Reyea bangun dari tidur, bersamaan dengan matahari yang seolah membangkitkan pagi. Mengucek kedua mata memperbaiki keseimbangan tubuh agar tak jatuh dan tak lupa merapikan kembali tempat tidurnya.
Setelah selesai memperbaiki tatanan rambut, wanita tersebut berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajah setidaknya walau pikirannya berkecamuk wajahnya tetap harus terlihat segar.
Membersihkan wajahnya dengan berbagai merek sabun berharap bukan hanya wajahnya saja yang bersih namun semua pikiran-pikiran buruk dalam kepalanya juga dapat bersih. Menatap pantulan diri di cermin kamar mandi, sungguh miris matanya membengkak karena menangis semalaman. Setelah selesai dengan rutinitas pagi, Reyea lalu beranjak ke ruang tamu di mana suaminya berada.
Ia menggelengkan kepala melihat Erick dengan pakaian tak karuan lelaki itu masih tertidur pulas.Reyea mendekati suaminya, mencoba membangunkan walau hatinya tak kuasa. Ia marah, kecewa sekaligus menderita dengan sikap suaminya yang berubah. Tetapi harus bagaimana lagi? Reyea bisa apa?
Berjongkok di samping suaminya yang sedang tertidur pulas di sofa dan membisikan sesuatu agar Erick bangun.
"Mas, sudah pagi." Tangan Reyea menggoyangkan pundak Erick pelan-pelan beberapa kali hingga perlahan suaminya membuka mata.
Reyea mundur, tetapi matanya terus memperhatikan pergerakan Erick. Dilihatnya Erick yang mencoba bangkit dari posisinya duduk dengan pikiran yang kacau matanya bahkan menyiratkan keputus asaan.
"Mas mau aku bikinin kopi?" istirnya mencoba mendekati dengan duduk disamping
"Tidak." dingin penuh penolakan, bahkan Erick enggan menatap wajah istrinya
Dada Reyea bergemuruh merasakan gejolak kekecewaan dan kesedihan melihat perubahan Erick yang tanpa sebab. Perlahan dengan keberanian Reyea memegang pundak Erick
"Mas, sebenarnya ada apa?"
"Bukan urusanmu!" Bentak Erick, Reyea terkejut bukan main. Ia memejamkan mata sebentar mencoba menghirup udara yang terasa sesak dan benar saja perlahan air matanya jatuh di pipi
"Mas, ada masalah di kantor?" Reyea tak berhenti begitu saja ia tetap gencar menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Erick menatap Reyea penuh sengit, berdiri dari posisinya meninggalkan istrinya yang menangis kebingungan.
Di dalam kamar Erick mencoba menghubungi nomor Sarah kembali. Namun tetap sama hanya operator yang menjawab rasanya ia ingin membanting semua barang-barang yang ada di kamarnya jika tak mengingat Reyea.
Dengan langkah gontai Erick berjalan menuju kamar mandi membasuh wajahnya dengan air dingin berharap bisa menyalurkan energi positif. Sekarang yang terjadi sulit ia jelaskan semuanya berantakan tak sesuai dengan harapannya.
Erick harus siap perlahan tapi pasti Reyea akan mengetahui segala yang ia tutupi. Tetapi bukan ini keinginannya Erick ingin hidup bahagia dengan Sarah maupun Reyea. Andaikan mereka ingin di madu.
Brak!
Lelaki itu memukul cermin merasa tak kuasa dengan segalanya, ia marah atas perbuatannya kesal karena tak bisa mengontrol diri dan membuat Reyea yang tengah mengandung menangis karena perbuatannya. Padahal ia telah berjanji untuk tidak akan mendekati minuman berahkohol lagi tetapi kenyataannya ia mengingkari.
"Mas.." lirih Reyea memanggilnya di luar pintu kamar mandi
"Mas, jangan seperti itu." teriaknya dengan isakan yang membuat Erick semakin merasa bersalah.
Pria tersebut akhirnya keluar dan mendapati istrinya yang duduk di samping pintu kamar mandi tengah menangis tersedu-sedu. Sudut hati Erick merasakan kepedihan yang amat melihat Reyea tersakiti karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M PELAKOR
RomansaNafas mereka memburu, Sarah terjatuh di dada bidang milik Erick. Keringat membasahi tubuh mereka, bagaikan lari maraton rasanya. "Mas, aku mencintaimu." Erick tak membalas, justru melumat bibir sexy Sarah dengan rakus. Barkkk!!!! Kedua orang itu...