Mengenang Pulang

26 0 0
                                    

"Kita mungkin dapat memilih pasangan hidup, namun ketika lahir kita tak bisa memilih keluarga mana untuk kita tumbuh dan hidup. Sejatinya keluarga adalah mutiara berharga yang langsung Tuhan titipkan untuk kita"
-Ciara-

Di kota kecil di bagian Barat Sumatera  bayi perempuan dilahirkan dan diberi nama Ciara Gill Pasca. Seiring waktu ia tumbuh menjadi gadis kebanggan keluarga. Dengan mata almond, wajah yang simetris, kulit putih dan  tutur kata yang lembut, menjadikan Ciara pusat perhatian orang sekelilingnya. Sejak kecil Ayahnya sudah mendidik Ciara untuk selalu berbuat baik kepada siapapun.

"Ci, Kamu kalau masuk kampus Islam gimana?" Tanya Ayah Ciara dengan suara serak.

Ciara menatap ayahnya yang tengah terbaring bersamaan dengan infus yang menancap di punggung tangan laki-laki yang sangat ia sayangi.

"Hmm nanti tanya Bunda dulu ya Yah, soalnya Bunda nyuruh masuk kampus negeri. Kan Ciara lagi nunggu hasil SNMPTN. "  Jawab Ciara berhati-hati.

"Ya sudah kalau pilihanmu itu ayah gak bisa maksa. Sudah sepatutnya kamu membahagiakan bundamu" Mata laki-laki usia separuh abad itu mulai sayu seakan ada sesuatu yang ingin ia sampaikan pada putrinya.

"Gak gitu yah, gak ada bedanya ayah sama bunda Ciara sama-sama sayang kok. Meskipun keluarga kita udah pis.." Ciara memilih menghentikan laju bicaranya. Ia takut jika nanti ayahnya sedih.

"Pisah? Setiap pertemuan pasti ada perpisahan jika tidak di dunia ya di akhirat. Kamu tau terkadang perpisahan adalah jalan terbaik untuk sebuah perbedaan. Benar ini semua salah ayah. Tanpa berpikir panjang ayah telah membuat hidupmu binggung mana yang harus kamu percaya."

"Ciara kan sudah memilih Yah, meskipun kita berbeda, ayah tidak akan tergantikan oleh siapapun."

"Ciara kamu tau penyesalan dan rasa takut terbesar ayah selama hidup?"

"Pisah dengan bunda?"

Ayah ciara menggeleng, perlahan ia menutup matanya, menarik nafas mengumpulkan energi untuk berbicara pada anak tunggalnya.

"Penyesalan dalam hidup ayah adalah meremehkan Tuhan karena cinta manusia. Dan kini ketakutan terbesar ayah adalah di kamu. Bukan berarti ayah tidak cinta dengan bundamu. Ketika ia memilih kembali ke agamanya. Saat itu ayah tidak bisa berbuat apa-apa karena ayahpun belum memperdalami apa yang ayah pegang. Tetapi alhamdulillah nenekmu menyakini apa yang membuat ayah sempat goyah. Tapi tidak dengan bundamu. Ia memilih untuk berpisah.

"I see mangkanya ayah dan bunda sampai sekarang belum cari pasangan baru. Gak kerasa udah 10 tahun aja. Terus kenapa ketakutan terbesar ayah ada di aku?"

"Kelak di akhirat ayah akan diminta pertanggung jawaban atas dirimu. Selain itu kelak jika ayah meninggal, ayah mungkin tidak akan mendapatkan transfer amal sholeh dari anaknya."

"Tapi kan ciara tiap hari berdoa untuk kesembuhan ayah. Udah jangan ngomong soal kematian gitu. Cia gak suka. Baru juga ketemu berapa hari"

"Boleh ayah minta sesuatu? kelak bila ayah sudah pergi jauh, kamu mau ya belajar Islam. Ayah gak maksa kamu pindah kamu mau belajar aja ayah udah seneng banget dan ini akan jadi kado terindah selama ayah hidup. Ini juga cara  untuk meringankan ayah kelak di akhirat. Ayah bersyukur dititipi anugerah seperti kamu. "

Mata Ciara berkaca-kaca, bendungan di air matanya mulai tak tertahan. Tangannya menggengam kulit tangan ayahnya yang mengkeriput dimakan usia.

"Kalo ini bikin ayah nanti semangat lagi buat sembuh, Ciara akan usahain. Ciara bakal masuk UIN. Tapi izinin Ciara nunggu hasil SNMPTN dulu ya yah biar bunda gak ngerasa kecewa. Cia gak mau salah satu ada yang kecewa. Pokoknya cia gak pernah nyesal dilahirin di keluarga ini." Ciara menyenderkan kepalanya di lengan ayahnya. Ayah dan anak itu sedang saling menyakini semua akan baik-baik saja.

***

"Icik where are you? iciiik pus pus pus." Panggil Ciara dari balik pintu.

"Bundanya gak dicari nih?  kucing terus yang nomor satu." Suara wanita separuh baya keluar dari dapur sembari membawakan kolak durian.

"Hehe maaf bundaku tersayang, kan kalo bunda kan gak bakal kabur-kabur dari rumah, beda sama Icik, liat kucing cantik komplek depan lewat aja dia kejer tu pasti." Goda Ciara sambil mengambil alih sendok  karena sudah tidak sabar untuk menyantap masakan kesukaanya.

"Gimana kabar ayahmu?" Tanya Bunda Ciara sambil menuangkan air ke dalam gelas.

"Alhamdulillah sudah lumayan membaik, eh maksudnya baik bun. " Jawab Ciara setengah keceplosan.

"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ummu Hurairah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang