{2.} Pengagum Rahasia

38 9 3
                                    

selamat membaca♡
.
.
.
......

senang rasanya malam telah kembali, malam dimana aku bisa mengeluarkan segala hal yang kupendam kepada sosok yang kucintai. Dengan sigap ku ambil selembar buku tak lupa dengan amplop tempatku menyimpan surat.

To : alfarezi endriko

Layaknya angin yang berhembus kencang, kau datang menghampiriku. Sangat cepat, membuatku jatuh akan pesonamu. Rasa risau dan senang menghampiriku. Setiap rasa yang tidak dapat kujelaskan membuatku semakin jatuh terperdaya akan pesonamu. Terima kasih telah menghampiriku, membuatku bahagia akan kehadiranmu. ku mohon Jangan mencariku, jikalau engkau tak ingin tersakiti nantinya.

Dariku, pengagum rahasiamu.


Setelah membuat surat tersebut, akupun tertawa. Mungkin beberapa orang tidak percaya, tetapi ini bukanlah sikap asliku. Seringkali aku berpikir, apakah yang kulakukan ini benar atau salah?.

Aku adalah seorang wanita yang welcome, begitupun kepada Al. Terkadang kami mengerjakan tugas kelompok dengan kompak satu sama lain. Bahkan tak ada hari tanpa tersenyum kepadanya. Tetapi, siapa sangka cinta akan datang secepat ini?, cinta yang membuatku buta akan semuanya.

Hal aneh yang selalu kulakukan begitu menemuinya, hal yang tidak bisa kujelaskan dengan sepatah kata. Aku membencinya tetapi, setelah mencari tau, aku yakin bahwa hal ini adalah hal yang amat sangat wajar dan aku harus menerimanya. Hal yang semua orang akan lakukan ketika menemui seseorang yang dicintainya.

Mungkin terdengar naif, tetapi apa yang harus aku lakukan untuk mengatasinya?. Lagipula aku memang tak ingin dia mengetahui isi hatiku. Aku takut, dia tak dapat membalasnya. Bukankah ini akan lebih menyakitkan?.

Tak ingin memikirkan hal yang membuatku kesal, akhirnya akupun memilih bersiap untuk tidur.

°•••°

Sinar matahari yang terang benderang mengganggu tidur nyenyakku. Akupun menggeliat mengelilingi kasur berusaha merenggangkan tubuh. Seketika akupun tersentak ketika jendela kamarku berbunyi dengan keras.

'oh tidak! Apa ini?!' - pikirku yang mulai panik.

"heh! Abang udah kayak maling, lewat jendela mulu!" omel bang Leand begitu mendarat dengan sempurna disofa lembut kamarku.

"kan ada pintu, kenapa gak lewat situ aja?" tanyaku sembari membersihkan tempat tidurku.

"ck! Pintu kamar kamu kan terkunci, terus udah abang ketuk berapa kali tapi gak kebuka, pengen dobrak tapi takut dimarahi mama" ucap bang lenand sembari memasang dasinya dengan sedikit berantakan didepan cermin riasku.

"oh, maaf nanti naya gak kunci pintu kamar lagi" ucapku sembari berjalan menuju kamar mandi.

"iya gak usah! Gak bakalan ada yang masuk, kamar abang kan tepat didepan kamar kamu" jawab bang Leand kemudian menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, tak lupa dengan ponsel yang berpaut dikedua tangannya.

Sedangkan aku hanya melihatnya dengan kesal. Ya, begitulah bang Leand sering kali membuat kamarku berantakan tanpa rasa bersalahnya, kemudian ia tinggalkan tanpa merapikannya terlebih dahulu. Tak ingin menghabiskan banyak waktu, dengan sigap ku langkahkan kakiku bersiap ke kamar mandi.

°•••°

Keadaan disekolah saat ini lebih ramai dari biasanya. Tak sedikit pula seragam sekolah lain terapampang didaerah sekolahku. Aku hanya menatap mereka heran layaknya seseorang yang baru saja masuk disekolah tersebut.

Love In The LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang