Kedatangannya mungkin disengaja.
Entah ingin mengambil yang memang miliknya, atau merebut yang seharusnya memilihnya.
~10~Bukan Deka namanya jika tidak penasaran. Setelah beberapa hari yang lalu memutuskan untuk membaca sebuah buku tebal yang ditemukannya di ruang seni, sekarang rasa penasarannya kembali membuncah. Dibukanya perlahan buku biru berkover emoticon senyum itu. Membaca lembar selanjutnya yang belum sempat dibaca.
Sesi Inspirasi (7 April 2017)
Hampir sebulan berlalu setelah aku menuliskan lembar pertama di buku ini. Sekarang aku kembali tergugah untuk menuliskan sebuah kejadian hari ini. Bukan sekedar kejadian biasa yang hanya membuatku senang atau sedih, melainkan kejadian mengesankan yang membuatku terinspirasi kembali untuk membangkitkan hobiku, melukis.
Deka membenarkan posisi duduknya di sandaran kasurnya. Menengakkan punggungnya sehingga posisinya sekarang duduk bersandar. Mengalirlah matanya membaca setiap kalimat yang tertulis hingga beberapa matanya menangkap akhir dari lembar tersebut.
Dari sini aku memahami bahwa hati yang baik itu memang ada. Orang yang berusaha tenang dan percaya takdir Tuhan itu benar adanya. Bukan berarti dia lemah, melainkan dia berusaha kuat di antara yang lemah. Mereka yang lemah hanya mengatainya, menghakiminya, dan berasumsi sesuka mereka. Aku menjadi ingin sepertinya, sosok yang kuat tapi tak melemahkan yang lain. Diri yang berpikiran positif tanpa menghakimi sikap buruk orang lain. Aku ingin.
G. EL SHEERIA
Akhir yang mengesankan tentunya. Deka mengulas senyum tipis. Matanya menerawang membayangkan bagaimana sosok Natha yang dilihatnya sekarang, mungkinkah Natha bersikap sedemikian sesuai kisah yang dia tuliskan ini?
Tring
Matanya teralihkan pada ponsel miliknya yang berdenting. Kerutan di dahinya muncul sedalam kekesalan yang dirasakan ketika pesan dari orang yang sama menghiasi layarnya.
Semoga perjumpaan awal kita sebentar lagi tidak seburuk yang kamu lakukan tadi. Tunggu aku.
Deka membuang ponselnya asal ke kasur. Dia menjadi bertanya-tanya apa maksud orang itu mengirimi pesan semacam ini. Apakah akan ada sesuatu yang terjadi sebentar lagi. Kesal, Deka meraih laptopnya membuka gambaran untuk lukisan besok. Setidaknya kegiatannya sekarang lebih bermanfaat dan berguna mengalihkan atensi pada ponselnya.
***
Pagi yang cerah membuat Natha menggulung rambutnya, sedikit mengubah penampilan rambutnya yang biasa terikat satu. Memastikan kembali bahwa alat lukis yang dibelinya kemarin sudah dibawanya sambil sesekali melihat ke depan menunggu bus yang sebentar lagi akan lewat. Tak lama bus datang, lagi-lagi bus sudah ramai diisi oleh penumpang sehingga menyisakan satu tempat duduk yang tanpa disadari pergerakan kakinya terhenti.
Matanya menangkap wajah yang dilihatnya beberapa hari lalu ketika pulang sekolah dan masih sama, hanya bangku di sebelah orang itulah yang masih kosong. Alhasil Natha bersikap cuek dan duduk di sana.
Ekor matanya sangat sulit untuk tidak melirik cewek di sebelahnya ini. Dengkusan keras meluncur dari bibirnya. Berusaha menghiraukan penampilan cewek yang sangat mengusiknya.
Sungguh, demi apa kedua kalinya Natha dibuat heran bahwa cewek di sampingnya memakai tas, sepatu, model rambut bahkan parfum yang sama dengannya. Bukan apa, Natha hanya heran bagaimana bisa orang lain berpenampilan sama persis, hanya wajahnya dan seragam ... oh tidak! Bagaimana mungkin seragam yang dipakai juga ... sama?
Kriitttt
Bus berhenti tepat di halte depan sekolahnya. Ternyata banyak siswa yang keluar sehingga Natha harus sedikit bersabar antre. Baru saja kakinya melangkah keluar bus, dirinya merasa terdorong oleh orang di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMPAS ATAU LEPAS
Teen FictionJika kau pantas untuk kuraih dan kudekap Biarkan rentetan tragedi yang kita lewati tak pernah hilang menguap Izinkan aku menaruhmu dalam harap . . . Jika aku tak pantas untuk kauraih dan kaudekap Lupakan segala rasa yang pernah kuungkap Jangan membu...