0,3%

4.2K 486 77
                                    

Tiga hari berlalu sejak Taehyung meninggalkan Jungkook yang sedang berlatih basket bersama teman-temannya. Sebetulnya Taehyung tidak benar-benar meninggakan, Taehyung tetap menunggu ditempat dimana dia bisa melihat Jungkook namun Jungkook sendiri tidak bisa melihatnya. Taehyung hanya mencoba untuk mengurangi sedikit saja rasa kecewa didalam hatinya dengan diam ditempat dimana manik jelaga Jungkook tidak dapat menjangkau kehadirannya. Walau itu tidak berpengaruh apapun. Sebab Jungkook tidak berusaha untuk mencarinya terlebih dahulu, memilih pulang dengan tangan Kim Yerim yang ada digenggamannya.

Taehyung pulang dengan senyum kecut setelahnya. Hatinya bahkan patah, Taehyung tidak tahu jika perasaan diam-diamnya berakhir setragis ini. Mungkin jika Taehyung tahu dia tidak akan menyimpan perasaan sedalam itu untuk Jeon Jungkook dengan waktu yang lumayan lama.

Lalu ketika hari berganti, Jungkook tidak pernah menghampiri atau sekedar menyapanya ketika mereka tidak sengaja berpapasan. Selalu ada Lisa, Yeri, atau Eunha disekeliling Jungkook. Taehyung sadar sendiri ketika melihat secantik apa wanita-wanita yang berada begitu dekat dengan Jeon Jungkook. Dibandingkan dengan dirinya Taehyung sadar jika dirinya tidak ada apa-apanya. Hingga Taehyung fikir dirinya memang begitu pantas untuk dimainkan oleh seseorang seperti Jeon Jungkook.

Hari berikutnya lagi, Taehyung tidak sengaja berpapasan dengan Jungkook saat hendak pulang menuju rumah. Jungkook dengan motor besarnya berwarna hitam, tampak gagah dengan jaket kulit yang ukurannya pas dibadan Jungkook hingga otot keras pemuda itu tercetak jelas. Tampak begitu jantan diantara kerumunan orang yang berlalu lalang.

"Kau mau pulang?" tanya Jungkook hari itu yang hanya dijawab Taehyung dengan anggukan.

"Ya sudah hati-hati dijalan, Kim Taehyung." kata Jungkook sambil melajukan motor hitamnya menuju Yeri yang menunggunya dengan senyum ceria dekat dengan gerbang sekolah. Taehyung tahu jika dibalik helm yang dikenakan Jungkook, pemuda itu tertawa mungkin gemas dengan senyum yeri yang kelewat manis.

Taehyung tersenyum miris, Jungkook bahkan tidak memanggilnya dengan panggilan sunbae seperti kemarin ketika pemuda itu mengatakan jika Taehyung adalah kekasihnya.

"Perasaanku tidak salahkan? Jika tidak suka, seharusnya kau tidak memperlakukanku seperti ini."

"Aku tidak mau jika diakhir cerita aku malah jadi membenci seseorang yang jelas-jelas aku cintai."

Taehyung berujar sendiri sambil menuju rumah dengan hati yang lebih sakit dari hari kemarin.

Lalu dihari ketiga, tepatnya dihari ini. Jeon Jungkook menghubunginya, mengatakan jika dirinya akan menunggu dikantin sekolah untuk makan bersama.

Taehyung tidak berharap banyak, sebetulnya sedikitpun Taehyung tidak berharap, takut jika akan dipatahkan lagi lebih-lebih dari hari kemarin.

Tapi, Taehyung tetap berjalan menuju kantin sekolah, bukan semata-mata hanya untuk memastikan apa yang ditulis Jungkook dipesannya.

Taehyung hanya melakukan apa yang biasa dilakukan seluruh murid sekolah dikantin ketika jam istirahat berlangsung.

Jungkook betulan berada dikantin, duduk seorang diri dengan beberapa makanan dimejanya. Keduanya bertemu tatap, Jungkook melambai agar Taehyung menghampirinya. Taehyung mendengus dalam hati, jantungnya berdebar tanpa peringatan. Sudah dipermainkan masih saja berbedar segila itu terhadap orang yang sama.

"A-aku akan duduk disampingmu sesudah aku selesai memesan makananku." kata Taehyung dengan gerakan bibir yang tidak luput dari perhatian Jungkook. Taehyung tidak ingin bersuara, sebab akan ada banyak pasang mata yang akan melihat tepat kearahnya jika berbicara sebebas itu dengan Jeon Jungkook.

Taehyung menghembuskan nafas sebelum benar-benar duduk disamping Jungkook dengan nampan makanan ditangannya.

"Makan yang banyak, wajahmu bertambah manis jika banyak lemak bayi memenuhi pipimu."

EMPTY ROOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang