2: ┊Days Without You彡

79 4 0
                                    


Beberapa hari pun berlalu, kini saatnya Sheryl pulang dari rumah sakit, dan kembali ke rumah kebanggaan keluarga Ghenio.

Teman teman Sheryl yang sudah tau akan kepulangan Sheryl dari rumah sakit, akhirnya mereka membuat kejutan sederhana dirumahnya.

Sheryl pun menapakkan kakinya ditanah, seraya turun dari mobil. Ia menatap rumah besar keluarga Ghenio, sambil menghela nafas lega.

"Ayo" ajak mrs. Ghea, Sheryl pun mengangguk. Mrs. Ghea menggandeng tangan Sheryl, untuk menuju pintu besar rumahnya.

Mrs. Ghea berhenti di depan pintu cokelat gelap dihadapannya, membiarkan Sheryl yang membuka pintunya. Sheryl pun menatap bingung mrs. Ghea.

Sheryl mendorong knop pintu, dan bola matanya membulat dengan sempurna. Melihat teman teman dekatnya adah disana, menantikan dirinya.

"SHERYL, IH GUE KANGEN BANGET SAMA LU" seru Jasmine seraya memeluknya, ya, teman yang paling bawel dan petakilan diantara yang lainnya.

Agatha dan Yerica, teman dekat Sheryl lainnya itu pun juga memeluk erat Sheryl.

Yang lain hanya melihat haru kejadian persahabatan ini, selang beberapa saat mereka berempat pun melepas pelukannya.

Sheryl mengedarkan pandangan melihat seluruh orang yang hadir, mrs Ghea, Satya, Agisha adiknya, teman temannya, dan lain lain, termasuk orang tua Kellan, Elsa dan Mario. Tanpa kehadiran mr. Antonio tak masalah bagi Sheryl, toh dia sudah biasa tanpa papah nya.

Elsa dan Mario selaku orang tua Kellan, menghampiri Sheryl dan memeluk erat Sheryl, memeluknya seakan dia adalah putrinya.

"Kellan mana? Kok enggak ikut" tanya Sheryl, semua menatap Sheryl dengan tatapan ibah.

Kini mereka sudah berada di ruang tamu, yang lainnya menunggu ditaman belakang. Elsa dan Mario yang akan membicarakan tentang Kellan, membuat Sheryl penasaran.

"Jadi, Kellan baik baik aja kan, bunda?" tanya Sheryl to the point, Elsa menggenggam erat tangan Sheryl.
"Kellan baik baik aja kok, sangat baik" jawabnya, matanya pun berkaca kaca.

"Syukurlah, sekarang dia dimana?" tanya Sheryl lagi, Elsa tersenyum menatap wajah Sheryl, dan menuntun tangan Sheryl untuk ke dada Sheryl.

"Sheryl, Kellan ada dihati kamu, selalu dan selalu ada dihati kamu" Elsa pun sudah tak dapat menahannya, ia sudah meneteskan air mata nya, diikuti bibirnya yang bergetar berusaha menahan rasa sedihnya.

Sheryl menatap Elsa bingun seraya mengeryit kan dahi, ia juga menatap Mario yang tengah memandang lantai dengan tatapan kosong. "Bunda, bunda kenapa nangis? Kellan kenapa bun?" tanya Sheryl mulai panik.

Elsa menghela nafas, mungkin ini benar benar saat yang sangat tepat untuk menceritakannya sekarang, "sejak ketabrakan tempo hari lalu, ia meninggal nak. Tengkorak kepalanya retak, dan ia mengalami pendarahan yang sangat banyak, membuatnya tak dapat diselamatkan"

Sheryl menggeleng gelengkan kepala tak percaya, Elsa memeluk erat Sheryl yang tengah terbawa suasana, apalagi berita tentang kepergian kekasihnya.

Dua wanita itu pun menangis sejadi jadinya, Mario pun yang melihatnya juga ikut menangis dengan menyembunyikan wajahnya dibalik dua telapak tangan. Elsa tak melepaskan pelukannya untuk Sheryl, "Bunda, kenapa Semesta sejahat ini, ia yang memberikan kebahagiaan namun ia juga yang memberi luka" isak Sheryl.

"sepertinya, emang cuma Sheryl yang enggak ditakdirkan bahagia" lanjutnya.

Elsa mengelus-elus lembut rambut panjang Sheryl, membantunya supaya lebih tenang.

Setelah beberapa saat, Elsa pun melepaskan pelukannya, menyeka air mata Sheryl dengan kedua ibu jarinya, air mata Sheryl yang masih saja mengalir tak henti.

"Apa ini salah Sheryl, ya? Soalnya Sheryl yang ngajak Kellan untuk jalan jalan malam, terus kalo Kellan enggak ngasih helm nya ke Sheryl, pasti Kellan akan selamat" ucap Sheryl merasa bersalah atas kepergian Kellan.

"Ssstt, jangan bicara seperti itu. Ini seutuhnya bukan salah kamu, ini semua kehendak-Nya" tutur Elsa seraya menyeka air mata Sheryl.

"Ini sama sekali bukan salah kamu, jadi jangan merasa bersalah. Bunda akan terus anggap kamu sebagai anak bunda" lanjutnya.

Sheryl pun mengulas senyum simpul, dan memeluk kembali Elsa.

┊📃彡y

Sheryl meraba rerumputan disekitar pemakaman milik Kellan, memeluk kayu yang menancap ditumpukan tanah bertuliskan nama Kellan.

"Kellan, kellan tenang ya disana, aku bakal doain kellan, kok, supaya bahagia terus disana dan supaya enggak lupa sama aku " ucapnya, diiringi isak tangis yang benar benar tak dapat ditahan.

Orang tua Kellan pun menangis untuk kesekian kalinya, sekaligus melihat ibah kesedihan yang dirasakan Sheryl.

"Udah aku maapin kok, karna Kellan enggak bisa nepatin janji Kellan waktu itu. Yang terpenting sekarang itu cuma kebahagiaan Kellan disana" lanjutnya.

Sheryl pun memeluk tumpukan tanah milik Kellan, seraya melepaskan segala kesedihannya. Dipikirannya berharap supaya Kellan dapat kembali kedalam hidupnya.

Ya, walau itu semua tak akan bisa terpenuhi. Walah meminta kepada Semesta pun, tak mungkin ia kabulkan olehnya.

Yang hanya ada dibenaknya adalah permohonan permohonan konyol, yang tak mungkin terkabulkan

"Tolong semesta, kembalikan dia disini"

Sheryl pun terus menangis, membayangkan wajah ceria Kellan, ketika ia marah, atau pun ketika ia sedang sedih. Semua bayangan Kellan memenuhi seluruh pikirannya.

"Nih, aku kasih bunga untuk Kellan. Semoga suka, ya" ucapnya terisak seraya meletakkan rangkaian bunga.

Orang tua Kellan pun mengajak Sheryl untuk kembali ke rumah, karena acara penyambutannya Sheryl belum berakhir.

┊📃彡

Hari pertama Sheryl kembali bersekolah, ya, seperti bisanya ia diantar oleh supir pribadi keluarga Ghenio.

Sheryl memasukkan buku mata pelajarannya untuk hari ini ke dalam tas berwarna biru pastel miliknya.

Menata rambutnya didepan cermin besar dikamarnya, "hari cerah, untuk hati yang ceria" ujarnya monolog didepan cermin, seraya mengulas sebuah senyuman yang menjadi andalannya.

Ia menuruni tangga, menghampiri meja makan yang telah dihadiri oleh keluarga tercintanya.

"kamu mau sarapan enggak?" tanya mrs. Ghea

"disekolah aja mah"

"nanti kamu malah lupa, nih makan di mobil aja" ujar mrs. Ghea seraya memberikan sebuah kotak makan yang berisikan dua buah roti isi strawberry.

"yaudah aku berangkat" pamit Sheryl, mendapat jawaban dengan anggukkan dari mrs. Ghea, Sheryl pun dengan semangat sedikit berlari kecil menuju teras rumah.

"KAK TUNGGUUU!!" seru Agisha sontak membuat Satya menutup kedua telinganya, ya, mereka selalu berangkat bersama ketika pergi menuju sekolah. "mah aku berangkat juga ya!" pamit Agisha seraya menghampiri kakaknya di depan teras.

Melihat kedua putrinya, mrs. Ghea menggeleng geleng kepalanya seraya menuang susu coklat lalu memberikan pada Satya.

"kamu kenapa enggak siap siap untuk kekantor?" tanya mrs. Ghea kepada Satya. Seketika Satya berhenti mengubah rotinya.

"nanti aja mah, toh aku yang jadi boss nya. Mana ada yang berani marahin aku?" jawab Satya.

"Nanti kalo papah kamu tau, kamu bakal dimarahin"

Satya menghela nafas berat, "iya iya, ini mau siap siap"

Satya pun pergi meninggalkan ruang makan. Memang perusahaan keluarga Ghenio sudah memiliki banyak cabang dikota besar Indonesia.

Satya diperintahkan oleh mr. Antonio untuk mengurus perusahaan yang ada di kota Jakarta, kota yang sekarang mereka tempati. Kota kelahiran Satya dan Sheryl, dan juga kita dimana Sheryl mengenal Kellan Narendra Letture.

SHERYL GHENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang