'sepuluh

196 36 27
                                    

Seperti biasa, jam setengah tujuh Abimanyu sudah sampai di sekolah. Biasanya cowok ini bakal mampir dulu ke minimarket depan sekolah buat beli roti plus susu, tipikal orang yang nggak bisa kalau nggak sarapan.

Abimanyu membuka plastik roti rasa cokelat di tangan, lalu memakannya sembari berjalan memasuki area sekolah. Yang Abimanyu senang dari berangkat paginya adalah selain nggak banyak orang, Abimanyu jadi nggak liat orang-orang yang mukanya ngeselin kaya Haidar contohnya.

Ah kalau terlintas nama Haidar, Abimanyu jadi ingat sesuatu. Cowok tengil dengan rambut yang kini pirang itu malah semakin tengil saja. Mau menunjukkan eksistensinya kalau dia sangar di depan Abimanyu, tapi jatuhnya cringe menurut Abimanyu.

Oh iya, cowok itu sedang di skors lima hari karena kasus bocorin mobil Pak Farhan alias Kepsek tercinta STM 79 ini. Dasar anak gila. Tapi syukurlah, Abimanyu nggak lihat muka menjengkelkannya selama lima hari.

Cowok dengan muka datar ini juga mulai penasaran dengan kakak kelas yang katanya monster di STM ini, si Raihan. Selama Abimanyu masuk sekolah, sudah hampir tiga bulan ini ia belum pernah melihat Raihan menunjukkan wajahnya di area sekolah.

'Seharusnya dia kan kelihatan yang paling mencolok disini. Ditambah semua murid kenal dia, tapi kenapa aku nggak pernah ketemu.'

"DOㅡ"

"Hayo, mau ngagetin ya?" Entah kenapa timing Abimanyu selalu pas, cowok yang berniat menjahilinya ini berubah ekspresi menjadi kecut.

"Yahhh, nggak asik lu, Nyu." Ia Lingga. Tunggu, Lingga? Kok tumben ia ada di sekolah pagi-pagi sekali seperti ini? Abimanyu langsung terheran.

"Kok Mas disini pagi-pagi begini?" Tanyanya langsung. Cowok satu tahun lebih tua diatasnya itu terkekeh sembari mengusap tengkuknya kasar.

"Yaaa, gatau juga. Mungkin gua dapet hidayah buat berangkat pagi." Apapun alasannya Abimanyu hanya menganggukkan kepala. Ia berjalan kearah kelasnya, duduk di kursi miliknya, dan membuka susu kotak rasa cokelat.

Cowok bernama lengkap Lingga Wardhana itu masih setia mengikuti. Bahkan ia ikut duduk di kursi depan Abimanyu. "Mas, seriusan deh. Ada apa?" Tanyanya sekali lagi.

Lingga terdiam sejenak, "gua mau minta tolong, Nyu." Kini ucapannya berubah serius. Abimanyu mengindikkan bahu pertanda mempersilakan Lingga untuk menceritakan masalahnya.

"Ajarin gua berantem dong."

MBORRRR!

Susu yang Abimanyu minum tersembur tepat ke wajah tampan Lingga. Apa dia bilang? Berantem? Bah! Kesetanan apa manusia satu ini. Abimanyu nggak habis pikir, buru-buru dibersihkan mulutnya dan memberikan sapu tangan miliknya untuk Lingga.

"Tapi Mas, buat apa?" Alis Abimanyu berkerut, tak mengerti.

Kenapa semua orang memintanya mengajarkan cara berkelahi yang merupakan sebuah poin minus besar di kehidupan Abimanyu?.

Abimanyu bisa, paham, dan lincah untuk puluhan bahkan ratusan teknik bela diri. Dulu, ia juga sudah sering menyabet piala maupun medali emas untuk tiap kejuaraan yang diikutinya. Membanggakan sekali.

Tapi Abimanyu tak pernah merasa senang. Berkelahi ataupun bela diri, adalah suatu hal yang ia ingin buang jauh-jauh.

Mengingat tragedi di sekolah dasar yang membuatnya pindah karena malu. Dimana ia membanting seorang teman dan membuat tulang panggulnya bergeser, lumpuh.

Abimanyu mencoba membatasi diri untuk berkelahi. Namun ia selalu kalah, arena perkelahian adalah taman bermainnya. Lawan yang jatuh adalah kebanggaannya. Dan senyuman puas adalah favoritnya ketika ia sudah berhasil menang.

Maka terbentuklah Abimanyu yang sekarang. Kurus karena perasaan bersalahnya, juga tatapan yang datar berartian haus akan pertarungan. Mengerikan.

"Gua mau hancurin seseorang," ungkap Lingga padanya.

serius deh, kalau udah kecanduan
dan susah lepasnya, bahaya.

btw jangan jadi silent readers dong,
mikir story berantem begini ga dibayar loh.

STM'79, ft. SKZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang