

Ia bingung apa yang harus ia lakukan.
Apakah dia harus mengatakan semuanya?atau menyembunyikannya sampai saatnya ia pergi?

Dengan jalan lemas ia memutuskan untuk ke tempat ia biasa menyendiri.

Sebuah rumah tua peninggalan neneknya,tapi masih tertata rapi dan bersih. Terletak disebuah desa yang masih sangat asri dan menenangkan.

"Selamat datang tuan muda."sapa penjaga kebun dirumah itu.

"Hai,Pak. Apa ayah masih sering kesini?"tanya Jisung.

"Iya,ada sekitar dua minggu sekali tuan besar datang kemari."jawab penjaga kebun.

"Oo..begitu,biasanya ayah kemari hari apa?"

"Sekitar hari selasa dan jum'at,tuan."

"Ooh...baiklah,makasih pak. Aku mau masuk dulu ya. Eum,pak jangan bilang ke ayah kalau aku kesini ya?"

"Siap tuan."

Jisung senyum dan masuk ke rumah tua yang masih rapi dan indah itu.

Jisung masuk ke kamarnya.

Iya,Jisung memiliki kamar sendiri,karena saat akhir tahun biasanya mereka suka berlibur disini.

Terlihat semuanya masih sama seperti terakhir kali ia kemari,sekitar dua bulan yang lalu.

Jisung menidurkan badannya di atas kasur yang tidak ada debu sedikitpun.
Mata Jisung terpejam. Ia menenangkan pikirannya.

"Hufftt...kenapa banyak sekali beban yang harus ku tanggung?"ucap jisung lirih.

Tanpa sadar setetes air mata mengalir keluar dari mata kecil Jisung.

"Nek,tunggu aku ya. Sebentar lagi aku akan menyusulmu."ucap Jisung dengan senyum miris terukir di bibirnya.

-ººº-

Jisung meletakkan berkas dari dokter didalam lemari pakaiannya. Bukan dirumah nya sendiri,ia masih berada di rumah neneknya.

"Tuan,apa kau mau makan malam disini?"tanya seorang asisten rumah tangga yang bertugas membersihkan rumah ini setiap harinya,Bi Siti.

"Eum,iya Bi. Aku makan malam disini,aku mau menginap untuk malam ini."sahut Jisung.

"Baiklah,tuan mau makan apa?"tawar bi siti.

"Buatkan nasi goreng aja,Bi."

"Baik tuan,saya permisi."

Setelah Bi Siti pergi,Jisung membuka jendela kamarnya dan langsung menampilkan pemandangan rumah-rumah sederhana milik warga desa.

"Berikan aku sedikit waktu lagi untuk membuat orang-orang yang aku sayangi bahagia. Kumohon."ucap Jisung lirih,dan air mata terjun dengan bebasnya.

----------

Happiness For The Last [[Han Jisung]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang