Part 9

378 16 3
                                    

#Catatan_Hati_Seorang_TKW    #Part_9

"Maafkan aku kang, aku tak bisa menerimamu kembali. Ceraikan aku!"

"Tolonglah Risma, beri akang kesempatan sekali lagi, akang akan memperbaiki semua kesalahan akang."

Aku pandangi kang Radi yang sedang bersimpuh dikakiku. Wajahnya memelas, air matanya berderai, suara tangis sesungukan melengkapi kesedihannya. Ah, entahlah, apakah ia sedih benaran atau hanya bersandiwara. Semua yang hadir menunggu jawabanku, antara memaafkan atau tidak. Jujur saja, hatiku bergejolak, ada rasa ingin memaafkan, namun sakit hati yang aku rasakan juga terlalu dalam untuk meninggalkan Radi.

"Bangunlah kang!" Ucapku akhirnya.

Kang Radi pun langsung beringsut sedikit kebelakang, kepalanya mendongak menatapku, air matanya masih terus mengalir, hal ini tentu saja meluluhkan hatiku. wajahnya yang dahulu sebelum aku tinggalkan ke Kuwait sedikit kusam, kini sudah nampak cerah, mungkin karena beban hidupnya tak sebesar saat itu, atau mungkin karena istrinya yang sekarang pandai merawat dia. Deeeg... Jantungku serasa berdetak cepat, teringat kembali kelakuan dia yang diam-diam menikah lagi menggunakan uang yang setiap bulan aku kirimi, sakit sekali rasanya, apalagi ia menikah dengan wanita yang masih berstatus suami orang.

"Akang benar ingin kembali kepadaku lagi?" Tanyaku setelah Radi bangun dari posisinya semula.

"Benar Risma, akang mau kembali kepadamu. Akang janji tak akan menyakiti kamu lagi."

"Kalau begitu ceraikan wanita itu!"

Radi terkejut mendengar permintaanku, wajahnya pias, meski air mata sudah tak lagi tumpah, namun kini berganti dengan keringat dingin yang keluar dari dahinya besar-besar seperti biji jagung. Mulutnya ternganga, namun tak ada kata yang keluar. Semua yang hadir disini sama terkejutnya dengan Radi. Termasuk Ayahku. Kedua mertuaku memandang ke arahku. Entah apa arti tatapan beliau berdua, apakah mendukung langkahku agar kang Radi menceraikan istri mudanya, atau malah sebaliknya.

"Tapi.... Tapi...."

"Aku tak mau mendengar kata tapi kang! Terima syarat ini atau ceraikan aku!"

"huuffft." Terdengar Radi menghela nafas panjang. Matanya menerawang, tangannya saling meremas antara jemari kanan dengan jemari kiri. Bajunya yang kusut sudah tak ia hiraukan lagi. Sejenak kemudian ia menundukan kepala sambil berkata, "Aku tak bisa menceraikan Etty."

Aku marah mendengar perkataan Radi, perasanku yang tadinya sudah ingin memaafkan, sontak jadi berubah. Rasa benci kembali menjalari hati seperti berjalarnya darah dalam tubuh yang bergolak menyusuri setiap sel yang ada dalam diri ini.

"Mengapa kau tak mau menceraikan Etty, Radi?" Sela bapak mertuaku. Beliau yang sedari tadi hanya menjadi pendengar yang baik, kini mulai ikut berbicara. Nafasnya turun naik, tersengal-sengal seperti orang yang habis berlari. Aku yakin, penyebabnya adalah karena beliau juga sudah terbawa emosi.

"Jangan membuat hal ini bertambah semakin rumit! Kau harus tentukan pilihan. Pilih Risma atau Etty?" Ucapnya tegas.

"Aku tak bisa memilih."

"Kenapa?"

"Karena saat ini Etty sedang hamil. Ia sedang mengandung anakku."

Perkataan Radi membuat semua orang terkejut. Termasuk aku. kepalaku mendadak pusing, semua jadi gelap. Jam besar berwarna putih yang menempel didinding ruang tamu pun serasa ikut berhenti berdetak. Ingin rasanya aku berteriak mengusir Radi, namun mulutku serasa terkunci. Lidahku kaku, semua tulang dan persendian yang ada ditubuh ini serasa lemas seperti lumpuh. Ah, kang Radi, kau benar-benar membuatku seperti orang gila. Kau buat aku bersedih, bahagia, menangis dan tertawa sendiri. Tuhan tolonglah aku, beri aku jalan yang terbaik, seperti Engkau menolongku saat di Kuwait dahulu.

Bersambung....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Catatan Hati Seorang TKW (Tenaga Kerja Wanita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang