'empat

240 44 12
                                    

Beda orang beda juga kelakuannya. Kita contohkan Zain, cowok kelas sepuluh itu barusan keluar dari ruangan BK. Masalahnya rumit, kemarin ia kepergok minum-minum di salah satu warmindo sama temen-temennya.

Zain nggak ambil pusing, cowok tengil itu memilih di skors tiga hari untuk yang ke tujuh kalinya. Karena kata Zain, holiday itu lebih enak daripada mikir tugas.

Cowok itu memutuskan untuk pergi ke kantin, sekedar beli es susu biar pikirannya dingin. Emang benci dia tuh sama yang namanya Pak Danu, hampir-hampir kasusnya dia di bocorin ke orang tua.

"Dasar guru bangsat," Makinya waktu keluar BK.

Hampir di setiap lorong dan tangga, Zain selalu dengar kata-kata anak baru dan Lingga. 'Emangnya ada apa sih?' Tanyanya dalam hati.

"Eh Gib!" Panggil Zain pada salah satu murid yang mengobrolkan hal yang sama.

"Kenapa Zen?" Yang dipanggil Zain menyahut, Gibran namanya.

"Pada ngomongin apa sih? Kok anak baru anak baru gitu?" To the point, Zain menanyakan hal tersebut.

Gibran plus temannya tertawa, "Lo ketinggalan jaman banget, Zen. Buruan ke kantin sekarang!" Cowok yang berlatar belakang anak dance itu menepuk pundak Zain.

Zain menaikkan alis, berkata oke lalu bergegas pergi ke kantin. Hanya perlu dua menit bagi Zain untuk sekedar naik tangga dan berbelok ke arah kantin. Suasana kantin terlalu ramai, bahkan guru-guru berkumpul disana.

"Eh eh awas!" Gertak Zain di kerumunan siswa itu. Tubuhnya yang sedang itu dipaksakan menerobos.

"Kasian ye si Lingga." Sebuah ucapan masuk telinga Zain, membuat pikirannya melayang kemana-mana.

"AWAS!" Zain mendorong siswa yang menghalangi jalan. Matanya membulat sempurna, 'ANJIR BANG LINGGA!'

Lingga ditidurkan pada salah satu kursi panjang kantin, di bawah kepalanya diletakkan sebuah kain yang tampak memerah. 'Kepalanya bocor?' Batin Zain masih syok.

Hidung Lingga turut diberi daun sirih. Zain tak mengerti, siapa yang bisa-bisanya menghajar Lingga sangat parah seperti itu. Dilihatnya cowok itu bahkan belum terbangun, pingsan mungkin?

Satu-dua murid masih berbisik-bisik. Para guru memutuskan untuk membawa Lingga ke klinik terdekat, setelah itu mereka semua bubar ke kelas masing-masing.

Zain masih asik duduk diam sembali menyeruput es susu di kantin, melihat Lingga seperti itu hatinya bertanya-tanya. Toh, Lingga masih satu sepupu dengan Zain, mana mungkin cowok itu nggak peduli.

Akhirnya Zain memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat kepada salah satu orang terpercayanya, Danis.

Danis Rezka XB

| Dan, Bang Lingga
  diapain tadi?

Tidak lama setelah Zain mengirim, Danis langsung membacanya dan mengetik. 'Anjay fastresp banget,'

Danis Rezka XB

| Dan, Bang Lingga
diapain tadi?

Ngajak ribut anak |
baru, tapi kalah
Dibanting-banting |
Serem, Zen😔 |

| Anak baru?
| Kelas mana?

Gatau juga |
Orang baru masuk |
tadi pagi

Zain mendengus kesal, baru kali ini Danis nggak tau apa-apa soal masalah berantem di STM. Biasanya dia gercep banget nonton atau nggak sekedar ngelirik untuk cari tau siapa yang berantem.

"Kalo Danis nggak tau, gua cari tau sendiri lah." Gumamnya, namun notifikasi chat dari Danis membuatnya berpikir.

👤 Danis Rezka XB
Jangan pernah cari dia, Zen. Bahaya.

≐ if u are forgot :
Zain = Jeongin

STM'79, ft. SKZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang