23. Terluka dan Kembali Sembuh

4.9K 442 148
                                    

"Saat kamu terluka, aku lah yang bertugas menyembuhkan karena kita satu―sakitmu adalah sakitku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saat kamu terluka, aku lah yang bertugas menyembuhkan karena kita satu―sakitmu adalah sakitku."


-oOo-


"Ini baru satu minggu tapi adik gue uda sakit sampe kayak gini," Damar berucap emosi. Dokter itu memberikan tatapan kesal kepada Javas yang berdiri di hadapannya. Rasanya Damar ingin sekali menonjok Javas kalau saja adik iparnya tersebut tak menampakkan wajah pucat dan bersalah. Seolah melalui raut, Javas mengatakan 'ambil saja nyawaku daripada harus melihat Nara sakit'.

"Easy, My Sky," Rosemary menengahi. Adik tiri Ariadna tersebut mengedikkan bahu, memberikan gerakan non-verbal agar kedua pria di ruangan ini melihat Nayyara. "Nayyara sudah sadar," ungkap Rosemary.

Nayyara jelas terkejut mendapati tiga orang langsung menatapnya saat dia baru membuka mata. Nara mengerjapkan kelopak netra, tidak menyadari bahwa ia kini berada di ranjang dengan infus di tangan. Gadis itu justru bertanya lugu, "Kenapa Kak Damar dan Rosemary datang ke apartemenku? Katanya kalian mau ke Surabaya buat konferensi?" Nara melihat tangannya "Kok aku diinfus?" Gadis itu bersuara lagi.

Javas tidak peduli betapa bodoh pertanyaan istrinya, ia langsung saja memeluk Nara erat. Rasanya dia bisa bernafas lega ketika melihat Nara bangun. Tadinya Javas mau ikut mati kalau terjadi sesuatu pada Nara. Huhuhu.

"Chatu, kamu kenapa? Loh, kamu sudah pulang, bukannya tadi rapat?" Nara melepaskan kungkungan suaminya, merasa butuh diberi penjelasan daripada mendapatkan pelukan sayang.

"Kamu pingsan, Bodoh. Kamu tahu gimana paniknya Kak Damar waktu dengar kamu pingsan di kamar mandi?" Damar yang menyambar, lalu melangkah mendekati Nara. Damar membuat adiknya berbaring lagi agar bisa memeriksa kondisinya. "Kamu kelelahan dan demam tinggi. Dan kakak yakin gara-gara si Brengsek ini memforsir tenaga kamu," lanjutnya sambil melirik sebal ke Javas yang masih menyesal.

"Hah? Aku pingsan?" Nara bertanya ragu.

Nara pun mengernyit. Dia berusaha memanggil ingatannya beberapa jam lalu. Pagi tadi Nara bangun sekitar pukul enam. Raga Nara terasa sakit semua. Nara juga sedikit demam. Mungkin akibat dia dan Javas berada lumayan lama di bawah shower, apalagi Nara tidak sempat memakai baju ketika selesai bercinta dengan Javas. Nara mengira itu bukan hal yang besar. Ia juga merasa jauh lebih baik ketika Javas bangun―mulai bergerak lagi, kemudian mereka memulai morning sex.

Nara sungguhan bangun dari tidurnya pada pukul sembilan pagi. Javas tentu saja tidak ada di sampingnya, digantikan dengan buket mawar putih dengan kartu yang belum dirinya buka sampai sekarang. Nara merasa sangat pusing waktu itu, namun memaksa untuk pergi ke toilet.

Nara bisa saja tetap di ranjang, toh ia yakin Javas sudah meminta izin kepada Lucas perihal sang istri yang absen. Mana bisa Nara pergi ke kantor kalau jalan saja susah? Plus bercak merah di sepanjang leher, bahu, dan lengan yang sukar ditutupi. Ini pertama kali Nara bercinta, dia merasa habis tanding tinju. Semuanya sakit dan memar. Apa Javas ini titisan Edward Cullen? Dia jadi ingat adegan ketika Edward serta Bella melewati malam pertama, Bella sekacau Nara.

[Selesai] Perfectly Imperfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang