Bagian 1

567 176 106
                                    

Dirgantara di sore hari menghantar kehangatan yang selalu saja berhasil membuat nyaman. Ditemani secangkir cokelat panas dan setoples wafer matcha. Menambah kesan indah sang senja yang hadir tepat di depan mata.

Buku yang bertajuk "Tanpa judul" telah terbuka. Lembar demi lembar menampakkan ratusan bahkan ribuan coretan dari seorang yang memiliki tangan mungil. Seorang yang senang menuangkan isi pikiran dalam buku dibandingkan harus secara lisan.

Hingga berhenti di satu halaman kosong. Siap untuk dicurahkan cerita. Cerita bersama semesta.
Dengan lentik, pena berwarna hitam menari di atas plano kosong.

Hai cerita, kita jumpa lagi di satu halaman kosong yang sekarang tidak lagi kosong. Aku belum punya cerita menakjubkan untuk dituangkan di sini. Semogakan, ya. Semogakan, cerita kali ini akan berkonotasi baik.
- Salam dari salah satu manusia yang mengisi ruangmu.

Merasa telah cukup untuk ditulis, maka buku yang tidak terlalu kusam itu disimpan kembali ke dalam kotak harta karun. Bukan harta karun yang sesungguhnya. Kenapa? Karena bentuknya saja bak harta karun. Maka, julukan itu disematkan.

Hanya saja, selain bentuknya yang unik, dia juga berwarna... Merah muda.

"Nats, cepetan! Ini sudah mau jalan" Suara teriakan dari Angel, yang tak lain dan tak bukan adalah Mamaku sendiri.

Sebelum benar-benar beranjak dan menyusul Mama, aku tidak lupa mengunci kotak harta karun itu dan menyimpannya di sebuah lemari antik berwarna hitam.

Bisa menjadi masalah besar jika buku itu dibuka dan dibaca orang lain. Tidak ada yang boleh mengetahui rahasia planet yang sedang ku rancang. Tidak boleh!

Ya, ini adalah kisahku sendiri. Cerita yang mungkin akan membuat kalian marah padaku. Tapi, semoga kalian mengerti bahwa setiap tokoh punya cerita berbeda.

Natsvi Darenia. Itu adalah namaku, nama lengkapku. Tapi jangan panggil aku dengan sebutan sepanjang itu. Panggil saja Nats. Cukup Nats, tidak usah lebih tapi kalau mau kurang, boleh juga.

***

Aku memasuki koridor sekolah yang telah dipenuhi beberapa orang. Ada yang sedang bercengkrama dan melempar tawa, ada juga yang hanya duduk diam seraya membaca buku. Pemandangan yang sudah sering aku santap setiap pagi.

Rencananya aku akan mendengarkan lagu dari Fourtwnty dengan earphone yang telah kupersiapkan, untuk mengistirahatkan pikiran sebelum nanti ada yang mengganggu dan mengacaukan pagi yang indah ini.

"Nats!!" Teriakan dari seorang gadis.

Aku kenal jelas pemilik suara nyaring itu. Sebentar lagi. Hanya dengan hitungan detik, pasti hari ini akan menjadi hari yang penuh dengan kemalangan.

Oh, iya! Dia Gisel Litia, manusia yang tidak bisa diam kalau mood-nya sedang bagus. Pasti suasana hatinya sedang baik.
Bahaya! Harus buat suasananya jadi buruk!
Bercanda. Palingan hanya jadi ambruk.

"Gisel! Bisa tidak? Jangan teriak-teriak. Telingaku masih berfungsi, tahu!" Dengan suara sedikit kesal, aku mengusap telingaku yang menjadi korban teriakan nyaring Gisel.

"Habisnya aku senaaaang banget!!" Serunya sambil berputar-putar tidak jelas.

Sudah tahu! Pasti karena idol favoritnya merilis lagu baru.

"Menang lotre apa kamu?"

"Ihs! Bukan lotre!" Dengusnya tidak senang

Jangan memintaku untuk menebaknya, karena aku sudah tahu!

"Natsvi! Kok diam sih," kesalnya sambil menepuk tangan. Untung saja aku tidak terkejut.

"Lalu? Aku harus mengikuti kamu berputar-putar seperti pusaran air, gitu?"

ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang