7. Terkuak

31.9K 496 16
                                    

Malam yang dingin semakin merambat menggelap. Suasana jalanan justru semakin ramai begitulah kehidupan di kota. Komplek perumahan elit justru terlihat semakin sepi wajar saja mungkin sebagian penghuni rumah sedang tertidur pulas ataupun menghabiskan waktu di luar rumah.

Seperti yang Erick dan Sarah lakukan. Sayang, bukannya kebahagiaan yang mereka dapati justru pertengkaran kembali. Entahlah, ahkir-ahkir ini pria itu tak tau mengapa hubungan mereka sering tak akur. Yang ia harapkan hanya semuanya selalu berjalan mulus.

Layaknya jalanan yang Erick lewati sekarang, tanpa macet dan memudahkannya untuk pulang kerumah menemui istrinya yang tengah di landa kerinduan. Walau laki-laki itu tak fokus mengendarai pada ahkirnya tetap sampai dengan selamat di rumahnya.

Dengan langkah penuh kesedihan dan perasaan campur aduk ia membuka pintu rumah. Mulai berjalan langkah demi langkah, bukannya ke kamar pria itu justru melipir ke dapur untuk menghilangkan dahaga.

Tetapi bukan rasa haus yang ia dapati namun sesuatu yang membuat sudut hatinya terluka. Disana Reyea tengah duduk sembari menangis tersedu. Mencoba menghilangkan pikiran yang buruk, ia ahkirnya mendekati istrinya duduk disamping sembari mengelus pundak wanita tersebut.

"Ada apa?" mencoba bertanya penuh kelembutan tapi istrinya tersebut justru semakin terisak.

"Ada apa?" ulangnya penasaran. Reyea menoleh dengan mata yang basah menatap Erick dengan tatapan sulit di artikan

Bukannya semakin penasaran Erick justru ketar-ketir. Ia takut jika Reyea ahkirnya mengetahui perbuatannya selama ini

"Aku sudah tau mas." ungkapnya. Erick kaget namun mencoba menutupinya walau perasaannya ketakutan

"Kamu sudah tau semuanya?" dengan hati-hati Erick menanyakannya, semakin terkejut karena wanita di depannya itu mengangguk dengan lugunya.

Keringat dingin membasahi tubuh, Erick tak tahu lagi harus menjelaskan semuanya. Meski sebenarnya ia tak kuasa melihat tangis dari Reyea.

Dengan tiba-tiba perempuan itu memeluknya. Dengan erat seolah takut kehilangan. Erick mencoba membalasnya.

"Aku hamil mas."

Masih berpelukan, Erick menegang, terdiam mematung setelah mendengar kalimat tersebut. Ia senang hatinya menghangat. Lalu mencoba melepas pelukan dan menatap Reyea yang tengah tersenyum manis.

"Serius?" Tanyanya tak percaya. Reyea menunjukan alat tes kehamilan kepada Erick dan benar alat itu menunjukkan bahwa Reyea hamil.

Ia senang, sangat bahagia bertahun-tahun menunggu kehadiran seorang bayi ahkirnya Tuhan mengabulkannya. Selain itu ia juga lega, Reyea ahkirnya belum mengetahui keburukannya selama ini.

Kembali pria itu memeluk erat istrinya. Mencoba meluapkan semua rasa yang bersemayam di benaknya. Rasa bersalah, cinta, sayang dan segalanya. Ia merasa belum pantas menjadi seorang ayah namun inilah suatu berkah baginya tak mungkin ia menolak pemberian Tuhan yang sangat berharga.

Erick berjanji akan menjadi pria yang lebih baik lagi. Meski memang hatinya tetap ia bagi-bagi.

°°°°°°°°

Seberapa kuatnya meminta untuk di pahami tetap tak akan bisa jika yang di jadikan tempat untuk meminta bukanlah hal milik. Berusaha bagaimanapun untuk di jadikan nomor satu serasa mustahil bagi Sarah.

Ia merasa air matanya mulai kering. Menangisi segala hal yang tak beraturan membuat air matanya jatuh terus menerus hingga membasahi pipinya. Kini ia sadar sesuatu yang di mulai dengan tidak baik akan berjalan dengan tak baik seharusnya ia sadar dari dulu tapi cinta membutakan segalanya.

Mencoba bangkit dari terpuruknya, berjalan menuju kamar mandi membasuh wajahnya yang begitu nelangsa. Setelah selesai, ia hanya mematung di depan kaca sembari memandangi dirinya yang begitu hina. Berharap waktu dapat di putar kembali dan ia berjanji tak ingin mengenal Erick selaku bosnya dulu.

Bodohnya ia dahulu dengan mudah terpengaruh oleh segala kata-kata manis yang pria itu katakan. Memang bukan sepenuhnya salah Erick, salahnya dengan mudah jatuh cinta kepada pria tersebut yang sudah memiliki istri. Memang cinta tak pernah ingin tahu kepada siapa ia berlabuh.

Memang bukan hak penuh baginya untuk meminta Erick terus bersamanya, ia tak pantas marah kepada kekasihnya. Justru kini Sarah merasa malu telah meminta lebih kepada laki-laki yang bukan siapa-siapa dihidupinya.

Keluar dari kamar mandi, wanita itu mencoba menetralkan segala perasaan sakit di dadanya. Tapi semakin lama, sakit itu merambat hingga ke kepalanya terasa pening hingga membuat pandangannya memburam. Tak sadar ia terjatuh di lantai kamarnya yang dingin.

_________________________________________

Gak sampai 1000 kata dikit banget, jadi males nulis :-(.

Padahal yang lihat lebih 200 orang tapi yang votte cuman seperempatnya :-D. Sedih aku tuh

Tapi aku juga nulis bukan buat votte sih, cuman pengen mengekpresikan apa yang ku bisa .

Ya kalian mau votte Terima kasih . Nggak ya harus votte dong wkwkwk..

Mudah-mudahan menginspirasi kalian ya.

Ingat jangan ditiru . Cukup jadiin pelajaran aja kisah dari Sarah ini bahwa merebut sesuatu hal yang bukan hak kita itu tidaklah baik.

I'M PELAKORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang