'tiga

264 46 11
                                    

Semua pandangan langsung tertuju pada Lingga, dan tentu sajaㅡ Abimanyu si anak baru. Layaknya tontonan seru, mereka berkerumun menyaksikan apa yang terjadi.

Lingga terkekeh lagi, cowok itu menunggu timing yang pas untuk sekedar melepas tinjunya. Sementara Abimanyu menatap lawan di depannya sembari berpikir, 'main sedikit sepertinya boleh.'

Figur yang lebih tinggi mengepalkan badan, dipenuhi tenaga yang lumayan, ia melepas tinju kearah tulang pipi Abimanyu. Semuanya terkejut melihat aksi Lingga yang mendadak begitu saja.

Grep

Sayang, bogeman Lingga ditahan begitu saja. Semua seruan terdiam, mulut mereka menganga tak percaya. Lingga Wardhana, yang terkenal dengan pukulan gesit dan menyakitkannya, ditahan begitu saja?

Lingga boleh mengatakan kalau proporsi tubuh Abimanyu yang lebih pendek juga terlihat kurus itu. Namun persepsinya salah kalau ia mengatakan Abimanyu bukan orang hebat.

Kepalan tangan kanan Lingga masih setia di cengkram Abimanyu. Perlahan namun pasti, Lingga melepasnya. Ia nggak mau terlihat kalah di hadapan anak-anak STM.

"Haha, nantangin ya?" Cibir Lingga, kali ini semangat berkelahinya muncul.

Abimanyu menatap sekeliling. 'Ini kantin, keramaiannya tiga banding satu. Kalau pakai meja atau kursi, bakal mancing keributan yang lebih ganas. Ah, selesaikan cepat aja.'

Di sela-sela berpikirnya, Lingga bahkan sudah melepas pukulan lagi. Pukulan pertama mengenai pipi Abimanyu, Lingga cukup puas. Tetapi pada pukulan kedua, Abimanyu membaliknya.

Dikala pukulan Lingga yang dilepaskan, pemuda kurus itu menendang kaki lawannya sehingga Lingga terjatuh kedepan. Pada saat bersamaan, Abimanyu menekuk lutut kirinya.

Suara keras hasil pertemuan hidung Lingga dan lutut Abimanyu membuat semuanya bergidik ngeri. Pasalnya, setelah terantuk lutut, wajah Lingga mengenai permukaan lantai.

"Ah maaf." Abimanyu melirik ke bawah, tepatnya kearah Lingga yang terlihat seperti bersujud kepadanya.

Beberapa detik kemudian, Lingga berdiri dengan hidung sudah mengalirkan darah. "Gua nggak lemah!" Tampak pandangan mata Lingga marah terhadap Abimanyu.

Lingga mengarahkan tendangannya pada kepala Abimanyu, namun berhasil ditangkis. Beberapa pukulan juga tak mengenai Abimanyu sedikitpun.

"Cukup," Abimanyu mencengkram kerah Lingga karena muak, dibantingnya cowok tinggi itu hingga kepalanya berbenturan dengan lantai.

Belum puas, Abimanyu mengangkat Lingga dan melemparnya kearah meja-meja kantin yang berserakan. Dahi Lingga berakhir sobek terkena salah satu ujung lancip meja tersebut.

Masih belum selesai, Abimanyu mengambil salah satu tas selempang milih salah seorang siswa. Ditariknya kedua tangan Lingga, dan diikat dengan tas tersebut pada meja kantin.

Terakhir, Abimanyu memukul pipi Lingga keras. Semuanya bergidik ngeri, anak baru di STM'79 ini sepertinya seorang monster.

"Wajah kamu boleh ganteng, tapi dikitin omong." Ucap Abimanyu dingin lalu meninggalkan kantin dengan sedikit kaku. Jujur saja, ia nggak ingin masuk BK di hari pertama.

Tanpa Abimanyu tau, semua murid yang ada di kantin langsung ramai membahas Abimanyu. Ada yang bilang penasaran lah, misterius lah, bahkan satu-dua ingin mencoba berkelahi dengannya.

Di salah satu pojok kantin, dimana duduk seorang siswa STM yang juga tau kejadian perkelahian tadi nampak berpikir. 'Kalo yang namanya Lingga dikalahin... apa bisa dia ngalahin Raihan juga?'

Dia Danis, cowok kalem dengan yogurt cimory yang selalu diminum dimanapun kapanpun. Si jenius dengan penyusun strategi paling keren, walaupun nggak ada yang tau karena Danis keliatan alim banget.

Cowok kalem ini memutuskan untuk mengikuti kemana arah Abimanyu pergi tadi, dan berakhir dengan ekspresi Danis yang nggak percaya.

'INI BENERAN YANG TADI BERANTEM?! KE PERPUSTAKAAN?!'

Danis nggak menyangka, karena dari kebanyakan ia tau, semua cowok dengan embel-embel 'bisa berantem' pasti kelakuannya udah mirip setan. Merokok, bolos, jahil sana-sini, malak-malak siapapun yang lewat, dan yang paling parahㅡ rusakin fasilitas sekolah.

Saking keponya, Danis turut masuk ke perpustakaan dan memilih beberapa buku. Ia duduk hampir berdekatan dengan Abimanyu, namun ia tak memilih untuk duduk bersama. Takut kalau ditinju ataupun dimutilasi menggunakan buku.

Hampir tiga puluh menit, dan Danis sudah bosan. Ia lihat Abimanyu masih setia membacaㅡ bahkan mencatat! Sungguh, Danis nggak ngerti sama orang yang ada di depannya ini.

"Dia ini manusia bukan..."

kasian

≐ if u are forget :
Danis = Seungmin

STM'79, ft. SKZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang