∅6

1.1K 89 4
                                    

Markas Lee Taeyong

"Tuan, bagaimana cara kita menerobos markas blackblitz?" Moon Taeil memegang sebuah tablet di tangan nya. Matanya yg berkacamata terlihat nampak lelah

"Untuk apa?" Taeyong memutar kursinya berkali-kali sambil menatap sebuah bola dari kristal amethyst di genggamannya. Gabut mungkin. Taeil terdiam. Tujuan utama mereka menembus markas blackblitz adalah untuk kristal Aquamarine milik Jaemin, tapi kenapa Taeyong bertanya lagi?

"Tuan, apa kau sudah tidak tertarik dengan kristal milik keluarga Na itu?"

Yuta masuk ke ruangan Taeyong tanpa mengetuk pintu sambil meniru cara berbicara Taeil. "Hei bodoh. Kau punya sopan santun bukan?" sarkas Taeyong. Yuta nampak tidak peduli. Ia mengacuhkan tatapan tajam yg Taeyong berikan padanya. Sebal karena di acuhkan, Taeyong melemparkan sebuah batu baterai ke kepala Yuta. Tapi dgn sigap lelaki berdarah Jepang itu menghindar.

"Eits, tidak kena" ejeknya sambil memasang wajah super menyebalkan

"Sudahlah, nanti saja. Aku sudah punya rencana untuk menembus markas mereka" seringaian tak luput dr wajah sang ketua Eagle ketika mengucapkan kalimat barusan

Taeil dan Yuta bertatapan, "aku harap kali ini rencananya berhasil" ucap Taeil

"Entahlah. Semoga saja" sambung Yuta, berharap kali ini rencana jahat Taeyong bisa diandalkan untuk misi mereka kali ini. Berharap kristal Aquamarine itu bisa melengkapi batu berharga koleksi mereka

--•--

7 remaja itu sedang berbaring ditengah ruang keluarga Na. Tepatnya diatas sebuah karpet bulu besar nan lembut berwarna coklat sambil bermain hp.

"Ah, bosan sekali" keluh Haechan. Wajahnya merengut

"Kalau bosan ya makan saja. Masih ada ayam dan soda, kan?" sahut Jeno ringan. Haechan menyipit menatap Jeno

"Bukan itu maksudku Lee Jeno!" sambil menekan pada nama Jeno, Haechan terus menatapnya sinis. "Ayo lakukan permainan, aku bosan!"

"Boleh aku ikut permainan kalian?" tiba-tiba Haeun muncul dari tangga besar di pojok ruangan, lalu langsung duduk diantara 7 kakak nya itu

"Tentu!" Haechan menyeringai dan menggeser posisinya

Jaemin menatap Haechan dengan wajah datarnya. "Bermain apa?" tanya Jaemin to the point sementara Haechan nampak bingung, lalu mengedikkan bahunya, "tidak tahu"

"Bagaimana kalau kita bermain truth or dare?" anggota tertinggi Blackblitz itu nampak semangat saat mengusulkan permainan itu sampai ia terduduk. Keenam kakak nya mengangguk saling memandang satu sama lain dan memperbaiki posisi mereka menjadi duduk tegak mengelilingi space kosong. Jeno mengambil sebuah botol kosong dari dapur dan meletakkan nya ditengah teman-teman nya

"Aku duluan" ujar sang pemuda bersurai hitam sebut saja Jeno, sambil memutar botol itu. Kepala botol berputar cepat, membuat ketujuh orang yg duduk melingkar itu tegang, kecuali Haeun. Ia seolah tau kepala botol akan menunjuk siapa. Kepala botol pun berhenti tepat didepan Jaemin.

"Hanya 1 org yg boleh memberi tantangan atau pertanyaan. Selebihnya ditolak" usulnya. Ketujuh nya mengangguk

"Jadi, siapa yg akan memberiku pertanyaan?' keenam temannya mengangkat tangan, sementara sang gadis hanya melipat lengannya. "Haechan. Kau lbh dulu mengacung" ucap si sulung Na

"I dare you... Aegyo! "

Mark mencibir, karena pelafalan Haechan yang termasuk masih acak-acakan. "sok inggris kau bocah" matanya melirik Haechan di sebelahnya

"Sesuka ku lah" balas Haechan sambil ikut mencibir.

"Tidak ada tantangan lain?" keluh Jaemin. Haechan menggeleng, "teman-teman?" matanya menatap Enam org lainnya. Semuanya mengangguk, "cepatlah Na Imut Jaemin. Semua menunggu"

"Yak aku tidak imut!!" Jaemin melotot. Namun Haechan tetap tak peduli.

Jaemin menyipitkan mata nya, lalu memasang topi kelinci di kepalanya. Sementara Haeun menutup matanya, tak sanggup melihat serangan sang kakak

"Jaeminnie, cinta kaliannnn" memasang wajah cemberut dan suara anak kecil, Jaemin memainkan telinga di topi kelincinya.

Membuat semuanya merasa geli dgn keuwu an nya, Jaemin terus melanjutkan aksinya.

Setelah menjalankan tantangannya, Jaemin memasang death glare untuk Haechan. Namun lelaki berkulit coklat manis itu nampak mengalihkan pandangan. Renjun sendiri gemas melihat tingkah lucu dari teman sekaligus pemimpin nya itu

"Aku pikir dunia mafia itu menyeramkan. Terlebih ketuanya. Dan aku baru sadar hari ini. Ternyata ada juga yg lucu dan menggemaskan seperti ini" Renjun terkekeh geli melihat Jaemin. Sementara yg dilihat melepas topinya dan memutar bola matanya malas. Jaemin lanjut memutar botol di depannya dan kepala botol menunjuk Renjun. Lagi-lagi Jaemin menyipitkan matanya.

"Bagaimana awalnya kau bisa masuk keluarga Zhong. Tanpa ada sensor dan bagaimana kau bisa tau banyak tentang Lee Taeyong itu" cetus Jaemin panjang, mata tajam nya menatap Renjun dengan dingin. Sukses membuat Renjun merasa terintimidasi, Jaemin terus menekannya dengan tatapan penuh selidik itu.

Sementara keenam temannya menunggu jawaban Renjun, Haeun mengeluarkan pistol dari pinggangnya dan menempelkan ujung pistol putih itu di kepala Renjun.

"Berani berbohong, peluru cantikku akan melubangi kepalamu, kakak Huang Renjun" tekan Haeun pada setiap kalimatnya. Membuat bulu kuduk pemuda Huang itu meremang

"Aku..." Renjun tergagap. Keringat dingin membasahi keningnya. Pupil matanya bergetar acak mencari jawaban, sambil berusaha menghindari tatapan tajam Jaemin yg menusuk, serta menahan tegang karena pistol Haeun yg penuh peluru perak itu tepat berada di sisi kiri kepalanya. Dan Renjun tahu, gadis itu siap menarik pelatuknya kapanpun

Yeah, Renjun benar. Dunia mafia itu sangat menyeramkan. Mungkin banyak kejutan menyenangkan, namun akan lebih banyak kejutan menegangkan. Mungkin bukan dari ketuanya, tapi dari setiap anggotanya...

TBC...

Big Boss Mafia ; JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang