∅7

1.4K 107 27
                                        

"Aku..." Renjun menunduk. "Yah dulu aku itu seperti gembel. Berjalan tanpa arah tanpa ingatan jelas siapa orang tuaku, siapa keluargaku. Semuanya terasa abu-abu. Tidak banyak yang ku ingat. Hanya ingat namaku saja" jawab Renjun

"Benar. Aku menemukannya sedang duduk di gang sempit dekat dapur sebuah restoran saat itu. Ia sedang menahan dingin angin sore di China." sambung Chenle. Jaemin mengangguk.

Putaran demi putaran botol terus mengarah ke orang yang berbeda. Hingga akhirnya mengarah pada Haeun, dan gadis itu memilih 'Truth'

"Aku akan bertanya padanya" kata Renjun. Haeun mengangguk. "Sejak kapan kau bisa bermain pistol? Tidak mungkin kau diajari saat lahir kan?"

"Mengapa tidak? Sejak berumur 2 tahun aku sudah diajarkan bermain senjata. Tentu saat itu senjata mainan. Dan saat aku mulai beranjak dewasa, Jaemin mengenalkan ku pada semua jenis senjata api. Terjawab?"

"Woah. Keluargamu keras sekali!" takjub Renjun sambil menganga. Tiba-tiba alarm ruangan itu berbunyi. Lampu padam dan hanya menyisakan lampu darurat berwarna merah

Chenle yg panik langsung menuju ruang cctv untuk memeriksa siapa yg datang. Sementara Jaemin menyiapkan senjatanya di balik baju. Semuanya bersiaga di tempat kecuali Renjun yg belum paham akan apa yg terjadi saat ini. Otaknya blank

"Pergi ke ruang cctv di bawah tanah. Jangan memisahkan diri dari Chenle. Tangga di samping pintu kamarku" Jaemin sedikit mendorong Renjun agar tersadar dari lamunannya dan segera bergerak

Jaemin menyalakan Handy Talkie yang terhubung dengan telinganya

"Jaemin hyung, masuk Jaemin hyung" terdengar suara Chenle memanggil dari alat di telinganya. Jaemin mengangguk kecil, lalu membalas panggilan Chenle. "Itu Johnny hyung yg memasuki pekaranganmu. Tetap siaga, aku melihat G2 Combat di balik jaketnya" ujar Chenle. Jaemin mematikan handy talky dan berjalan menuju pintu utama. Gestur tubuhnya yg tegap dan tenang membuat siapapun bisa merasakan aura menyeramkan dari Jaemin.

Pintu utama yg begitu megah terbuka tepat saat pemuda bersurai coklat itu berdiri di depannya. Dan dibalik pintu besar itu, terdapat Johnny dengan senyum di wajahnya. Bukan senyum biasa. Namun senyum manis yg mengandung racun.

Jaemin hanya berdiri menatap pria dewasa di depannya. "Surat dari tuan Lee Taeyong untukmu, Na Jaemin" Johnny mengambil segulung kertas tanpa tulisan dari balik jaket kulit hitam yg dikenakannya dan memberikannya pada Jaemin. Setelah memastikan Jaemin menerima kertasnya, Johnny berbalik pergi dari pekarangan rumah pemuda Na itu tanpa sepatah katapun

Pintu tertutup. Jaemin kembali menyalakan HT. "Apa Johnny hyung sudah benar-benar pergi?" ucapnya pada mic yg ada di balik bajunya. "Ne. Dari sisi manapun terlihat mobil Johnny hyung memang sudah pergi" tuntas Chenle.

Semua personel Blackblitz berkumpul mendekati Jaemin. Chenle dan Renjun yg baru saja sampai langsung ikut mengerumuni Jaemin.

Jaemin membuka gulungan kertas kosong yg hanya berisi tanda tangan Lee Taeyong itu. Mata indah Renjun berhenti pada satu titik, tepat di bawah tanda tangan. "Oh? Ini apa?" ia mengambil sebuah benda super tipis berwarna senada dengan kertas yg diterima oleh Jaemin. Pemuda Na itu melihat benda di tangan Renjun dengan saksama

"Kau pintar sekali bisa menemukan ini. Bahkan Jaemin pun kurang teliti untuk mengetahui ada benda ini disana" ujar Haeun

"Apa ini? Sebuah sticker?" tanya Renjun polos. Jaemin menggeleng. "Ini kamera mata-mata versi terbaru yg sangat sulit di cari. Hanya ada 8 di dunia. Kamera ini bisa berkamuflase dengan baik. Ia bisa mengikuti struktur bahan benda yg di tempelinya." jelas Jaemin

"Intinya ini adalah pelacak. Hyung, bisa kau ledakkan ini?" Jisung mengambil benda tipis di tangan Renjun dan memberikannya pada Haechan. Haechan menurut dan segera pergi ke halaman belakang kediaman Na dan meledakkan alat pelacak itu. Tak berapa lama, terdengar suara ledakan dari belakang rumah. pastilah Haechan pelakunya

"Yah, Lee sialan itu kehilangan satu buah kamera mata-mata langka nya" ujar Jeno dengan senyumnya. Semua mata tertuju pada Jeno. "Apa?" pertanyaan polos terlontar begitu saja dari mulutnya

Jisung menjitak kepala Jeno dengan sedikit keras. "Ingat marga mu hyung" dan Jeno menepuk keningnya

--•--

Markas Eagle

"Hyung, sudah kau berikan surat itu untuk mereka?" tanya Yeonjun pada Johnny. Yang ditanya hanya mengangguk. Mereka berdua berjalan ke ruang kamera untuk memeriksa reaksi para remaja itu

"Xiaojun, cepat periksa kamera JNS_30 nomor 5" titah Johnny. Xiaojun dengan segera menuruti apa kata pria tinggi itu

Di layar hanya menampilkan gambar garis, menandakan tidak adanya sinyal dari JNS_30

"Mereka menemukannya" cetus Yeonjun santai sambil memakan permennya

Johnny terdiam. mereka sangat pintar menemukan kamera langka itu

--•--

Pukul 2 pagi.

Karena tidak bisa tidur, Jaemin berangsur duduk dan mengusap wajahnya. Ia melihat ke arah kasur Renjun. Dan Renjun tidak ada disana

Insting Jaemin menyuruhnya untuk keluar kamar dan mencari Renjun. Setelah mengelilingi setengah bagian dari rumahnya, Jaemin menemukan Renjun sedang menelepon. Merasa curiga dengan gerak gerik Renjun yg nampak seperti mengawasi sekitarnya, Jaemin memutuskan untuk bersembunyi dan menguping percakapan Renjun dgn manusia di sebrang telepon itu

"Iya pak, akan saya laksanakan" ucap Renjun. tak lama, pria kecil itu menutup teleponnya. kembali mengawasi sekitar

Jaemin berjalan mendekati Renjun sambil memasang gelagat polos. Jaemin berpura-pura lewat. Renjun yg terkejut akan kehadiran Jaemin itu nampak panik, namun Renjun dengan blak-blakan menutupi kepanikannya

"J-Jaemin? Kenapa belum tidur?" gugupnya. Jaemin menyipitkan matanya. Tatapannya menatap intens pada Renjun

"Karena kau belum tidur" jawab Jaemin santai. "cepatlah kembali ke kamar. Aku akan mengambil minum sebentar" lanjutnya. Renjun menurut dan berjalan kembali ke kamar

'haaahh... untung dia tidak tahu' batin Renjun. Jaemin menatap kepergian Renjun. Setelah punggung sempit milik lelaki kecil itu menghilang, Jaemin berjalan ke kamar Jeno

"Jeno-ya, bangun. Aku butuh bantuanmu" ucapnya sambil mengguncang tubuh Jeno dengan barbar. Pemilik tubuh yg diguncang dengan barbar itu terbangun

"Apa...?" ucapnya sambil berusaha duduk dan mengucek matanya. "Hack ponsel Renjun!" jawab Jaemin mantap. Jeno yg masih mengumpulkan nyawanya langsung tersadar sepenuhnya

Mereka berdua berjalan menuju ruang rahasia tempat dimana mereka bekerja. Jeno langsung duduk di kursi empuknya, sementara Jaemin di belakangnya memperhatikan pekerjaan Jeno dengan fokus. Dan berhasil. Ponsel Renjun berhasil mereka bajak

"Buka riwayat teleponnya dan data kontaknya!" perintah Jaemin. Jeno menurut dan segera membuka riwayat telepon Renjun. Terdapat tulisan "TYL" di daftar terakhir telponnya. Saat membuka daftar kontak, terdapat beberapa kontak dengan emot hati dan kucing, termasuk kontak Jaemin dan Jeno

Senyum Jaemin sedikit tersungging karena tidak menyangka Renjun ternyata lucu. Namun perhatiannya tetap tertuju pada nama TYL ini

"Lee..." gumam Jaemin tanpa sadar

--•--

TBC...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Big Boss Mafia ; JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang