Catatan Hati Seorang TKW Part 7

326 16 0
                                    

Part 7

Akhirnya Ahmed memutuskan membawa dan memperkerjakan aku, Namun Rahaf tak menerimanya begitu saja, ia tetap berteriak sembari menarik-narik tanganku. Pihak agency terus berusaha menenangkan Rahaf. Namun ia tetap menggila, akhirnya Uzza suami Rahaf bicara.

"Silahkan bawa Risma, tapi kalian harus membayar ganti rugi atas beberapa barang kami yang hilang dicuri oleh dia." Ujar Uzza sambil mengacungkan jari telunjuknya kearah ku.

Aku tersentak, barang apa yang aku ambil dari keluarga Rahaf? Jangankan mencuri, keluar rumah saja aku dilarang saat bekerja dirumahnya kecuali membuang sampah, malah sampai saat ini handphone dan pasportku belum dikembalikan oleh Rahaf.

"Benar kamu mencuri?" Tanya Ahmed kepadaku.

"Tidak tuan, saya tak pernah mengambil barang sedikitpun dirumah dia, bahkan makanan sisa pun saya tak berani mengambilnya, karena jika ketahuan ngambil makanan meskipun itu sisa dan hampir basi, saya akan disiksa oleh Rahaf." Jawabku.

"Jangan bohong kamu Risma!" Potong Rahaf.

"Apa kamu pikir kami tidak tahu bahwa barang hasil curian kamu sembunyikan dalam tas yang sekarang kamu pegang itu." Sambungnya. Semua orang serentak memandangiku. Rahaf tersenyum mengejek.

"Kamu itu cuma bawa baju 4 potong dari Indonesia, dan selebihnya kami yang membelikannya disini, jika pakaian itu kamu bawa, berarti kamu mencuri." Tuduh Rahaf.

Aku hanya melongo, karena selama 5 bulan aku bekerja dirumah Rahaf, jangankan ia memberiku pakaian, memberi makan saja jarang.

"Saya tidak pernah mencuri madam, lagipula kapan madam memberikan pakaian kepada saya?" Jawabku sambil menahan marah, hal ini menyebabkan bahuku terguncang karena memahan emosi, sangking susahnya aku menahan emosi, akhirnya airmataku mengalir, dan aku mulai terisak. Melihat aku terisak, Rahaf bukannya bersimpati atau kasihan malah semakin senang ia mempermaikan aku.

"Kalau kalian tak percaya, periksa saja tas nya." Tantangnya.

"Dan masalah ini akan saya bawa ke polisi" ujar Rahaf.

Pihak agency pun lalu menarik tasku dan menggeledahnya, mereka tak menemukan barang berharga sedikitpun, sedangkan pakaian yang hanya beberapa helai menjadi berantakan karenanya. Lalu pihak agency menghitung jumlah pakaianku.

"Jumlah pakaiannya ada 8" kata pihak agency.

"Nah betulkan apa kata saya, dia itu pencuri. Kini saya sudah memiliki bukti barang yang ia curinya, maka kasus ini akan saya bawa ke polisi. Akan saya penjarakan dia" teriak Rahaf sambil tertawa senang.

Aku terdiam. Tangisku semakin pecah, airmata kini jatuh sudah tak terbendung lagi, rasa takut menggelayutiku. Aku pandangi kedua tanganku ini, aku sangat takut tanganku dipotong, karena yang aku dengar dari semenjak ditanah air, jika ketahuan mencuri di negara-negara Arab, maka hukumannya adalah potong tangan.

"Aku tidak mencuri madam" teriakku melakukan pembelaan.

"Sudah jangan banyak bicara, sekarang saya akan membawamu ke polisi" ujar Rahaf senang sambil menarik tanganku dengan keras.

Pihak agency yang tadinya mempertahanku dari tarikan Rahaf kini mengendur pembelaannya. Tuan Ahmed dan Halime istrinya pun, kulihat hanya saling pandang sambil sesekali melihat kearahku. Akhirnya Rahaf menyeretku dengan paksa, sedang Uzza, suaminya, membereskan pakaianku dan memasukan kembali kedalam tas.

"Tunggu!"

Baru saja dua langkah meninggalkan gerbang kantor Agency, tiba-tiba saja kudengar suara berat tuan Ahmed.

"Pakaian mana saja yang kalian belikan untuk Risma?" Tanyanya pada Rahaf dan Uzza.

"Bukan urusan anda" Bentak Rahaf.

"Ini akan jadi urusan saya, karena saya adalah seorang pengacara, dan saya akan memberikan pendampingan hukum kepada Risma" kulihat Rahaf terkejut mendengar Ahmed adalah seorang pengacara.

"Jika kalian bisa menunjukan pakaian mana yang kalian belikan ke Risma, maka silahkan proses dia dikepolisian, saya akan tetap memberikan pendampingan hukum, tetapi jika kalian tidak bisa membuktikan pakaian mana yang dia curi, saya bukan hanya akan memberikan pendampingan hukum kepada Risma. Tetapi juga akan menuntut balik kalian."

"Kita ini sama-sama orang Arab, harusnya anda mendukung kami agar para budak dari negri dia berasal tidak berani macam-macam dengan kita" ujar Rahaf pada Ahmed.

"Dia bukan budak, tetepi dia manusia merdeka sama seperti kita, dia adalah pekerja, maka hargai dia seperti layaknya seorang pekerja, beri dia hak-haknya" jawab Ahmed.

Kulihat Rahaf memandang sinis kepada Ahmed. Nampak sekali kekesalan diwajahnya.

"Jika kau tak melepaskan Risma, maka saya akan melaporkan kalian dengan tuduhan penculikan, penyekapan, menyiksaan dan perdagangan manusia." Kata Ahmed lagi.

Lalu dengan teriakan keras Rahaf mendorongku kearah Ahmed. Akupun tersungkur jatuh tepat dikaki Ahmed. Kemudian Ahmed menyuruhku bangun, dan kulihat Rahaf pergi meninggalkan agency sambil terus mengucapkan sumpah serapah.

"Terima kasih tuan, sudah menyelamatkan saya" ucapku masih sambil menangis.

Ahmedpun hanya mengangguk, lalu memberi isyarat kepada Halime untuk bersiap. kamipun pergi meninggalkan kantor agency menuju rumah Ahmed karena semua administrasi sudah diselesaikan tadi.

                         --------------

"Bagaimana ayah? Sudahkah ayah menemui Radi, suamiku?" Ucapku pada Ayah melalu sambungan telephone.

"Sudah nak"

"Lalu benarkah kabar yang aku dengar?"

"Benar nak, Radi, suamimu telah menikah lagi dengan seorang wanita yang juga masih bersuami"

Ya Allah. Tubuhku lunglai seketika. Radi, orang yang paling kucinta, ayah dari ketiga anakku, kini telah menikah lagi. Di Kuwait aku bekerja keras dan harus bertahan menerima siksaan dari majikanku yang dulu. Sedangkan Radi, di Indonesia malah enak-enakan kawin lagi dan bersenang-senang dengan perempuan lain menggunakan uang hasil jerih payah yang aku kirimkan setiap bulannya. Ditambah lagi perempuan itu masih berstatus suami orang.

"Lalu bagaimana dengan suami si perempuan itu ayah?" Tanyaku pada Ayah.

"Ia hanya pasrah, karena pekerjaannya hanya seorang tukang becak sama seperti suami mu dulu, alasan wanita itu meninggalkannya karena suaminya sudah tak lagi mampu memberinya nafkah dikarenakan penghasilannya sebagai penarik becak tak lagi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari"

Aku marah, namun aku tak tahu bagaimana cara melampiaskan marahku. Posisi aku saat ini masih di Kuwait, kontrak kerjaku tinggal 1 tahun lagi kepada keluarga Ahmed. Jika aku pulang ke Indonesia sekarang, aku pasti akan kena pinalti. Ya Allah apa yang harus saya lakukan...??

Catatan Hati Seorang TKW (Tenaga Kerja Wanita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang