Ten

83 8 0
                                    

Saat ini Jaemin dan Jaera tengah sarapan bersama. Awalnya tentu saja Jaera menolak, tapi tidak lama karena beberapa detik berikutnya Jaera berjalan sendiri ke meja makan untuk menghindari tatapan membunuh Jaemin.

"Lehernya udah sembuh?"

Jaemin bertanya sambil menatap Jaera lembut.

"Udah"

Dan Jaera menjawab tanpa menatap ke arah lain selain makanannya.

"Jaera. Ini peringatan pertama dan terakhir kalinya untukmu. Tatap aku saat bicara denganmu."

Kemudian Jaera dengan gerakan malas menatap wajah Jaemin. Entah kenapa Jaemin malah menatap Jaera intens hingga membuatnya salah tingkah dan otomatis tanpa sadar Jaera menggigit bibir bawahnya sendiri.

"Jangan menggigit bibir mu, itu milikku. Aku juga ingin melakukannya."

Jaera tersentak dan menyadarinya. Kemudian perlahan dia sedikit bergeser menjauh dari Jaemin.

Tapi tiba-tiba Jaemin memegangi kepalanya sambil berteriak kesakitan.

"AGGHH!!!"

"Jaem?! Jaemin kamu kenapa?!!"

Jaemin bahkan tidak sanggup menjawab Jaera dan masih terus berteriak tertahan menahan sakit di kepalanya yang terasa seperti mau pecah.

"Aduh ini gimana...kak woojin!! Kak ini tolonging kak!! Jaemin kepalanya sakit kak!!"

Jaera berseru keras saat melihat Woojin mendatangi mereka.

"Ini Jaemin kenapa kak?!!"

Tersirat kepanikan dan rasa khawatir dalam nada bicara Jaera.

"Ternyata Tuan belum sembuh"

Jaera mengernyit heran mendengar jawaban satu-satunya orang terdekat Jaemin itu.Kemudian Woojin mengeluarkan botol kecil berisi pil dari dalam kantong jasnya dan memberikannya pada Jaemin yang masih mengerang kesakitan.

Tanpa berpikir lagi Jaemin langsung menelan beberapa pil tersebut tanpa air minum.

Beberapa saat setelah itu, Jaemin tiba-tiba pingsan.



"Jaemin kok bangunnya lama sih kak"

Jaera bertanya pada Woojin karena Jaemin belum juga sadar sejak ia menelan pil.pemberian Woojin yang katanya obat sejam yang lalu.

"Efek obatnya memang hampir 2 jam ra"

"Emangnya Jaemin punya penyakit apa sih kak?"

"Lo yakin mau tau?"

Jaera mengangguk yakin.

"Tuan Jaemin sebenarnya memiliki sifat yang periang dan ramah. Tapi sifat alaminya itu hilang ketika ayahnya Prof.Na, menjadikan tuan Jaemin menjadi kelinci percobaannya sendiri. Entah percobaan apa yang dilakukan ayahnya pada tuan Jaemin hingga semua itu merubah karakter tuan sepenuhnya. Karena semua percobaan yang dilakukan pada tuan Jaemin selalu berakhir gagal. Saat itu tuan Jaemin benar-benar terlihat seperti bukan manusia. Karena terus-terusan gagal, Prof.Na menghentikan percobaannya pada tuan tapi tidak mau mengobatinya. Dan berakhir tuan Jaemin di kurung selama bertahun-tahun di apartemen..."

"Nomor 13"

"Benar"

"Kalau begitu...hari terakhir Nana di panti dia memang terlihat sangat berbeda. Seperti bukan Nana yang ku kenal...dan setelah itu dia tidak pernah ke panti lagi...karena Nana..."

"Sedang di jadikan kelinci percobaan oleh ayahnya sendiri"

Jaera tertegun mendengar semua cerita Woojin. Dia berpikir, hidupnya memang menyedihkan dan di buang ke panti asuhan. Tapi ternyata kehidupan Jaemin yang memiliki orang tua lengkap di sisinya, lebih menderita darinya.

"Lalu...ibunya..."

"Ibu tuan langsung mengajukan perceraian dan tidak mau membawa tuan Jaemin karena dia pikir tuan tidak akan bisa di selamatkan lagi."

"Astaga...."

Jaera menatap Jaemin yang masih setia menutup matanya sendu.

"Dia...semenderita ini...?"

"Nona Jaera, saat tuan Jaemin bangun tolong langsung berikan ia air putih. Saya harus melanjutkan pekerjaan saya"

"Baiklah"

Setelah membungkuk sedikit Woojin pun keluar dari kamar yang sepertinya sudah mulai di terima oleh Jaera sebagai kamarnya juga.

Vote yak~~~~♡
Salam istri Nana💙








To Have You  (Na Jaemin) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang