∅5

1.2K 91 14
                                    

Renjun menggenggam pistol di tangannya. Sedikit gemetar karena suara Jaemin barusan, membuatnya tidak fokus.

"Bidik tepat disana. Jangan takut. Kami akan keatas sebentar mengambil beberapa alat lainnya" ujar Jaemin lalu mengajak Mark naik ke atas. Renjun berdua Chenle sekarang.

"Ge, kau yakin akan melakukan ini?" tanya Chenle ragu. Renjun mengangguk sambil tersenyum

"Tentu saja. Aku akan berbakti pada keluarga Na ini" jawab Renjun. Ia mengembangkan smirk nya. Chenle hanya mengangkat bahunya lalu pergi ke kamar mandi. Tinggallah Renjun sendirian

Ah. Tidak benar-benar sendirian. "Siapa kau?" seorang gadis kecil setinggi pinggang Renjun mengarahkan pistol pada kaki pemua Huang itu

Renjun tersentak kaget. Ia menarik nafas dalam, mencoba tenang. "Aku yg harusnya tanya siapa kau, bocah" balasnya

"Haeun-ah. Jangan ganggu Renjun. Biarkan dia berlatih" suara Jaemin memenuhi telinga dua anak itu. Na Haeun, adik Na Jaemin itu kemudian berlari ke arah kakaknya. "Kenapa kau mengganggunya?" Jaemin berjongkok didepan gadis kecil itu. Haeun membisikkan sesuatu pada Jaemin. Pemuda Na itu diam beberapa saat, lalu menggeleng. "Nanti kita bicarakan itu, Haeun-ah. Sekarang pergilah ke kamarmu." Jaemin mengusak rambut Haeun sambil tersenyum

"Tapi oppa-"

"Na Haeun. Cepat!" suara Jaemin menyatakan perintah mutlak. Haeun hanya cemberut lalu mengentak kakinya, lalu kembali ke kamarnya.

"Aku pikir kau tunggal, Jaemin-ah" suara Renjun pelan, namun bisa Jaemin dengar. Jaemin hanya mengangguk, "memang tunggal. Dia sepupuku yang senasib denganku. Tidak ada yg mau menpung kami" jawab Jaemin ringan. Renjun mengangguk

"Cepat tunjukkan kemampuanmu. Jika kau benar-benar lancar akan kuberikan kau hadiah" Jaemin berbicara sambil mulutnya penuh dengan coklat. Jaemin suka sekali coklat

"Na, kau tak takut gigimu berlubang?"Mark menepuk pundak Jaemin. Lelaki Na itu hanya menggeleng. Pemuda blasteran Canada itu hanya mengangkat bahu

Beralih ke Renjun. Anak itu kini sedang menyerang berbagai target sasaran dgn berbagai gaya. Terkadang ia melompat, berguling, melakukan salto, sampai kopral cem wadon main karet juga dia jabanin.

"Cukup Renjun-ah. Akan kuperlihatkan kau sesuatu. Benda paling berharga milik Blackblitz" Jaemin berjalan menuju sisi ruangan, menekan tembok diatas perapian. Ah, tepatnya tombol rahasia. Setelah ditekan Jaemin, muncul sebuah meja kecil dari bawah lantai. Di meja itu terdapat satu buah kristal. Aquamarine itu cukup besar bila dilihat

 Aquamarine itu cukup besar bila dilihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Injun-ah. Kau ku tugas kan menjaga Aquamarine ini. Tanggung jawab ada di pundakmu" Jaemin menepuk pundak kecil Renjun.

"Aku? Kenapa barang se berharga ini kau mempercayakan nya padaku?"

"Karena aku tau kau spesial. Kau punya sesuatu yg tak terlihat dalam dirimu. Kau tidak akan sadar sampai kau benar-benar menggunakan nya" lanjut Jaemin. Bibirnya menyunggingkan senyum

Big Boss Mafia ; JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang