∅2

2.5K 181 0
                                    

"Jaemin, cepat bangun. Aku tidak mau terlambat karena menunggumu" suara Jeno membangunkan Jaemin yg tengah tertidur pulas di meja belajarnya

"Duluan saja, biarkan aku yg terlambat" suara serak Jaemin membuat Jeno tidak tega. Jeno menggelengkan kepalanya walau Jaemin tak memperhatikan, karena anak itu kembali tidur di mejanya.

"Memang apa yg kau lakukan semalaman huh?" Jeno masih berusaha membangunkan Jaemin, namun anak itu tetap bergeming. Jeno melihat buku-buku yg terbuka di bawah kepala Jaemin. Pr? Yeah Jaemin memang selalu mengerjakan pr nya sampai larut malam. Tapi tak biasanya ia sampai seperti ini

"Jeno-ya, aku baru saja tidur 2 jam yg lalu. Biarkan aku tidur lbh lama lagi, kumohon" Jaemin membuka matanya, menunjukkan wajah yg amat sangat mengantuk, sebelum akhirnya kembali merebahkan kepalanya. Sebenarnya Jeno juga tidak tega, tapi hari ini mereka ada ulangan. Dan guru mereka tidak menerima susulan. Guru yg kejam.

"Na, ulangan bu Jinri. Lupa huh?"

Kepala Jaemin langsung terangkat. Sepertinya ia lupa akan rasa ngantuknya. Ia segera mandi dan menyelesaikan semuanya.

_____

"Ulangan kali ini dikerjakan dalam waktu 60 menit. Tidak ada toleransi. Ketahuan menyontek, maka akan saya robek dan tidak diizinkan mengikuti pelajaran saya 3 minggu kedepan" tegas bu Jinri. Matanya yg tajam menatap 30 murid di kelas ini dengan pandangan dingin. Membuat seisi kelas membeku

Kecuali Jaemin

Ia tidak takut pada guru itu. Ia bahkan masih sempat bengong saat bu Jinri melewatinya memberikan kertas soal.

45 menit berlalu dengan hening. Tidak ad yg berani bersuara. Jaemin hanya mengerjakan setengah dari seluruh soal. Sisanya? Ia tertidur. Tidak sanggup menahan kantuk yg menghampirinya

Beruntung, Jaemin duduk di sebelah Jeno di bangku paling belakang. Jadi Jaemin tidur pun tidak akan terlihat dari pandangan mata bu Jinri yg kejam itu. Jeno berusaha membangunkan Jaemin agar saudaranya itu menyelesaikan tugasnya, namun pemuda Na itu tetap bergeming. Seperti tadi di rumah

Mau tidak mau, Jeno yg menyelesaikan ulangan Jaemin

60 menit telah berlalu. Bel istirahat berbunyi, membangunkan Jaemin dari alam mimpinya. Dengan wajah panik, ia mencari-cari dimana kertas ulangannya

"Sial, dimana kertas itu?!" umpatnya

"Tenang. Sudah aku selesaikan ulanganmu" suara Jeno menenangkan Jaemin. Lelaki bermarga Na itu menghela napasnya lega.

"Terimakasih, Jeno-ssi"

"Terlalu formal, bodoh" Jeno menoyor kepala Jaemin, membuat Jaemin tertawa.

"Aku lapar, ayo kita ke kantin. Sekalian aku ingin mengajak Haechan dan Mark hyung untuk rapat nanti" ajak Jaemin. Jeno mengangguk. Mereka berdua pergi ke luar kelas, menghampiri kelas Haechan dan Mark, lalu pergi ke kantin

_____

"Bodoh kalau membahas tentang rencana gilamu disini, Jaemin. Kau mau kita ketahuan?" sinis Haechan. Jaemin menyeringai

"Aku tidak akan membicarakan tentang itu. Aku hanya mengadakan rapat biasa saja. Nanti saja dirumah Mark hyung jika ingin membahas itu. Sekalian kita ajak Jisung dan Chenle nanti"

Mark memukul pelan kepala Jaemin. "Bodoh. Mereka masih terlalu polos untuk kau masukkan dalam misi rencanamu kali ini"

Jaemin mengembangkan smirk nya. "Kau belum pernah melihat Chenle dan Jisung beraksi bukan?"

"Apa maksudmu?" tanya Mark. Ia menyipitkan matanya

"Jisung dan Chenle tak sepolos yg kalian lihat." jawab Jeno

Mark dan Haechan mengerutkan kening. Tidak sepolos itu?

"Lalu mengapa selama ini kau hanya menjadikan mereka sebagai pasukan mata-mata saja?" Haechan masih tak mengerti tentang pola pikir pemimpinnya itu. Ia menatap Jaemin bingung. Sementara Jaemin yg ditatap hanya mengaduk jus didepannya

"Hanya untuk berjaga-jaga saja, kalau suatu waktu kita membutuhkan tenaga tambahan untuk pasukan khusus. Sudahlah. Mark hyung, hari ini ada ulangan?" Jaemin mengalihkan pembicaraan

Mark menggeleng, "Tidak ada. Mau bolos huh?"

Jaemin menyeringai, "Kau tak perlu tanyakan itu lagi bukan?"

"Ayo, kita cabut. Ajak Jisung dan Chenle sekalian" Jaemin bangkit dari duduknya dan berlari kembali ke kelas, meninggalkan Jeno, Haechan, dan Mark yg bingung

"Seorang boss yg terasa seperti seorang anak kecil" komentar Mark pelan

"Itu saudaramu kan, Lee Jeno-ssi?"

"Entah. Aku tak mengenalnya" jawab Jeno. Mark memukul kepala Jeno. "Mana rasa terimakasih mu huh?"

Jeno hanya tersenyum, "Bercanda. Ayo!"

_____

Jaemin sampai di kelasnya. Ia mengambil tasnya dan juga tas Jeno dari bangku dan berjalan santai keluar

"Aduh..." tanpa sengaja seorang gadis menabraknya

"... Maaf, aku tid- Jaemin? mau kemana?" itu Ryujin, ketua kelasnya

Jaemin merotasikan bola matanya, "kau pikir aku akan kemana huh? Isikan absenku dan Jeno dgn izin sakit. Jangan banyak tanya" dinginnya

Ryujin mengangguk. Aura Jaemin ketika sedang dingin seperti ini sangat menyeramkan. Aura nya terasa 100 kali lebih mengintimidasi

Jaemin melanjutkan jalannya menuju parkiran. Sampai di parkiran, sudah ada Jeno, Mark, Haechan, Jisung, dan Chenle. Namun ada satu orang lagi. Seorang lelaki berkulit putih dan berperawakan kecil

"Siapa dia?" Jaemin menatap orang itu dengan tatapan menyelidik.

"Dia Renjun. Gege ku dari China. Murid baru di kelas kalian sebenarnya, namun belum sempat masuk sudah kuajak bolos, hahaha" Chenle tertawa nyaring

"Chenle-ya, apa peraturanku hm?"

Chenle terdiam. "Jawab aku, Zhong Chenle!" Jaemin mengulang, suaranya lebih berat dan terdengar menyeramkan

"Jangan membawa orang luar ke dalam rapat, misi ataupun rencana" jawab Chenle takut-takut. Jaemin tersenyum miring, menampilkan smirk yg menakutkan.

"Lalu kenapa kau membawanya, tuan Chenle yg terhormat?" Jaemin sengaja melebihkan, membuat auranya kini berlipat kali jadi seram

"Sudahlah, Na. Jang-" kata-kata Jeno terputus begitu tatapan tajam Jaemin mengarah padanya.

"Oke, baiklah. Karena dia gege mu, maka mulai hari ini dia masuk dalam Blacklitz."

Chenle membelalakkan matanya, lalu tersenyum. "Kau tidak akan kecewa pada kemampuannya, hyungie"

"Semoga saja" Jaemin membuka pintu mobil dan memasukkan tasnya dan tas Jeno ke mobil. "Kalian bawa kendaraan?"

Mark dan Chenle mengangguk. "Ambil kendaraan kalian. Kita ke rumah Mark hyung. Haechan, kau ikut kami"

"Lalu aku sendiri?" Mark tidak terima. Jaemin merotasikan bola matanya. "Bodoh. Jisung bersamamu hyung"

Mark menepuk keningnya. Ia lupa tentang keberadaan maknae itu. Sementara Jisung hanya mengelus dada, merasa terlupakan

_____

TBC

Big Boss Mafia ; JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang