Welcome readers
Happy reading
"resa buruan!" ucap kedua sahabatnya menatap kesal ke arah resa yang lamban dalam hal berbenah.
"luan aja, gw masih ada urusan di perpus"
Agatha dan risa menatap bingung.
"gue dihukum sama guru killer tak berperasaan itu"
"tumben, biasanya juga disuruh keliling lapangan" jawab agatha tak acuh.
"gw juga bingung"
"yaudah yuk, keluarnya barengan" risa menggandeng sebelah tangan resa.
"luan aja ris, gue mau ke toilet dulu, kan beda arah"
"lo yakin sendiri?" tanya agatha memastikan.
"iya yakin, udah sana!" resa mendorong-dorong kedua sahabatnya agar meninggalkannya.
Setelah selesai dari panggilan alam, resa berjalan menyusuri koridor yang sepi menuju perpustakaan.
'sepi banget'
'kok gue jadi merinding'
'ada yang ngikutin gw?' resa mempercepat jalannya.
'ya tuhan hamba belum berbakti'
'belum bayar hutang juga di bakso bang mamad'
'uangnya belum ada buat bayar hutang'
'jangan sekarang malaikat please!' resa terus memohon dalam hatinya.
'perpus mana sih, perasaan gak sejauh ini'
Prankk..
'bundaaa!' resa berlari sekencang mungkin. Ia tak memperdulikan sekelilingnya dan terus berlari. Sampai tiba tiba resa menabrak sesuatu.
Brukk
''aduhh" resa langsung terjongkok dan meringis kesakitan karena kepalanya menabrak sesuatu.
"jangam ganggu gue, gue tadi cuman dari toilet gak ada maksud lain" resa terus bermonolog sampai ia melihat kaki seseorang di depannya.
'napak' batinnya.
Resa langsung mendongakkan kepalanya perlahan memastikan apakah dia menabrak orang atau orang jadi jadian?.
"huhh" resa menghela nafas lega setelah melihat ternyata orang tersebut bukan manusia jadi jadian melainkan revan.
"lo sehat?" tanya revan dengan tampang datarnya.
"hem? Emm.. Gue? G-gue sehat" resa langsung berdiri dan merapikan rambutnya yang berantakan.
"terus?"
"terus?" tanya nya balik.
"jangan ganggu gue, gue tadi cuman dari toilet gak ada maksud lain" revan mengulang kata kata yang resa ucapkan tadi tanpa kurang tanpa lebih.
"oh itu, gue kira lo manusia jadi jadian. Ternyata kaki lo napak" resa menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "gue luan ya, bye" ia kangsung berlari meninggalkan revan ditempatnya.
Tanpa resa sadari sudut bibir revan terangkat "cewek aneh"
---
"udah jam segini lagi" monolognya pas liat jam dinding yang menunjukkan angka 3.30 pm.
Resa membuka handphone nya dan mengetikkan sesuatu disana.
Line
Resa: bilangin ke bunda resa pulang telat.
Tak lama kemudian ia menerima balasan.
Gibran: tumben, ngapain lo?
Resa: bersihin perpus, tapi jangan kasih tau kebunda
Gibran: dihukum kan lo
Resa: ntar gue traktir.
Setelah mengetikkan itu, resa langsung meletakkan handphone nya di atas meja tanpa menunggu balasan dari gibran.
Cklek
Resa yang mendengar suara pintu terbuka langsung bersembunyi dibalik rak buku yang berada di pojok perpus.
'ya allah baru juga tenang' batinnya
Resa mengambil serok yang nerada di sudut dinding. Ia langsung mengambil ancang ancang.
dan
Plak
Plak
Resa memukul beberapa kali orang tersebut dengan serok.
"aduh" pekik seseorang.
Resa yang mendengar suara itu langsung menghentikan aksinya, dia mengenali suara pria tersebut. Revan. Ya itu suara revan.
"apa apan sih lo" bentaknya refleks.
"sory sory gue gak sengaja"
Revan menatap tajam kearahnya.
"kepala lo berdarah"
.
.
.
.
.
TbcTerima kasih udah mau baca cerita gaje ini hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
RevanoSa
Teen Fiction"GUE CINTA SAMA LO ITU KARNA TAKDIR RES" "andai gue bisa nentuin takdir sendiri, gw juga gak pengen cinta sama orang kaya lo" ucap revan sarkastik. Deg! Air mata resa seakan jatuh tanpa aba aba. Publish 25/6/2019